Penjualan Lebih Kecil dari Indonesia, Thailand Beri Insentif untuk Mobil Hybrid

9 Agustus 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Model elektrifikasi mobil hybrid Toyota di GIIAS. Foto: dok. Toyota Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Model elektrifikasi mobil hybrid Toyota di GIIAS. Foto: dok. Toyota Indonesia
ADVERTISEMENT
Distribusi mobil hybrid (HEV) di Indonesia pada semester satu tahun 2024 lebih banyak dibanding mobil listrik (BEV). Ini menjadi alasan pemerintah enggan mengeluarkan kebijakan baru seperti pemberian insentif untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan, penjualan kendaraan hibrida dengan skema regulasi yang sudah ada saat ini dinilainya sudah bagus. Bahkan, totalnya dua kali lebih banyak dibanding mobil BEV.
"Maka untuk otomotif, kebijakannya sudah dikeluarkan. Tidak ada perubahan kebijakan dan tambahan lain," ungkap Airlangga saat konferensi Pertumbuhan Ekonomi Q2 2024, awal pekan ini.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo memperlihatkan pengiriman mobil hybrid dari pabrik ke diler (wholesales) sepanjang periode Januari-Juni tahun ini sudah mencapai angka 25.807 unit. Kontras dengan BEV yang baru 11.938 unit.
Toyota Kijang Innova Zenix HEV di IIMS 2024. Foto: dok. Toyota Astra Motor
Kendati demikian, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam menilai meski performa distribusi mobil hybrid terlihat cemerlang, hal tersebut belum cukup vital di segmen pasar otomotif.
ADVERTISEMENT
"Memang kelihatan penjualan mobil hybrid lebih baik dari BEV, tetapi belum cukup menjadikan Indonesia sebagai basis domestik dan ekspor karena masih kecil, kurang dari 10 persen. Ini ditandai masih banyaknya impor model HEV," urainya kepada kumparan, Rabu (7/8).

Pengembangan industri komponen elektrifikasi

Dalam konteks pengurangan emisi karbon kendaraan bermotor, mobil hybrid dinilai jadi salah satu jenis teknologi elektrifikasi yang mudah diserap oleh pasar domestik. Perkembangan ekosistemnya juga bisa memberi nilai tambah untuk industri otomotif nasional.
"Sebagai perbandingan, model hybrid juga baru-baru ini mendapat tambahan insentif di Thailand. Walaupun penjualan jauh lebih baik dari kita," imbuhnya.
"Ini perlu kita berikan agar ekosistem elektrifikasi berkembang di Indonesia. Terutama e-parts seperti motor, PCU, transexcel, dan battery yang saat ini masih minim investasi di Indonesia," pungkas Bob.
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan Reuters, Thailand baru-baru ini memperkenalkan pembebasan pajak baru untuk mobil hybrid yang diproduksi di negara tersebut.
Menurut dewan investasi setempat (BOI), pemerintah akan menurunkan pajak kendaraan hybrid yang diproduksi di Thailand mulai 2028 hingga 2023. Hal ini dilakukan supaya jenis kendaraan tersebut tetap kompetitif, setelah banyak pabrikan mobil listrik yang masuk ke sana.
Sekretaris Jenderal BOI Narit Therdsteerasukdi mengatakan, kendaraan hybrid memiliki peran yang penting dalam peralihan ke mobilitas listrik.
"Thailand memiliki posisi yang baik untuk menjadi produsen kendaraan hybrid terkemuka, dan mendukunng sektor ini juga akan membantu mempertahankan produksi suku cadang mobil kami," terangnya.
Lebih lanjut produsen yang bisa mendapatkan benefit tersebut, harus berinvestasi minimal 30 miliar baht atau setara Rp 1,3 triliun pada 2024 hingga 2027. Kemudian harus memenuhi kriteria:
ADVERTISEMENT
***