Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin Dodiet Prasetyo mengatakan, selain dapat memberi nilai tambah di industri otomotif, konsep LCGC hybrid juga dinilai membantu percepatan transisi energi.
"Saat ini kami melakukan studi internal apakah LCGC ini bisa disematkan teknologi hibrida, baik strong hybrid maupun mild hybrid," buka Dodiet saat di Focus Group Discussion yang diselenggarakan Forum Editor Otomotif di Jakarta, Kamis (21/11).
Lebih lanjut, Dodiet menerangkan apabila konsep LCGC hibrida dapat diwujudkan maka akan ada dua hal yang bisa dicapai yakni intensitas pengurangan penggunaan bahan bakar minyak dan lebih cepat menuju target dekarbonisasi di Indonesia.
"Poinnya adalah satu, kita ingin meningkatkan capaian yang sudah bagus tadi dalam rangka untuk sumbangsih penurunan emisi dan ketahanan energi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
"Artinya kita berusaha meningkatkan yang sudah efisien menjadi lebih efisien. Tentu saja kami mendorong para pabrikan LCGC untuk bisa menyematkan teknologi hybrid di situ," jelas Dodiet.
Pihaknya mengaku masih akan mengkaji lebih lanjut soal kemungkinan adanya mobil LCGC hybrid. Selain itu, segmen ini juga terbilang paling stabil dalam hal penjualan, terutama setelah pasar otomotif nasional sempat dihantam pandemi Covid-19 lalu.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo mencatat, sepanjang Januari-Oktober tahun ini LCGC sudah tersalurkan sebanyak 149.583 unit atau mengambil porsi 21 persen dari total pasar otomotif nasional sebanyak 710.406 unit.
Dalam konteks penghematan bahan bakar, produk-produk LCGC yang ada saat ini seperti Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio, Toyota Calya, dan Daihatsu Sigra sudah memenuhi ketentuan konsumsi BBM rata-rata hingga 20 km/liter.
ADVERTISEMENT
"Menarik itu bisa ke sana kalau volume-nya besar. Volume LCGC besar tetapi teknologi berubah, tidak bisa emisinya segitu saja jadi jalan keluarnya hybrid. Ini tantangan makanya perlu RnD," timpal Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara.
Wacana itu ditanggapi positif oleh Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI, Rustam Effendi yang mengatakan bahwa usulan tersebut bisa membantu penjualan mobil hybrid di Indonesia ke depannya.
"Kemudian harganya mendekati LCGC dan kemudian ini akan menjadi kebutuhan masyarakat luas. Saya rasa ini akan lebih sukses dibandingkan mobil hybrid yang lebih mahal," ungkapnya di acara yang sama.
***