Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mobil perkotaan seperti Honda Brio biasanya memang identik digunakan untuk rute dalam kota saja. Dimensinya yang tidak besar dan kapasitas mesinnya yang kecil, tak jarang membuat sebagian orang ragu untuk membawa Honda Brio untuk berpergian keluar kota.
Ya, dimensi kecil tersebut memang membuat sebagian orang merasa kurang puas manakala harus membawa barang bawaan yang cukup banyak. Sementara kapasitas mesinnya yang kecil, membuat sebagian orang merasa kurang percaya diri saat membawa mobil perkotaan dengan kapasitas mesin yang kecil untuk melaju di jalur yang menanjak dan berkelok.
Untuk menjawab keraguan tersebut, kumparan pun berkesempatan untuk menguji mobil tersebut menuju Semarang, Jawa Tengah. Jarak yang tidak terlalu jauh, serta hadirnya akses tol Trans Jawa, membuat ibukota Jawa Tengah tersebut dirasa pilihan yang pas untuk menguji Honda Brio.
Sebelum membahas rasa berkendaranya, rasanya akan lebih pas untuk membahas terlebih dahulu posisi berkendara dari mobil ini.
Posisi Mengemudi
Untuk posisi berkendaranya, memang tidak banyak yang berbeda dari sebelumnya. Satu-satunya ubahan yang terjadi, yaitu pada bagian head rest-nya yang kini sudah model terpisah, dan tidak lagi model semi bucket seat.
Pengaturan joknya pun masih model manual, begitupun dengan pengaturan setirnya yang hanya tersedia teleskopik. Meski tidak mengalami perbedaan, posisi berkendara dari Brio ini terbilang sudah cukup baik, karena tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Selain itu, pengemudi juga dapat dengan mudah menjangkau segala pengaturan yang ada pada dasbor. Sementara untuk visibilitasnya, Brio memiliki area pandang yang sangat baik, pengemudi tidak terhalangi oleh pilar A saat hendak berbelok.
Desain dasbornya sendiri terbilang cukup sporty dan modern, serta layar instrumennya juga cukup informatif.
Akomodasi
Dengan dimensinya yang tidak terlalu besar, mobil ini memang hanya cukup menampung sedikit barang bawaan. Untuk bagasinya sendiri, hanya dapat menampung 2 koper berukuran sedang dan beberapa bawaan kecil. Oleh karena itu, bila Anda ingin membawa barang bawaan lebih, maka mau tidak mau harus meletakkannya di bagian jok belakang.
Dalam melakukan penempatan barang bawaan, sebaiknya perhitungkan juga bobot yang akan ditanggung oleh mobil ini. Ya bila terlalu berat, maka otomatis akan membuat ground clearance bagian belakang dari Brio menjadi sangat turun.
Rasa Berkendara
Memiliki kapasitas mesin 1.2 liter, akselerasi mobil ini memang tidak terlalu istimewa, terutama saat digunakan untuk rute jarak jauh. Terasa sekali saat melaju di tol Trans Jawa, mobil ini hanya mampu mentok melaju di kecepatan 120 km/jam.
Bila dipaksakan lebih dari itu, suara mesin akan terasa sangat meraung, dan pengendaliannya pun jadi lebih limbung. Dengan kapasitas mesinnya yang kecil, akselerasi pada putaran bawah dari Brio ini terbilang sangat baik.
Untuk bantingan suspensinya sebenarnya sudah cukup baik. Hanya saja, saat melaju dengan kecepatan tinggi dan melewati jalanan bumpy, mobil akan menjadi lebih mengayun dan membuat penumpang di bagian belakang menjadi tidak nyaman.
Oleh karena itu, saat melalui jalanan yang bumpy, pengemudi direkomendasikan untuk mengurangi laju mobilnya. Sementara saat melaju di jalanan yang rata, pengendalian dari Brio sangatlah baik dan lincah, terasa dari body roll-nya yang begitu minim.
Konsumsi Bahan Bakar
Salah satu keunggulan yang selama ini ditawarkan oleh Honda Brio, tentu adalah menyoal konsumsi bahan bakarnya. Ya, dengan kapasitas mesin yang hanya 1.2 liter, Brio diklaim memiliki efisiensi yang sangat baik.
Pada perjalanan Jakarta – Semarang yang menempuh jarak sekitar 450 km, Brio ini berhasil mencatatkan angka konsumsi bahan bakar 15,6 km/liter berdasarkan informasi MID. Sementara untuk penghitungan berdasarkan metode full to full, Brio mencatatkan konsumsi bahan bakar 13,1 km/liter.
Hasil konsumsi tersebut memang bukanlah yang fantastis, namun terbilang sudah lebih dari cukup. Apalagi jika melihat gaya berkendaranya yang campur aduk, ya perpaduan antara stop and go, melaju dengan kecepatan sedang dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Belum lagi dengan barang bawaan yang banyak dan penumpang hingga 4 orang, otomatis akan berpengaruh pada akselerasi dan juga konsumsi bahan bakar mobil ini yang jadi meningkat.
Kesimpulan
Pada generasi kedua dari Brio ini, Honda rupanya sangat memperhatikan segala masukan dan yang dibutuhkan oleh konsumennya. Terlihat beberapa ubahan yang dilakukan oleh Honda, sangat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Seperti pada bagian eksterior yang kini tidak lagi dipenuhi kaca yang lebar pada bagian belakang serta desain bumper depan dan belakang yang kini lebih sporty. Begitupun pada bagian dalamnya, Brio kini sudah tidak lagi mengadopsi jok dengan head rest menyatu dan telah menggunakan jok dengan head rest terpisah.
Belum lagi, hadirnya head unit dengan kemampuan fitur yang lebih lengkap, serta tersedianya 2 tweeter di bagian depan, membuat kualitas audio dari Brio ini jadi jauh lebih baik. Untuk pengaturan audionya pun kini jadi lebih mudah, terutama dengan hadirnya kontrol audio pada bagian setir.
Dengan banderol yang hanya Rp 190 juta untuk varian tertinggi, yaitu RS, mobil ini mampu menjawab kebutuhan para kaum muda atau keluarga muda. Selain memiliki desain yang sporty dan kekinian, mobil ini tidak hanya cocok untuk digunakan di rute dalam kota saja, namun juga untuk rute luar kota. Dengan catatan, penumpang yang tidak terlalu banyak dan manajemen barang yang baik.
Galeri Foto: