Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Beberapa waktu lalu PT Peugeot Motorcycle Indonesia meluncurkan skuter matik Django versi 2019. Tampil dengan gaya retro modern, Django terbaru hadir dalam dua varian yaitu Django SS dan Django Classic.
Skuter jenama asal Negeri Parfum ini memang bukan barang baru. Pada tahun 2018, Peugoet Motor Motorcycle Indonesia telah lebih dulu mengeluarkan line up standard Django yaitu Evasion dan Allure.
Nah, kumparan berkesempatan mencoba langsung Django SS yang baru saja mengaspal di Indonesia. Meminjam unit dari flagship Store Peugeot Motorcycles di kawasan Cipete Raya, simak catatan kami menjajal Django SS untuk berkendara harian.
Dari desain, bodi Django SS yang kami tes mengusung warna Cherry Red yang dibalut dengan aksen krom. Uniknya, pada bagian depan ada striping dua garis dan logo bertuliskan angka 55 di bagian samping buritan sehingga menambah kesan retro sporty. Angka 55 memiliki benang merah sejarah dengan Django S 55, skuter pertama Peugeot pada tahun 1953.
Dimensi skuter ini bisa dibilang gambot karena mengusung desain skuter matik gaya perkotaan Eropa dengan bodi memanjang. Di sektor kaki-kaki, karakter roda dan velg cukup padat dengan profil ban depan dan belakang berukuran 120/70 ring 12.
Untuk test ride, rider melakukan pengetesan dari Depok menuju kantor kumparan di Pejaten, Jakarta Selatan, selama 3 hari. Simak selengkapnya.
Posisi Berkendara
Untuk ukuran skuter matik, Peugeot Django memiliki bodi yang terbilang bongsor dan panjang. Secara dimensi Django memiliki panjang 1.925 mm, lebar 710 mm, dan tinggi 1.190 mm.
Dengan postur tubuh rider yang memiliki tinggi 169 cm, posisi kaki cenderung jinjit dan tidak menapak dengan sempurna. Selain itu desain setang yang lebar dan tinggi membuat posisi tangan rider cukup terbuka, namun masih terasa rileks karena posisi jok yang rendah dan cukup tebal.
Sementara saat berkendara dengan kecepatan stabil dan santai, tubuh masih terasa minim goncangan dan tidak pegal. Namun, ketika motor berakselerasi pada kemacetan, bagian punggung dan bahu lebih cepat pegal karena efek tarikan gas yang tidak halus untuk berkendara stop and go.
Pada saat berbelok, rider pun juga butuh penyesuaian karena setang yang lebar menyebabkan sudut putar menyempit. Tak jarang tubuh rider terpaksa harus ikut bergerak menyamping di belokan tajam.
Fitur
Sebagai skuter bergaya retro perkotaan, Peugeot juga melengkapi Django dengan fitur penunjang berkendara. Dari panel instrumen, desainnya dirancang membulat dengan speedometer kombinasi digital dan analog.
Sementara informasi yang terdapat pada panel digital meliputi status bahan bakar, trip, odometer, jam, dan indikator suhu di sekitar. Terdapat pula lampu indikator seperti lampu sein, ABS, status mesin, dan lampu jauh.
Ada pula tombol fungsi pada kanan-kiri setang, seperti lampu jauh, pass beam, sein, starter elektrik, dan hazard.
Pada bagian depan, lampu utama sudah LED dan dilengkapi day-time running light (DRL). Uniknya tersemat lampu LED putih yang mengelilingi logo Singa Jingkrak di bagian depan.
Di bagian bawah jok juga tersedia bagasi yang cukup besar untuk menyimpan helm jenis jet helmet. Saat rider mencoba memasukkan helm half face, jaket, dan sarung tahun pun masih muat.
Fitur penunjang lainnya yaitu kantong bagasi depan sebelah kanan yang berisi fitur pengecasan baterai ponsel model lighter 12 volt dengan dudukan ponsel.
