Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Melalui korespondensi kumparan kepada Neta Auto Indonesia terkait dampak aktivitas bisnisnya di dalam negeri, pabrikan menjelaskan tengah melakukan peningkatan efisiensi organisasi dan prosedur, juga pengurangan biaya lebih lanjut.
Dalam pernyataan resminya, Neta Auto menyebut rumor pembubaran tim riset dan pengembangan atau R&D adalah propaganda yang tidak benar. Pihaknya dikatakan akan melakukan tindak lanjut dan menempuh jalur hukum.
"Untuk rumor dan propaganda yang tidak benar serta tindakan-tindakan yang merugikan reputasi Neta Auto, perusahaan akan menindaklanjuti sesuai dengan hukum yang berlaku," bunyi pernyataan resmi Neta Auto yang diterima kumparan.
Sebelumnya, salah satu sumber menerangkan bahwa sebanyak 200 tenaga kerja sudah menandatangani surat pengunduran diri dari total 1.700 orang pekerja. Langkah ini buntut dari semakin merosotnya penjualan mobil listrik Neta, demikian dikutip Car News China.
ADVERTISEMENT
Kemudian laporan dari China EV DataTracker, penjualan perusahaan rintisan tersebut selama Januari tahun ini anjlok 98 persen dibanding periode bulan yang sama pada 2024. Lalu pada Februari, perusahaan hanya mampu menyalurkan kurang dari 400 unit.
Selain itu Neta Auto juga disebutkan telah memangkas upah karyawan hingga 75 persen sejak sebelum bulan Oktober 2023 lalu. Sebagian tenaga pekerja yang keluar hanya menerima gaji minimum Shanghai dan beberapa diantaranya bahkan belum dibayar.
Dampak dari krisis anak perusahaan Hozon Auto itu tidak hanya dirasakan pihak internal, melainkan sejumlah mitra distributor dan pemasok komponen mobil listrik Neta, dikatakan menuntut pelunasan pembayaran yang tertunda.
Neta Auto di China juga pernah menanggapi isu serupa. Awal Januari kemarin, perusahaan disebutkan telah bangkrut akibat situasi persaingan industri otomotif di negara tersebut yang sangat ketat. Satu bulan sebelumnya, brand lain bernama Jiyue dinyatakan kolaps.
ADVERTISEMENT
Ini karena dipicu oleh laman resminya yang tidak berfungsi pada dini hari dengan tanda yang mengatakan bahwa halaman tersebut sedang dalam perbaikan dan dengan cepat kembali normal. Namun, Neta tetap tidak senang dengan pihak penyebar rumor tersebut.
Kabar situasi yang tak stabil di tubuh Neta itu bermula sejak tahun 2024. Pada Februari, aktivitas pabrik di Nanning dikabarkan tengah terhenti dan kemudian berlanjut pabrik di Tongxiang yang dikatakan berhenti produksi setengah bulan awal November.
CEO yang baru sekaligus pendiri Neta Auto, Fang Yunshou tak menampik soal tantangan yang sedang dihadapi perusahaannya ketika sedang menceritakan kilas balik perjalanan selama 10 tahun sejak berdiri pertama kali.
Ia menyusun tengah rencana pemulihan bagi perusahaan yang tengah berjuang itu. Dengan taktik yang tampaknya semakin umum bagi para produsen di Tiongkok, Neta Auto mencari cara untuk keluar dari persaingan harga yang ketat di pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Fang menargetkan dua hingga tiga tahun ke depan setengah penjualannya untuk pasar domestik dan sebagian lainnya di pasar global. Guna mencapai hal tersebut, Neta perlu menciptakan model global yang bisa mudah diserap pasar internasional.
Strategi Fang tampaknya mengatur ulang hal ini untuk meningkatkan profitabilitas dan mengeklaim bahwa margin laba kotor pada tahun 2025 akan berubah positif dan perusahaan akan mendapat untung secara keseluruhan pada tahun 2026.