Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Penjualan Motor Listrik Masih Rendah, Salah Satu Penyebabnya Harga Mahal
16 September 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sekretaris Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Hari Budianto membeberkan alasan penjualan motor listrik di tanah air yang terbilang kurang melejit. Meski, sudah ada setidaknya 43 brand yang hadir di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Penyebabnya itu ada pada sistem insentif yang diberikan pemerintah. Kalau di luar negeri itu ada subsidi yang diberikan untuk produsen dan end user-nya alias konsumen,” jelasnya saat presentasi diskusi Ngovsan (15/9).
Hari menjelaskan, Indonesia termasuk negara yang dalam tanda kutip, tidak kaya. Sehingga, insentif yang diberikan sifatnya baru ke arah fiskal, kemudian deduction tax untuk RnD dan sumber daya manusia (SDM).
“Sementara pada sisi konsumennya paling diambil dari pengurangan di STNK-nya 10 persen (lebih murah) dari motor bakar,” terangnya.
Soal regulasi dan insentif pengenaan pajak kendaraan listrik atau kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) telah tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 82 Tahun 2022 tentang Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor, dan Pajak Alat Berat.
ADVERTISEMENT
Disebutkan, Pengenaan PKB KBL Berbasis Baterai untuk orang atau barang ditetapkan paling tinggi sebesar 10 persen dari dasar pengenaan PKB pada Pasal 10 ayat 1. Kemudian pada ayat 2, dijelaskan pengenaan BBNKB KBL Berbasis Baterai untuk orang atau barang ditetapkan paling tinggi sebesar 10 persen dari dasar pengenaan BBNKB.
“Motor bakar itu 2 persen PKB-nya, kalau motor listrik itu 10 persen dari 2 persen, berarti 0,2 persen. Murah, tapi masih bayar, beli motor barunya juga mahal. BBNKB-nya itu juga 10 persen, normalnya motor bakar itu 12 sampai 12,5 persen berarti 10 persennya itu 1,2 persen, sudah murah,” pungkas Hari.
Selain itu, Hari menjelaskan faktor lainnya yang membuat harga sepeda motor listrik masih terbilang mahal adalah komponen baterai.
ADVERTISEMENT
“Itu (baterai) komponen yang punya kontribusi harga 40 persen dari harga motor itu sendiri. Lalu, baterai ini menentukan jadi berat dan mahal,” imbuhnya.
Ia mengatakan, saat ini harga baterai per-kWh-nya berada di kisaran 300 dolar AS. Kemudian ia memberi simulasi dengan sepeda motor listrik miliknya.
“Saya ada motor listrik itu baterainya 1,2 kWh, itu kalau dirupiahkan berarti 1,2 dikali 300 dolar, Rp 6-7 jutaan. Jarak tempuhnya hanya 50 sampai 60 kilometer,” tukasnya.
Faktor lainnya adalah daya jelajah sepeda motor listrik dibandingkan dengan motor bakar pada jarak tempuh yang sama, dirinya menyebut, secara hitungan masih lebih murah motor bakar.
“Kit yang paling murah saja masih di harga Rp 15-18 jutaan, kalau mau beli yang punya spesifikasi dapat menempuh jarak jauh seperti ke Bandung, tanpa sering berhenti. Kalau baterai habis dan tidak ada baterai swap yang sesuai dengan motornya apa harus menunggu 5 jam hanya untuk ngecas,” papar Hari.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, jika ada yang menginginkan kapasitas baterai yang lebih besar guna menambah daya jelajah yang lebih jauh. Tetapi secara hitungan, menurut Hari, sudah jelas tambah mahal. “Baterai sekarang aja harganya Rp 7 jutaan kalau dikali 3 kali-nya Rp 20 jutaan untuk baterainya saja,” katanya.
Karena faktor-faktor tersebut, membuat pasar lebih memilih untuk menunggu momen tertentu seperti harga baterai yang lebih murah, sistem pengisian yang lebih fleksibel seperti model swap, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Dalam pemaparannya, sepeda motor listrik di Indonesia sudah terjual sebanyak 19.024 unit per tanggal 19 Juli 2022 yang datanya, kata Hari, diambil dari jumlah registrasi dari Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) yang diterbitkan oleh Kemenhub.
***
ADVERTISEMENT