Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Banderolnya bila merujuk laman resmi BMW Indonesia, ada di angka Rp 1,299 miliar off the road Jakarta. Memang masih tinggi harganya, malah punya selisih sedikit lebih mahal dari BMW seri-5 M Sport.
Tapi tak apa, kalau kemampuan finansial Anda mencukupi, mau tampil beda, dan berkontribusi mengurangi polusi udara di perkotaan, maka BMW i3S adalah solusi terbaik saat ini.
Lalu, bagaimana rasa feeling berkendara, performa, maupun cara pengisian daya dari mobil listrik ini? Mengingat mobil listrik masih jadi barang baru.
Simak ulasannya di bawah ini, atau Anda dapat menyaksikan video first drive BMW i3S berikut.
Rasa berkendara layaknya mobil biasa
Seperti biasa, dari posisi berkendaranya. Kami suka pengaturan setirnya selain tilt, tapi bisa diatur jarak teleskopiknya yang cukup panjang.
Selain itu, jok yang juga bisa diatur enam arah meski masih manual ini juga bisa memudahkan penyesuaian siapa saja pengemudinya.
Urusan visibilitas pun luas, tampilan ke depan layaknya membawa city car, kemudian pilar A dengan kaca juga memudahkan penglihatan secara diagonal. Yang menambah asyik adalah adanya panoramic sun roof individual untuk pengemudi dan penumpang depan.
Oke, untuk rasa mengemudinya, jujur selama beberapa detik pertama, kami butuh waktu untuk beradaptasi. Maklum, karena pada benak kami, harus mengubah mindset cara berkendara mobil bermesin biasa dengan versi setrum.
Hanya saja setelah membawanya di jalanan umum, mengemudikan mobil listrik tidak begitu jauh dengan mobil konvensional. Perbedaan paling mendasar hanyalah mobil ini tanpa suara, selebihnya soal rasa menginjak pedal akselerator maupun rem, persis sama.
Untuk akselerasinya, sama saja pedal diinjak tipis-tipis untuk melaju perlahan. Ketika butuh kecepatan agak tinggi, sedikit tambahkan tekanan pada pedal maka secara linear pun kecepatan bertambah.
Dari data spesifikasi, motor listriknya mendapat asupan daya dari baterai listrik berdaya 42,2 kWh, yang mampu menghasilkan tenaga 184 dk dan torsi puncak 270 Nm.
Mau ngebut bukan perkara sulit
Itu tadi kalau mengemudikannya di jalanan yang macet nan padat merayap. Bila kondisinya ramai lancar, tinggal injak pedal dalam-dalam, maka laju mobil langsung naik secara cepat.
Saking cepatnya, akselerasinya membuat badan menghentak ke jok. Inilah yang jadi ciri khas mobil listrik, daya dari baterai yang dihantarkan melalui inverter ke motor listrik, langsung terdistribusi ke roda penggerak.
Yang bikin mengemudi BMW i3S ini lebih menyenangkan lagi adalah dengan adanya empat mode berkendara: Sport, Comfort, Eco Pro, dan Eco Pro+.
Pilihan Sport, tentu saja akselerasinya lebih galak, hentakan lebih terasa, dan akselerasinya juga lebih instan. Saat pedal akselerator diinjak full, tak terasa kecepatan langsung berada di kisaran 90 km/jam.
Atau pada pilihan Comfort, hentakan sedikit tereduksi supaya kenyamanan saat berkendara lebih dominan. Pada mode ini juga konsumsi baterainya normal, tidak cepat habis saat mengaktifkan mode Sport.
Selanjutnya pada mode Eco Pro, untuk yang satu ini feeling hentakannya masih serupa dengan mode sebelumnya, tapi untuk mencapai kecepatan tinggi tidak secepat saat mode Comfort.
Inverter yang jadi otak mobil listrik mengatur putaran motor listrik lebih rendah, sehingga daya baterai tidak cepat habis.
Adapun pada mode Eco Pro+, hentakan jadi terasa lebih lembut, akselerasi juga serupa seperti mode sebelumnya. Kemudian biar sesuai namanya yang menjanjikan kehematan daya baterai paling maksimum, pendingin kabin diatur hanya pada blower-nya saja.
Rekomendasi kami sih tentu mode Eco Pro wajib diaktifkan terus-menerus supaya baterai tidak cepat habis, mengingat fasilitas pengisian daya masih belum banyak di Indonesia, apalagi di Jakarta.
Apabila ragu dan takut kehabisan baterai di jalan, maka Eco Pro+ pilihannya, tapi satu, risikonya adalah kegerahan.
Handling dan suspensi
Untuk handling jujur seperti membawa mobil BMW lainnya, setirnya ringan dan rigid. Memang pada pengetesan ini kami tidak melakukan manuver zig-zag ataupun menikung dengan kecepatan tinggi, hanya saja apabila membawanya di perkotaan dengan kecepatan di bawah 40 km/jam, rasanya akan cepat jatuh cinta pada handling mobil ini.
Selebihnya untuk bantingan suspensi, memang bukan yang terbaik. Melibas speed bump dengan kecepatan 25 km/jam, ayunan suspensinya keras.
Tapi kalau mengendarainya pada kecepatan rendah, tentu akan terasa empuk. Mungkin sengaja diatur sedemikian rupa supaya handling berkendaranya lebih rigid dan tidak membuat limbung.
Ngecas cepat harus berdaya listrik besar
Pada paket pembelian BMW i3S, akan tersedia travel adaptor, atau seperangkat colokan sehingga bisa mengisi daya melalui stop kontak yang berlaku di Indonesia. Perangkat colokan tentu cocok dipakai di rumah atau rest area.
Hanya saja, adaptornya hanya cocok di colokan rumah yang daya listriknya minimum 2.200 watt. Di bawah itu, listrik rumah akan padam.
Kalaupun rumah Anda berdaya 2.200 watt, dengan adaptor tersebut juga tidak dapat mengisi dayanya secara cepat. Apalagi kalau banyak perangkat elektronik yang tersambung.
Sehingga untuk mengisi 42 ribuan watt baterainya, butuh waktu berjam-jam untuk mengisinya. Ya tentu kalau mau memanfaatkannya pada malam hari saat tidur.
Maka cara terbaik mengisi baterainya lebih cepat adalah memanfaatkan stasiun pengisian listrik umum, yang umumnya sudah berupa fast charging, alias daya listriknya besar.
Apabila sudah terisi penuh, baterainya itu punya jarak tempuh paling jauh hingga 300 km. Atau sama jaraknya seperti pergi pulang dari Senayan ke Bandung.
Selama pengetesan, multi information display BMW i3S menampilkan konsumsi daya 1 Kwh setiap 7 kilometer. Artinya bila dikalikan dengan kapasitasnya 42,2 kWh, keluar angka 294, sesuai dengan daya tempuh klaim pabrikan.
Kesimpulan
Well, BMW i3S seolah berhasil menjawab keraguan kami soal mobil listrik: yang harus dibawa penuh hati-hati dan butuh adaptasi lama.
Ternyata, membawa mobil listrik tidak begitu berbeda jauh seperti membawa mobil bermesin pembakaran internal biasa. Feeling berkendara pun sama.
Tapi yang tidak sama adalah soal performa akselerasi dan cara mengisi dayanya kembali, yang artinya pembeli mobil ini harus memiliki rumah dengan daya listrik besar.