Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Motor Listrik GESITS Jadi Momentum Kebangkitan Kemandirian Teknologi
18 Agustus 2018 10:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang mengaitkan peluncuran sepeda motor listrik GESITS karya anak negeri, sebagai momentum kebangkitan kemandirian teknologi nasional. Bagaimana tidak, hampir 100 persen komponen dalam negeri yang dibuat pada skutik listrik tersebut merupakan hasil dari riset dan pengembangan anak-anak bangsa.
Namun momentum kebangkitan kemandirian ini tidak akan berjalan apabila perilaku dan pola pikir masyarakat Indonesia tidak berubah, masih menganggap sebelah mata produk asli dalam negeri dan bangga menggunakan produk luar.
Direktur Eksekutif PUI-SKO ITS Surabaya, Muhammad Nur Yuniarto, mengemukakan gaung kebangkitan kemandirian teknologi sudah ada sejak era BJ Habibie menjabat sebagai presiden, namun perjalanannya terhambat karena mandeknya proses transfer pengetahuan.
Untuk itu, Nur--sapaan akrabnya-- menjelaskan dua hal kunci agar produk asli dalam negeri, khususnya sepeda motor listrik GESITS yang sebentar lagi meluncur, bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kalau mau berhasil, kemandirian teknologi itu harus didukung oleh dua kutub. Satu, riset dan pengembangan harus dijalankan di Indonesia, kemudian kutub yang kedua, produk yang dihasilkan juga orang Indonesia harus mau beli," ujarnya saat dihubungi kumparanOTO, Kamis (16/8).
Bukan sebagai pernyataan promosi, Nur menilai keduanya berkaitan erat untuk menjadikan motor listrik GESITS sebagai moda transportasi listrik pertama yang dapat dibanggakan bangsa Indonesia.
"Orang Indonesia harus bangga menggunakan produk hasil riset dan pengembangan atau produk yang didesain dan dimiliki oleh orang Indonesia sendiri, kalau keduanya ini bisa jalan, ya semua bisa jalan, kan di manapun di negara lain seperti itu," ungkap Nur.
"Jadi sebelum orang lain menggunakan produknya ya bangsa sendiri yang pakai, tapi kan kita anomali, masyarakat kita lebih suka pakai produk lain dengan alasan lebih mutu berkualitas, sementara produk yang kita miliki sendiri dihina habis-habisan, padahal semua ada prosesnya," tambah Nur.
ADVERTISEMENT
Nur mencontohkan bagaimana merek KIA dan Hyundai lahir dan menjadi merek yang diperhitungkan saat ini. Tidak seperti dongeng membangun seribu candi dalam satu malam, banyak rentetan proses yang membuat kedua merek tersebut mendunia.
"Saya melihat otomotif di sana, saya tanya sejarahnya seperti apa Korea bisa mengeluarkan Hyundai dan KIA, ternyata mereka didukung oleh rakyat Korea, jadi mereka ingin memiliki brand sendiri, kemudian begitu mobil dijual ke pasar, mereka beli mobil-mobil Korea itu. Mobil terbakar atau meledak itu biasa, cuma tidak terekspos, kalau di kita ada masalah sedikit langsung dinilai negatif," katanya.
Bila berdasarkan cerita lahirnya brand Hyundai dan KIA, bukan perkara sulit seharusnya untuk menjadikan GESITS sebagai brand kebanggan masyarakat Indonesia, apalagi masih ada target lain untuk menguasai teknologi komponen inti kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT