Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nasib pikap mungil Daihatsu, Hi-Max, di ujung tanduk. Kondisi penjualannya saat ini mengalami keterpurukan. Meski begitu, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) masih berusaha mempertahankan mobil tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sejak peluncuran di 2016 pikap bermesin 1.0 liter ini hanya meroket di awal saja. Walaupun angkanya juga tak besar, hanya 1.074 unit ( November – Desember 2016).
Tahun berikutnya, penjualannya malah merosot tajam, di mana sepanjang 2017, Hi-Max hanya berhasil terjual 440 unit atau berarti hanya 36 unit setiap bulannya.
Kondisinya semakin terpuruk pada 2018 lalu, penjualan pikap yang diklaim “Jagonya di Jalan Sempit” hanya menoreh 85 unit. Jumlah tersebut dari gabungan penjualan Hi-Max standar sebanyak 47 unit dan Hi-Max AC 35 unit.
Sementara penjualannya sepanjang Januari-Agustus 2019 tercatat sampai menyentuh 75 unit. Melihat performanya itu, lantas bagaimana nasibnya di masa depan?
ADVERTISEMENT
Direktur Marketing PT ADM, Amelia Tjandra mengungkapkan belum mengetahui masa depan Grand Hi-Max. Penyebab merosotnya penjualan, masih dijelaskan Amel lantaran perbedaan DP (Down Payment), yang punya selisih tipis dengan Gran Max, itu membuat konsumen lebih memilh Gran Max.
“Hi-Max itu kalau dilihat dari cicilan DP enggak terlalu beda sama Gran Max, konsumen banyakan pilihnya Gran Max. Tanggung,” jelasnya.
Ketika ditanyakan apakah Daihatsu Hi-Max akan disetop produksi, Amel menyerahkan kepada situasi pasar saja. Menurutnya Daihatsu tak ingin mengambil langkah cepat, untuk menyuntik mati pikap berdimensi mungil itu.
“Saya kira itu hukum alam lah ya. Kalau memang enggak laku, mau enggak mau kita harus sadar jual yang laku. Itu semua berdasarkan pemilihan konsumen, untuk sekarang masih jualan. Kita (Daihatsu) juga enggak bakal bikin diskon gede-gedean,” tutur Amel.
Lebih lanjut, Amel menyatakan untuk penjualan Hi-Max memang ada gap jauh dengan Grand Max. Jika Grand Max (Pikap &Mini Bus) mampu menoreh angka 5.000-an unit lebih per bulan, sedangkan penjualan Hi-Max tak sampai 10 unit.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kita produksi untuk berapa lama, jadi kita stock unit dulu untuk dijual kalau sudah habis baru bikin lagi. Untuk akhir tahun lumayan, ada puluhan unit stoknya. Kalau masih ada barangnya ya kita jualan, kita masih ada produksi kok,” imbuhnya.
Marketing & CR Division Head PT Astra International Tbk Sales Operation (AI-DSO), Hendrayadi Lastiyoso menyebut, penyebab konsumen lebih pilih Gran Max ketimbang Hi-Max, karena kebutuhan dan efisiensi.
“Karakter dari Grand Max sama Hi-Max itu banget ya. Kalau di Jepang, di sana jalannya kecil-kecil dan mereka menganggap Hi-Max lebih efisien. Nah sebaliknya di Indonesia, orang lebih pilih Grand Max nambah (uang) sedikit bisa bawa lebih banyak,” katanya.
Bagaimana nasib Daihatsu Hi-Max? Menarik ditunggu.
ADVERTISEMENT