Pembiayaan Kredit Sepeda Motor Honda Turun 7,53 Persen Akibat Krisis Chip

Booth Astra Honda Motor (AHM) di GIIAS 2021. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO

Krisis semikonduktor yang terjadi di industri otomotif global termasuk Indonesia rupanya sangat berdampak pada penjualan kendaraan bermotor, salah satunya sepeda motor.

Akibat situasi itu, pembiayaan kredit sepeda motor dari PT Federal International Finance (FIF) pun mengalami penurunan 7,53 persen pada semester 1 2022.

Berdasarkan rilis yang diterima kumparanOTO, sepanjang Januari hingga Juni 2022 lalu, FIFAstra hanya mampu menyalurkan pembiayaan kredit sepeda motor Honda sebesar Rp 9,38 triliun, turun dibandingkan periode sama pada 2021 yang berhasil membukukan Rp 10,15 triliun.

"Kelangkaan chip semikonduktor pada produksi sepeda motor berdampak kepada layanan pembiayaan sepeda motor baru kami. Kendati demikian, kami tetap terus optimis melihat kinerja lini bisnis lainnya yang menunjukkan pertumbuhan positif pada semester 1 tahun 2022 ini," jelas Presiden Direktur PT FIF, Margono Tanuwijaya.

Obligasi terbitan PT Federal International Finance (FIF) telah mendapat peringkat idAAA (Triple A) dari Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan AAA(idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia. Foto: Dok. FIFGroup

Lebih lanjut, Margono memaparkan tren penurunan pembiayaan kredit sepeda motor ini juga tercermin dari menurunnya jumlah booking unit atau pemesanan kendaraan pada semester 1 2022 lalu.

Berdasarkan data yang dirilis FIF, angka pemesanan sepeda motor pada semester 1 2022 lalu tercatat hanya 549 ribu unit atau turun 4,81 persen dibandingkan periode sama pada semester 1 2021 yang berhasil mencatatkan booking unit 577 ribu.

Tumbuh di semester 2022

Kendati mengalami penurunan pada semester 1 2022 lalu, Margono pun optimistis pembiayaan kredit sepeda motor FIF bisa mengalami pertumbuhan pada semester 2 2022.

PT Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan new Honda ADV 160 (1/7). Foto: Sena Pratama/kumparan

Ia berharap permasalahan krisis semikonduktor yang terjadi di industri otomotif global bisa berangsur pulih sehingga dapat menormalkan rantai pasok dan produksi kendaraan bermotor.

***