Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Eksistensi Honda Kirana tak semulus beberapa saudaranya di industri roda dua Tanah Air. Umurnya hanya bertahan 3 tahun saja, ya dia pertama kali mendebut pada 2002 dan disuntik mati oleh Astra Honda Motor (AHM) pada akhir 2004.
ADVERTISEMENT
Saat diluncurkan pertama kali, motor ini diproyeksi untuk menangkap para konsumen yang masih suka dengan desain Astrea Grand. Coba lihat saja, siluet body dari Kirana begitu kental dengan aura Grand.
Namun di medio itu, ternyata terjadi peralihan minat desain motor bebek. Masyarakat cenderung memilih motor bebek dengan desain yang lebih sporty. Alasan itu jadi salah satu penyebab motor ini kurang sukses di pasar Indonesia.
"Honda Grand sudah bingung mau diapain sama AHM, sementara generasi baru dari Supra belum juga muncul saat itu. Kemudian tren mulai bergeser, konsumen lebih suka motor bebek sporty dan Honda saat itu enggak punya modelnya," kata Adrian Yudi Widodo, pemilik Honda Kirana saat dihubungi kumparan, Rabu (9/12).
ADVERTISEMENT
Selain desain yang kurang diterima, menyoal fitur juga tergolong ketinggalan. Piranti rem masih mengusung model tromol di mana kompetitornya sudah mengaplikasikan fitur itu. Apalagi di 2002 sampai 2005 demam motor balap bebek nasional atau road race kian menjamur, Honda Kirana tak masuk dalam event tersebut.
Benarkah motor percobaan?
Maka banyak yang menyebut jika Honda Kirana dipasarkan sebagai 'kelinci percobaan' AHM, atas keraguan motor bebek berdimensi besar yang pilihannya saat itu adalah Karisma.
Seperti diketahui motor bebek saat itu memang dirancang untuk kendaraan serba busa, selain dikendarai oleh pria namun tetap ergonomis untuk wanita. Tapi saat itu Honda Karisma justru lebih diterima pasar meski secara dimensi dia lebih gambot untuk sebuah motor bebek.
ADVERTISEMENT
"Jadi setelah Kirana, muncul Karisma dari yang belum disc brake sampai yang sudah. Itu menjadi jembatan desain yang lebih sporty, laku dan mulai lancip. Bisa dibilang bridging model bebek Honda yang lebih sporty," kata dia.
Sementara si Kirana, lanjut Andri, kalah soal desain yang masih terbilang kaku, monoton, dan juga klasik.
"Desain kirana itu memang mewarisi dari Honda Prima dan Grand. Padahal saat itu untuk mesin terbilang besar 125 cc. Tapi kembali lagi, tren sudah berubah AHM keluar buru-buru dengan Karisma tapi kurang ngangkat. Baru saat evolusi Supra mereka menang lagi," ungkap dia.
Sekarang malah diburu
Bukan hal baru lagi jika motor klasik makin punya panggung di era ini. Banyak motor lawas yang kini diburu dan rela dibeli hingga puluhan bahkan ratusan juta.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali meluncur Honda Kirana dijual mulai Rp 12-14 jutaan. Nah untuk harga bahan alias keadaan tak mulus dijual mulai Rp 6-9 juta. Bahkan yang bikin geleng-geleng adalah kepunyaan Adrian yang ingin dilepas Rp 35 juta.
Harga tersebut bisa dibilang dibilang sebanding dengan kondisi motor. Ya, baru-baru ini dia merampungkan restorasi full dari Honda Kirana 2005.
"Iya, terkhusus untuk part sekarang banyak orang mulai menawarkan dan naik daun. Naik daun ini dalam arti ketersediaan dan harganya sedang bagus dan mereka menyediakan part NOS (new old stock)," pungkasnya.
Sinyal ramainya jualan spare part Honda Kirana bisa diartikan bahwa keberadaan motor bebek ini mulai diperhitungkan kembali. Apakah kamu punya pengalaman menarik dengan motor ini?
ADVERTISEMENT