Plus Minus Riding Moge Petualang Moto Guzzi V85TT

28 Februari 2021 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Test ride Moto Guzzi V85TT Foto: dok. Piaggio Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Test ride Moto Guzzi V85TT Foto: dok. Piaggio Indonesia
ADVERTISEMENT
Pilihan motor di bawah naungan Piaggio Indonesia makin lengkap dengan satu model Moto Guzzi V85TT. Moge petualang itu bermain di kelas 850 cc, berkompetisi dengan BMW F850 GS maupun Triumph Tiger 850.
ADVERTISEMENT
V85TT coba menawarkan sensasi baru moge yang bisa hidup di dua alam. Desainnya terbilang unik, mempertahankan unsur retro, yang dikombinasikan dengan desain pendahulunya, V65 yang sempat berkompetisi dalam kejuaraan Reli Dakar pada era 80-an.
Moto Guzzi V85TT Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Laburan warnanya juga beda dari yang lain. Kuning, putih, merah dan hitam dilabur jadi satu. Khusus warna merah untuk mempertegas frame motor, yang memiliki fungsi ganda: estetika dan proteksi.
Menarik untuk dijajal tentunya. Seperti apa rasanya menunggangi kuda besi bongsor yang diselimuti kelir atraktif ini.
Moto Guzzi V85TT Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Khususnya riding dalam kota, seperti penjelasan Presiden Direktur PT Piaggio Indonesia, Marco Noto La Diega, bahwa V85TT juga cocok digunakan commuting sehari-hari, ketika memperkenalkannya. Berikut ini kumparan rangkum dalam poin plus minus first ride Moto Guzzi V85TT, berkendara dari Gaia Motoplex Antasari hingga kawasan Senayan, selama lebih kurang 45 menit.
Test ride Moto Guzzi V85TT, postur 171 cm kedua kaki harus jinjit. Foto: dok. Piaggio Indonesia

Poin plus Moto Guzzi V85TT

Kami awali dari poin plus pertama dulu, utamanya pada sektor dapur pacunya. Data teknis berbicara, mesinnya berkubikasi 853 cc, berkonfigurasi V-Twin yang memproduksi tenaga 80 dk pada 7.750 rpm dan torsi 80 Nm yang dicapai pada 5.000 rpm.
ADVERTISEMENT
Profil tenaga mesinnya tidak begitu menyentak mengagetkan. Tapi di samping itu distribusi tenaganya padat namun kalem di tiap putaran mesin jika langsung geber atau memuntir gas dalam.
Posisi tangan berkendara Moto Guzzi V85TT. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Bisa jadi ini lantaran mode berkendara Road, yang menjaga bukaan gas sehingga traksi ban ke permukaan jalan tetap terjaga. Makanya mau berakselerasi maksimal untuk nyalip, atau stop and go di kemacetan lebih aman karena badan tidak begitu langsung terdorong ke belakang.
Test ride Moto Guzzi V85TT Foto: dok. Piaggio Indonesia
Kedua, mode berkendaranya dapat menyesuaikan karakter berkendara sesuai kebutuhan dan medan jalan. Selain Road tadi, ada Rain dan Off-Road yang bisa dipilih baik saat diam atau jalan asal gas ditutup.
"Yang Off-Road akan lebih liar, traksi kontrol dan ABS dimatikan agar sensasi di jalan off road lebih terasa," ujar Technical Training Manager PT Piaggio Indonesia, Yudi Riswanto.
ADVERTISEMENT
Saya pun tak ingin melewatkan sensasi mode Off Road meski di jalan aspal. Benar saja, karakternya beda dari mode Road, seketika membuka gas langsung terasa menjambak.
Test ride Moto Guzzi V85TT Foto: dok. Piaggio Indonesia
Ketiga berkaitan dengan bodi bongsornya yang tidak begitu mengintimidasi pengendara berpostur 171 cm. Dilihat langsung memang besar bodinya, malah ada perasaan khawatir caranya menjinakkan kuda besi ini.
Namun ternyata ketika ditunggangi, semua kecemasan tadi sirna. Mesin V-Twin yang keluar tidak begitu berpengaruh terhadap pengendaraan. Mudah rasanya buat mengendarai Moto Guzzi V85TT ini.
Moto Guzzi V85TT Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan

Poin minus Moto Guzzi V85TT

Baru masuk ke poin minus. Pertama, kedua kaki tidak bisa menapak sempurna. Kaki memang jinjit, tapi tidak sampai jinjit balet karena tertolong sepatu yang tinggi solnya.
Ini tentunya bisa menyulitkan bagi pengendara yang mengidamkan motor ini, tapi postur tubuhnya sekitar 160-an cm. Sayangnya lagi tidak ada pengaturan suspensi otomatis, supaya bisa menurunkan tinggi joknya biar makin ramah untuk semua pengendara.
Test ride Moto Guzzi V85TT, postur 171 cm kedua kaki harus jinjit. Foto: dok. Piaggio Indonesia
Berikutnya soal panas mesin. Mungkin karena dibawa riding dalam kota, yang sewaktu-waktu terjebak macet dan berhenti, hawa panas mesinnya langsung terasa di area paha.
ADVERTISEMENT
Poin terakhir sistem pengunciannya belum keyless. Sehingga kurang praktikal dalam operasionalnya. Guna menghidupkan kelistrikan masih butuh memutar kunci kontak.
Tapi buat yang bisa berkompromi, rasanya bukan masalah besar. Sebab sistem ini menyesuaikan karakter retro pada motor Moto Guzzi.
Moto Guzzi V85TT Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan