Pabrikan Jepang Nilai Mobil Hybrid Lebih Cocok untuk Memulai Elektrifikasi

11 November 2023 14:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Mitsubishi di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Mitsubishi di IIMS Hybrid 2021. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Pabrikan mobil asal Jepang, Mitsubishi Motor Corporation (MMC) menilai mobil hybrid (HEV) lebih cocok sebagai awal memasuki era kendaraan elektrifikasi di beberapa negara, terutama kawasan ASEAN seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Di ASEAN, kita bisa saja memiliki BEV (mobil listrik) di masa depan. Tetapi pada awalnya, lebih baik memiliki HEV terlebih dahulu,” ungkap Executive Vice President MMC, Hiroshi Nagaoka di Tokyo, Jepang belum lama ini.
Menurut Nagaoka, adanya kendaraan elektrifikasi dimaksudkan untuk mengurangi emisi karbon CO2. Namun, pilihannya seharusnya tidak sebatas hanya mobil listrik, sebab kemampuan dan kebutuhan setiap negara untuk menerima mobil listrik murni berbeda-beda.
“Saya ingin menjelaskan pemikiran kami, untuk kami, HEV lebih baik untuk beberapa kategori mobil. Namun, dari sudut pandang pemerintah, mungkin ada strategi yang berbeda. Sebagai contoh, Indonesia dan Thailand bersaing dalam produksi (dan penjualan) mobil di ASEAN, oleh karena itu, pemerintah mendorong BEV,” terangnya.
Mitsubishi Outlander PHEV Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Pihaknya sepenuhnya memahami hal tersebut. Tetapi, Nagaoka menegaskan jangan sampai keinginan tersebut mengaburkan misi sebenarnya dari kendaraan elektrifikasi yakni mencapai netral karbon.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa ukuran untuk menghitung netralitas karbon. Salah satunya adalah assessment untuk ‘lifecycle’. Ini mencakup semua assessment CO2 dari memproduksi baterai, mobil, dan akhirnya membuang mobil tersebut,” tukas Nagaoka.
Makanya, hampir semua jenama kendaraan asal Jepang, termasuk Mitsubishi memilih strategi multi pathway untuk mempercepat ketersediaan pilihan kendaraan elektrifikasi yang jenisnya meliputi mobil hybrid dan mobil listrik.
“Kami memiliki semua perangkat elektrifikasi dan teknologi. Kemudian sesuai dengan permintaan pasar dan regulasi masing-masing negara, kami dapat memilih jenis xEV mana yang cocok ke pasar setiap negara,” jelas Nagaoka.
Deretan calon mobil elektrifikasi Mitsubishi yang akan meluncur 5 tahun ke depan. Foto: Mitsubishi Motors
Selain itu, Nagaoka mengatakan tidak begitu bijak apabila transisi kendaraan ramah lingkungan dipaksakan langsung beralih ke mobil listrik. Utamanya adalah terkait produksi baterai yang masih menghasilkan jejak karbon yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Jadi semakin besar ukuran baterainya, maka semakin tinggi CO2 yang dihasilkan untuk membentuk atau membuat baterai mobil listrik,” katanya.
Masih soal baterai, tantangan soal produksinya yang berukuran besar kaitannya dengan emisi CO2 yang dihasilkan, Mitsubishi saat ini memprioritaskan pembuatan baterai berkapasitas kecil untuk mobil listrik kompak.
“Mobil kecil dapat memiliki baterai yang lebih kecil yang berarti CO2 yang lebih kecil. Itulah mengapa mobil kecil bagus untuk BEV dan sekarang Mitsubishi Motors memiliki dua BEV di mobil kecil,” tukas Nagaoka.
Soal produk, brand tiga berlian itu saat ini punya dua mobil listrik yang dijual di Jepang yakni eK X EV dan Minicab MiEV, model terakhir akan diproduksi dan dipasarkan di Indonesia. Untuk PHEV ada Outlander PHEV dan Eclipse Cross PHEV.
ADVERTISEMENT
***