Mobil Mesin Konvensional ‘Punah’ 2050 di Indonesia, Ini Respons Gaikindo

12 Oktober 2021 11:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil listrik ITS yang bisa dipesan. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
Mobil listrik ITS yang bisa dipesan. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia menargetkan seluruh mobil baru yang terjual pada 2050 berbasis listrik. Ini merupakan salah satu langkah untuk mengejar komitmen net zero emission (NZE) atau netral karbon pada tahun 2060.
ADVERTISEMENT
"Transformasi menuju net zero emission menjadi komitmen bersama kita paling lambat 2060," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada diskusi bertajuk Road to COP26 pada Kamis (7/10/2021).
Sementara pada tahun 2030 diharapkan sudah ada 2 juta mobil listrik dan 13 juta sepeda motor telah berbasis baterai.
Hyundai mulai pembangunan pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Respons Gaikindo

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bidang Pengembangan Pasar Jongkie D Sugiarto merespons positif wacana tersebut.
"Kami mendukung program ini , sepanjang KBM masih diperlukan sebagai 'alat angkut darat' maka industri KBM masih akan berkelanjutan. Ini kan hanya masalah power train-nya saja," ucapnya kepada kumparan, Senin (11/10).
Namun ada beberapa catatan yang coba ditegaskan Jongkie. Pertama yaitu soal biaya produksi yang harus diturunkan. Kemudian yang tak kalah penting adalah mendorong peningkatan dari sisi pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.
Mobil Listrik Wuling E100 dan Mini EV. Foto: dok. WulingMotors
"Ya harus mirip-mirip dengan Thailand atau Malaysia, ya-soal pendapatan per kapita," tutur Jongkie.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dikirim Jongkie dari World Development Indicators, pada 2019 lalu (kondisi normal sebelum pandemi) PDB Indonesia di angka 4.135,6 dolar AS.
Sementara negara tetangga Malaysia di angka 11.414,2 dolar AS dan Thailand sebesar 7.806,7 dolar AS.