Pindah dari Pertamax ke Pertalite, Ini Efeknya ke Mesin Kendaraan

7 April 2022 3:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengisi bahan bakar pertamax di SPBU Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi bahan bakar pertamax di SPBU Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
Penyesuaian harga BBM Non Subsidi Gasoline RON 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter mendorong banyak orang untuk berpindah ke Pertalite dengan RON 90 yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah perpindahan tersebut aman untuk mesin mobil? Mengingat setiap mobil sudah memiliki standar oktan tersendiri yang ditentukan oleh pabrikan.
Menurut Dealer Technical Support Dept. Head PT Toyota-Astra Motor (TAM) Didi Ahadi perpindahan ke Pertalite hanya disarankan ketika darurat atau dalam waktu jangka pendek saja.
“Tidak untuk jangka panjang, bisa menyebabkan emisi gas buangnya tidak sesuai standar dan penumpukan kerak karbon di ruang mesin,” terang Didi kepada kumparan.
Lebih lanjut, apabila masih memaksakan berpindah untuk jangka panjang, bisa menyebabkan gejala knocking atau ngelitik pada mesin mobil. Kemudian, performa mobil akan turun.

Kondisi sebaliknya

Sama halnya seperti perpindahan dari Pertamax ke Pertalite, Didi juga tidak menganjurkan melakukan perpindahan hal tersebut. Akibatnya, berpotensi pada kerusakan komponen mesin.
Para pengendara antre Pertalite di SPBU Denpasar. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
“Semakin tinggi oktan, berisiko panas berlebih dan dapat merusak komponen mesin,” ucap Didi.
ADVERTISEMENT
Perpindahan tersebut aman-aman saja pada saat darurat atau sementara. Namun tak dianjurkan untuk jangka panjang.
Sementara itu, penggunaan jenis BBM idealnya disesuaikan dengan kompresi mesin. Mengutip The Burning Platform berikut rekomendasi bahan bakar berdasarkan kompresinya: