Penjualan Motor Naik 38 Persen, Tahun Ini Diprediksi Tembus 5,4 Juta Unit

13 Januari 2022 13:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik Suzuki motor. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menargetkan penjualan sepeda motor nasional pada tahun 2022 pada rentang angka 5,1 hingga 5,4 juta unit. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal AISI Budi Harianto.
ADVERTISEMENT
“Proyeksi tahun 2022 kita untuk domestik, kita ada di range untuk saat ini ya, itu range kita adalah 5,1 – 5,4 juta unit, itu akan kita evaluasi setiap quarter akhirnya setelah akhir maret nanti kita lihat seperti apa revisinya kita tapi proyeksi kita ada 5,1 sampai 5,4 juta untuk domestiknya,” ujar Budi kepada kumparan (12/1).
Sedangkan untuk sektor ekspor, Budi menargetkan total di angka 900 ribu sampai dengan 1 juta unit. “Untuk ekspornya kita proyeksikan di angka 900 ribu sampai 1 juta unit, gitu kira-kira,” sambung Budi.
Budi menyebut, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang membuat AISI optimis memasang target angka penjualan domestik dan ekspor tersebut untuk tahun 2022.
Produksi sepeda motor bebek Honda. Foto: Dok. Astra Honda Motor (AHM)
“Dasar-dasarnya sebenarnya apa sih yang mendukung kita untuk kenapa kita proyeksikan di angka itu sebenarnya kita ada satu hal yang terpenting adalah pertumbuhan ekonomi kita, nah selama pertumbuhan ekonomi kita itu bisa jaga apalagi kalau di atas 5 persen,” pungkas Budi.
ADVERTISEMENT
Agar target tersebut berjalan dengan baik, Budi mengatakan proyeksi tersebut bergantung pada beberapa hal, misalnya penanganan terhadap situasi pandemi yang masih melanda negeri ini.
“Tantangan seperti masalah penanganan covid ini semoga tidak terjadi gelombang tiga, di depan mata omicron nih yang sudah mulai naik, karena jika pengendalian vaksinasi /booster itu bisa berkembang/dikendalikan dengan baik tentunya ini akan mendukung sektor ekonomi, sektor ekonomi kalau bisa recovery seperti ini itu akan menjadi sumbangan pertumbuhan penjualan kami juga,” jelasnya.
Kedua adalah sektor harga komoditas di pulau Jawa dan Bali serta daerah lainnya di Indonesia yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di setiap daerah dan dapat berkontribusi terhadap penjualan sepeda motor.
Suasana lokasi perakitan motor Yamaha di Pulo Gadung. Foto: Jihad Akbar/kumparan
“Kita itu kan 60 persen kontribusinya adalah Jawa Bali ya, sebagai parameter utama lah. Sementara pertumbuhan di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi justru bagus di sektor pertambangan seperti batubara, dan sektor lainnya seperti karet, kelapa sawit itu kan salah satu yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi tadi berkontribusi terhadap penjualan sepeda motor di masing-masing area tersebut,” imbuh Budi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah mengenai kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen yang sebelumnya 10 persen dan mulai berlaku pada April 2022 mendatang.
“Kita lihat mulai April nanti akan ada penerapan pajak yang menjadi menjadi 11 persen, nah tentunya ini kan akan sedikit mengurangi daya beli masyarakat tentunya karena harganya naik kan, dalam artian daya beli masyarakat sedikit terkoreksi dengan adanya kenaikan pajak 1 persen, tentunya berimbas terhadap inflasi, kan pajak itu berimbas ke semua lini, itu kan yang mengurangi pertumbuhan ekonomi sebenarnya,” tukas Budi.
Namun Budi memandang, kenaikan PPN tersebut diharapkan berimbas pada pertumbuhan dan perbaikan sektor ekonomi dalam negeri yang dapat mempengaruhi permintaan kebutuhan termasuk permintaan sepeda motor dalam negeri.
Pabrik Kawasaki Motor Indonesia Foto: Istimewa
“Itu kan berimbas ke seluruh sendi-sendi ekonomi, artinya itu kan sudah dipikirkan kita selalu mendukung lah apapun yang pemerintah putuskan, artinya kita berpositif thinking itu akan bagus, kan itu biaya kenaikan pajak juga untuk membiayai pembangunan termasuk dalam hal ini kita dilanda pandemi dan segala macam,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian mengenai pengurusan surat-surat, Budi berharap tidak ada kenaikan tarif pada tahun 2022 ini.
“Dari dialog kami, Pemerintah masih berusaha untuk tidak menaikkan tarif dari baik pajak kendaraan motor yang pajak PKB-nya itu kan 2,5 persen, BBNKB-nya sebelumnya 12 persen itu, itu kita berharap tidak terjadi kenaikan tarif di tahun ini (2022), kalau itu tidak naik setidaknya dari pajaknya tidak ada kenaikan, tinggal kita dari sisi PNBP-nya,” imbuh Budi.
Budi melanjutkan, pihaknya juga masih menunggu keputusan Korlantas mengenai penetapan tarif PNBP sejak bulan Oktober-November lalu.
Honda Supra X 125 punya seragam stripping baru. Foto: Istimewa
“Kami berkomunikasi di sekitar bulan Oktober-November itu mereka sedang berusaha menetapkan tarif PNBP-nya, nah kami sampai bulan ini, hari ini tahun ini, ya kami belum ada laporan kenaikan tarif PNBP untuk pengurusan baik BBNKB maupun PKB, kita berharap seperti tahun lalu masih ditahan supaya tidak terjadi kenaikan tarif,” kata Budi.
ADVERTISEMENT
Berbicara proyeksi, Budi membeberkan pembagian market share untuk setiap kategori sepeda motor di tahun 2022 ini. Menurutnya, kategori skuter akan tetap mendominasi market share di samping kategori underbone dan sport.
“Skuter matik itu masih mendominasi, tumbuh terus skuter itu masih terus tumbuh, kalau melihat angkanya tahun lalu kan sekitar 87 koma sekian, nah sekarang skuternya itu di angka 88 persen, untuk tipe sport itu punya kontribusi, sisanya yaitu ada di 6 persen. Jadi 88 persen dan 12 persennya terbagi antara underbone dan sport, gitu ya,” jelas Budi.

Penjualan sepeda motor tahun 2021 tumbuh 38 persen

Penjualan sepeda motor nasional pada tahun 2021 lalu ditutup di angka 5.057.516 unit untuk pasar domestik, mengacu data pada situs AISI kategori skuter masih mendominasi sebesar 87,58 persen, diikuti underbone 6,30 persen, dan sport 6,12 persen.
Petugas membersihkan sepeda motor yang di panjang di salah satu dealer motor di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (10/1/2021). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Di 2021 kita di angka domestic kita recovery-nya juga cukup bagus, kita tumbuh 38 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 artinya closing di angka 3.661.600 unit, tahun ini (2021) kita closing di angka domestiknya yaitu 5.057.516 unit atau tumbuh 38 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk volume ekspor tahun 2021 juga mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 lalu. Budi memandang kinerja penjualan domestik dan ekspor dinilai bagus.
“Itu kinerja ekspor kita, ekspor ini in case adalah ekspor CBU ya, itu catatannya tahun sebelumnya di 2020 kita closing di angka 700.392 unit, di akhir tahun 2021 kita tumbuh 15 persen dibanding tahun 2020 pada angka 803.931 unit, artinya baik domestik maupun ekspor kita cukup bagus pertumbuhannya,” tutur Budi.