Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Disitat TechinAsia, saham Honda mengalami kenaikan sebesar 15,51 persen, sedangkan Nissan justru sebaliknya turun lebih dari 1 persen. Namun menurut Newsweek, saham Honda tumbuh 3,8 persen dan 1,6 persen untuk Nissan.
Sementara dikutip dari Bloomberg, saham Honda yang berkode 7262 dibuka melesat 14,4 persen ke posisi 1.531,2, sementara saham Nissan anjlok 7,3 persen ke 410,66.
Sebelumnya melalui pertemuan di Tokyo, Honda dan Nissan, beserta Mitsubishi Motors memastikan rencana mereka untuk bekerja sama dan membentuk produsen mobil ketiga terbesar di dunia berdasarkan jumlah penjualan.
President and CEO Honda Motor Corporation, Toshihiro Mibe menjelaskan langkah ini akan membentuk perusahaan induk baru yang ditargetkan selesai pada Juni 2025. Sementara, pendaftaran di Bursa Efek Tokyo bakal rampung pada Agustus 2026.
“Pembicaraan formal baru saja dimulai, jadi tidak ada nominal yang diberikan. Masih ada poin-poin yang harus dipelajari dan didiskusikan,” jawab Mibe saat disinggung mengenai besaran nilai transaksi kemitraan tersebut.
ADVERTISEMENT
Diprediksi dengan bergabungnya dua produsen besar ini memiliki nilai USD 50 miliar atau sekitar Rp 808 triliun. Angka tersebut berdasarkan kapitalisasi pasar ketiga produsen dan kemampuan gabungan produksi kendaraan sebanyak 8 juta unit per tahun.
Penggabungan yang diusulkan bertujuan untuk berbagi sumber daya, meningkatkan skala ekonomi, dan mencapai sinergi operasional. Misalnya Honda dapat memanfaatkan keahlian Nissan dalam pengembangan SUV besar, baterai EV, atau teknologi hybrid.
Krisis yang tengah menimpa Nissan juga langsung direspons oleh mantan bosnya, Carlos Ghosn yang mengatakan bahwa manuver merger antara Nissan dan Honda merupakan sebuah langkah putus asa karena menurunnya penjualan Nissan.
Ghosn bilang, Honda sebenarnya tidak begitu antusias melakukan kolaborasi tersebut. Keputusan itu diambil karena ada pengaruh dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang atau METI yang memintanya.
ADVERTISEMENT
“Ini merupakan langkah putus asa bagi Nissan. Sinergi antara kedua perusahaan tersebut akan sulit ditemukan karena keduanya punya pasar yang sama dengan produk yang juga serupa,” kata Ghosn kepada Bloomberg Television beberapa waktu lalu.
***