Penjelasan Kenapa Bus AKAP Lebih Banyak Pakai Mesin Belakang?

20 Juni 2022 6:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PO Safari Dharma Raya merilis bus double decker baru buatan karoseri Morodadi Prima yang siap melayani pemudik. Foto: dok. Safari Dharma Sakti
zoom-in-whitePerbesar
PO Safari Dharma Raya merilis bus double decker baru buatan karoseri Morodadi Prima yang siap melayani pemudik. Foto: dok. Safari Dharma Sakti
ADVERTISEMENT
Bus Indonesia umumnya terbagi menjadi dua jenis jika mengacu pada konfigurasi penempatan mesinnya yakni bus sasis mesin depan dan bus sasis mesin belakang.
ADVERTISEMENT
Jika diamati, perusahaan otobus (PO) yang memiliki armada dengan layanan trayek Antar Kota Antar Provinsi atau AKAP kebanyakan menggunakan sasis bus mesin belakang.
Lantas, kira-kira apa yang menjadi alasan bagi sejumlah PO yang lebih memilih menggunakan sasis bus mesin belakang?
“Alasan utama sebenarnya lebih kepada produk sasis bus mesin belakang yang lebih banyak ditawarkan di pasaran jika dibandingkan dengan sasis bus mesin depan,” ujar Kepala Operasional PT Safari Dharma Sakti, Kemal Maulana kepada kumparan.
Kemal menambahkan, sasis bus mesin belakang jauh lebih unggul dari aspek pemanfaatan ruang. Sasis bus dengan mesin depan tentu butuh ruang khusus untuk menempatkan mesin yang besar, efeknya membuat kabin depan bus jadi terasa sempit.
Ilustrasi sasis bus mesin depan. Foto: Sena Pratama/kumparan
“Kalau pernah naik bus dengan mesin depan pasti area kabin atau bangku depan itu lebih panas karena ada mesinnya itu. Belum lagi hawa panas mesin itu bisa terbawa hingga ke belakang,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian menyangkut aspek kenyamanan, bus dengan mesin depan dinilai kurang nyaman. Selain karena hawa panas mesin yang lebih terasa, mesin yang letaknya persis di bawah lantai kabin depan juga menghasilkan getaran yang cukup terasa.
“Selain itu, sasis bus mesin depan tidak bisa dikustomisasi secara fleksibel. Jadi panjangnya sudah dari pabrikan, beda dengan sasis bus mesin belakang yang punya varian bisa diatur panjangnya sesuai dengan kebutuhan PO,” jelas Kemal.
Lebih lanjut, pada aspek kegunaan dan ketahanan. Bus dengan mesin depan juga dinilai kurang cocok untuk perjalanan jarak jauh, apalagi dituntut untuk memaksimalkan waktu perjalanan sehingga lebih jarang untuk berhenti.
“Biasanya digunakan untuk trayek jarak dekat seperti patas atau AKDP, yang jarak tempuhnya tidak sejauh dengan bus AKAP dan perjalanannya yang konsisten atau full alias jarang berhenti, itu bisa membuat mesin bus cepat rusak,” pungkas Kemal.
Bus dengan mesin belakang. Foto: Sena Pratama/kumparan
Bus dengan mesin belakang juga dikatakan lebih stabil dan tenang ketika dipacu di jalan dalam kecepatan cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“Karena mesin berada di belakang, sisanya bobot berada di tengah hingga ke depan disebabkan karena adanya barang dan penumpang di kabin,” paparnya.
Belum lagi soal masalah perawatannya, Kemal menyebut secara kepraktisan, perawatan bus mesin belakang jauh lebih mudah ketimbang dengan bus mesin depan.
“Bus mesin depan kurang leluasa jika dibandingkan dengan bus mesin belakang. Biasanya mekanik juga agak susah jika sedang servis mesin depan karena harus buka lantai di dalam bus, kan,” tukasnya.
Akses yang terbatas pada mesin depan tentunya cukup menyulitkan ketika harus mengganti komponen pada bagian mesin. Apalagi risiko lainnya seperti oli yang tidak sengaja tercecer atau tumpah di lantai kabin bus.
Meski memang bus dengan mesin depan memiliki keunggulan dari segi harga yang lebih murah ketimbang bus dengan mesin belakang.
ADVERTISEMENT
“Selisihnya saja bisa sampai Rp 150 juta, tetapi kan menimbang faktor-faktor tadi, kita sebagai PO juga tidak mau ambil risiko dan memang bus mesin belakang lebih cocok untuk armada AKAP,” tutup Kemal.
***