NIU Pertanyakan Performa dan Durabilitas Proyek Konversi Motor Listrik

1 Agustus 2022 19:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diler baru NIU di Grand Indonesia. Foto: NIU Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Diler baru NIU di Grand Indonesia. Foto: NIU Indonesia
ADVERTISEMENT
Salah satu Agen Pemegang Merek (APM) sepeda motor listrik jenama NIU yakni CEO PT Utomo International (Utomocorp) mempertanyakan durabilitas dan performa sepeda motor listrik yang dibangun menggunakan basis sepeda motor konvensional. Tak cuma itu, motor konversi yang saat ini didorong pemerintah dianggap belum tentu memiliki performa yang optimal.
ADVERTISEMENT
"Saya pribadi mendukung konversi, cuma salah satu yang mau saya ingatkan adalah (motor listrik) NIU dibangun dari nol yakni standar sasisnya listrik. Sangat tepat kalau kita bicara durabilitas, baterai, performa, dan range itu lebih cocok kalau motor itu didesain sejak awal menggunakan sasis listrik," ujar CEO Utomocorp, Denny Utomo di Kemayoran, Jakarta belum lama ini.
Lebih lanjut, Denny menyebut sepeda motor listrik hasil konversi tentu sangat berbeda dengan sepeda motor listrik hasil pengembangan pabrikan dari segi kenyamanan dan keamanannya.
"Konversi (motor konvensional ke listrik) sih boleh-boleh saja. Tapi saya nggak tahu, range-nya, durabilitasnya nanti bagaimana, itu masih harus di-trial terlebih dahulu, ya," sambung Denny.
PT Utomo International (Utomocorp) meluncurkan dua produk modifikasi hasil kolaborasi dengan Smoked Garage di PEVS 2022, Kemayoran Jakarta (26/7). Foto: Sena Pratama/kumparan
Sementara itu, program konversi motor konvensional ke listrik menjadi upaya pemerintah untuk mendorong percepatan penggunaan kendaraan berbasis listrik.
ADVERTISEMENT
Program ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki kendaraan elektrifikasi, terutama sepeda motor listrik tanpa harus sepenuhnya membeli unit sepeda motor listrik baru. Menggunakan sepeda motor lama dengan mesin pembakar internal, kemudian menggantinya dengan motor listrik pada bengkel yang sudah disertifikasi oleh Kementerian Perhubungan.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM, menggaet Kementerian Koperasi dan UKM, secara bersama mempercepat pelaksanaan program tersebut, yang menargetkan konversi 1.000 unit sepeda motor tahun 2022 ini dan 120 juta unit pada tahun 2030.
Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menilai program ini bisa menghemat konsumsi BBM nasional.
Proses konversi sepeda motor bermesin bensin menjadi listrik di Kementerian ESDM. Foto: Dok. Kementerian ESDM
"Kalau dihitung satu motor 2 liter sehari, berarti 240 juta liter (untuk konsumsi 120 juta motor). Itu lebih dari 1 juta barel per oil yang diperlukan dalam satu hari," ujar Dadan saat Pembukaan Festival Energi Terbarukan [RE] Spark 2022 mengutip dari kumparanBISNIS belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Menyoal biaya, saat ini untuk mengkonversi sepeda motor dengan mesin pembakar internal ke sepeda motor listrik membutuhkan biaya Rp 10 juta. Namun, Dadan menyebut biaya tersebut bisa semakin turun seiring bertambahnya jumlah motor yang dikonversi.
“Sekarang angkanya Rp 10 juta per unit, kalau marketnya sudah ada 1.000 (unit), ada 100 ribu (unit), angkanya makin turun. Sekarang masih mahal karena motornya motor bekas. Konversi Rp 10 juta itu spesifikasinya motor dengan harga Rp 28-32 juta," jelas Dadan.
***