Di sebelah kiri juga ada kantong bagasi yang berisi tutup tangki bahan bakar, sehingga pengendara tak perlu turun dari motor saat tunggangannya 'minum'.
Handling dan Suspensi
Soal handling, Peugeot Django SS bisa dikatakan cukup baik, terutama karena desain setang lebar dan ringan sehingga mudah dikendalikan. Namun, dengan badan bongsor, motor ini sulit meliuk-liuk di kemacetan dan gang sempit. Terlebih kaca spion retro yang identik dengan bentuk caplang membuat rider lebih berhati-hati saat melewati celah di antara mobil.
Lalu penggunaan ban depan dan belakang yang berukuran 120/70 ring 12 rasanya kurang tepat. Sebab, saat bermanuver dengan kecepatan menengah, bodi motor yang gambot terasa agak goyang dan handling tidak rigid.
Di sektor suspensi, rider merasa sangat puas dengan profil suspensi depan hidrolik teleskopik dan belakang single hydraulic shock absorbers. Saat melibas polisi tidur dan melewati jalan rusak, suspensi depan terasa empuk meredam getaran, sementara suspensi belakang tidak begitu keras dan tidak empuk.
Sistem Pengereman
Dari segi sistem pengereman, Peugeot Django SS sudah menggunakan fitur Anti-lock Brake System (ABS). Fungsinya mencegah roda terkunci ketika pengendara melakukan hard braking dalam ketika dalam kecepatan tinggi.
Sayangnya, sistem ABS hanya terpasang pada roda depan. Meski begitu rem belakang sudah menggunakan sistem cakram berukuran 190 mm.
Untuk sistem pengereman ABS pada motor ini cukup bisa diandalkan. Terutama saat pengereman mendadak di jalan raya yang rata dan halus. Hanya saja sistem ini agak kurang membantu saat bermanuver di kemacetan karena hentakan remnya cukup kuat saat membantu kinerja rem belakang yang kurang rigid.
Performa Mesin
Dari data spesifikasi, Peugeot Django menggendong mesin 4-tak satu silinder standar Euro 4 berkubikasi 150 cc dengan sistem pendingin udara. Mesin tersebut mampu memuntahkan tenaga sebesar 11,5 daya kuda pada 8.000 rpm dan torsi 11,2 Nm pada 6.000 rpm.
Dengan profil mesin tersebut, putaran gas awal yang rider rasakan sangat berat dan kurang responsif. Untuk berkendara harian pun menjadi kurang cocok karena kurang greget saat diajak stop and go.
Seperti skuter Eropa gaya perkotaan, karakter mesin motor ini memang lebih cocok untuk berkendara santai, sehingga saat dibawa untuk berakselerasi agresif kurang bertenaga. Apalagi saat stop and go di kemacetan.
Konsumsi BBM
Skuter asal Negeri Fashion ini punya kapasitas tangki bahan bakar 8,5 liter. Untuk sekelas skuter 150 cc konsumsi bahan bakarnya terbilang cukup boros, untungnya kapasitas tangki cukup besar.
Rider menggunakan skema full to full untuk menghitung konsumsi bahan bakarnya karena belum ada fitur MID (Multi Information Display). Selama pemakaian tiga hari hingga 100 kilometer, konsumsinya rata-rata menempuh 24 km/liter dengan menggunakan BBM RON 92.
Kesimpulan
Saatnya menyimpulkan. Ya, Peugeot Django memang masih nyaman dipakai untuk berkendara harian, tapi tidak untuk anda yang gemar berakselerasi agresif. Terlebih saat bermanuver di kemacetan, dimensinya yang panjang dan lebar membuat untuk selap-selip cukup merepotkan.
Soal bobotnya sekitar 129 kilogram, cukup berat untuk sekelas skutik 150 cc sehingga performa mesin lebih berat dan kurang responsif di putaran awal. Konsumsi bahan bakar masih bisa ditoleransi dengan kapasitas tangki 8,5 liter.