Mobil Listrik China Kena Tarif Pajak Tinggi di Eropa

11 Oktober 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengisian daya pada mobil listrik. Foto: Owlie Productions/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengisian daya pada mobil listrik. Foto: Owlie Productions/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara-negara Eropa memberikan suara mereka untuk mendukung penerapan tarif tinggi terhadap mobil listrik yang diimpor dari China.
ADVERTISEMENT
Disitat dari The Diplomat, pada Jumat (4/10) Uni Eropa (UE) sudah memberikan suara mereka untuk mendukung kenaikan tarif mobil listrik dari China.
Ada 10 negara yang mewakili 45,99 persen dari populasi UE termasuk Prancis, Italia, dan Polandia yang mendukung keputusan tersebut.
Namun, di sisi lain 12 negara yang mewakili 31,36 persen dari populasi UE abstain. Sedangkan lima negara yang dipimpin Jerman, yang mencakup 22,65 persen menentang keputusan tersebut.
Penerapan bea masuk tersebut kemungkinan akan berlaku mulai 31 Oktober 2024. Rencananya aturan tersebut akan berlangsung sampai lima tahun ke depan.
Tarif pajak yang awalnya hanya 10 persen diperkirakan naik lebih dari 35,3 persen. Keputusan tersebut untuk mengatasi kekhawatiran negara UE dengan banyaknya pasokan mobil listrik yang masuk ke Eropa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China saat ini sedang berjuang mengatasi kelebihan kapasitas pasokan kendaraan listriknya. Bahkan, estimasi surplusnya hingga 3 juta unit mobil listrik tidak dapat diserap pasar domestik China.
Kelebihan produksi ini hampir dua kali lipat konsumsi tahunan di UE. Penetapan tarif ini nantinya bisa bikin kendaraan listrik China lebih mahal di pasar Eropa.
Ilustrasi bendera Eropa. Foto: Shutter Stock
Sementara dikutip dari Reuters, Assistant Director of the Centre for European Reform Zach Meyers, mengatakan sengketa tarif tersebut menggambarkan Jerman tidak lagi memimpin kebijakan perdagangan Uni Eropa. Sementara pengaruh Prancis lebih terbatas setelah Presiden Komisi Ursula von der Leyen menyingkirkan komisaris Prancis Thierry Breton dan memberikan peran yang kurang berpengaruh kepada penggantinya.
Saat ini Prancis sedang berusaha lebih dekat dengan Amerika Serikat untuk mengurangi risiko dari China. Dari kasus tarif kendaraan listrik menunjukkan bahwa, tanpa arahan tegas Prancis-Jerman, ia hanya dapat melanjutkan sektor per sektor dan mengikuti aturan perdagangan internasional untuk memastikan dukungan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Sementara Noah Barkin, Senior Advisor at Rhodium Group, mengatakan meskipun menang dalam penetapan tarif kendaraan listrik China, Komisi Eropa akan sulit mengadopsi kebijakan yang koheren dan lebih skeptis terhadap China tanpa dukungan Berlin.
"Selama prioritas sempit dan jangka pendek diutamakan di Berlin, Komisi akan kesulitan untuk terus maju dengan agenda kebijakan ekonomi luar negerinya yang baru," katanya kepada Reuters.