Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Lewat Queenlekha Choppers , Muhammad Perdana Agung Satria yang karib disapa Yayak membuktikan ketelitian dan kerja keras tak akan membohongi hasil. Motor garapan builder asal Yogyakarta ini berhasil meraih gelar motor terbaik di gelaran Suryanation Motorland Battle (SML ) Seri 5 Surabaya beberapa waktu lalu.
Bicara Queenlekha Choppers, bengkel kustom ini memang kerap kali jadi bintang di beberapa event kustom, baik dalam maupun luar negeri. Yang terbaru adalah ‘Prahara’ motor dengan jeroan mesin SnS Panhead 1200 cc lansiran 2018 kepunyaan Lufti Ardika.
“Konsep motornya memang mengarah ke Traditional American Chopper. Nah kenapa pilih mesin SnS Panhead tahun muda, kan dia dijual secara aftermarket, nah kalo pakai yang genuine (asli) tahun 1940-1960-an malas sama trouble-nya ketika di jalan,” kata Lufti ketika berbincang dengan kumparan di Surabaya.
Motor dengan gaya American Chopper punya pembeda di bagian tuas kopling. Ya, aliran kustom tersebut biasanya menggunakan tuas kopling model suicide clutch. Modifikasi ini berupa perpindahan posisi tuas kopling ke footpegs menggantikan posisi tuas transmisi pada motor. Namun di Prahara, Lufti tetap mempertahankan posisi dan mekanisme layaknya motor biasa.
“Balik lagi sama tujuannya ingin punya motor yang nyaman ketika dipakai. Kondisi jalan di Indonesia, menurut saya enggak bisa diterapkan model suicide clutch. Kemarin saya main ke Amerika, memang jalannya bagus dan dominan lurus. Jadi baru tau kalau di Amerika bikin seperti itu karena memang jalannya memadai,” lanjutnya.
Secara total, tampilannya memang kental dengan nuansa klasik. Apalagi pemilihan mesin SnS Panhead semakin menyisipkan aura motor tahun 40-60an. Yang tak kalah menarik adalah leburan warna dari motor ini. Ya, meski hanya menampilkan visual satu warna saja, gradasi hijau bunglonnya dijamin melirik setiap mata.
Sang builder Yayak bercerita, awalnya permintaan dan projek untuk motor ini adalah sebagai kebutuhan pemakaian harian dan bukan untuk kontes. Lucunya, Lufti baru mengabari builder ketika motor sudah disandang sebagai juara.
“Aku merasa dibohongi saja sama Lufti, jadi waktu itu dia minta dibikinin motor untuk harian. Kebetulan dia memang sudah beberapa kali bikin motor di aku. Nah untuk Prahara ini dia minta dibuatin motor yang bisa dipakai harian, enggak macet tapi look mesinnya tua . Tiba-tiba dia ngabarin kalau motornya menang, jadi aku enggak tau kalau ternyata motor itu menang,” ceritanya sembari bergurau ketika dihubungi kumparan.
Sementara itu, untuk proses penggarapan dilakukan selama 2,5 bulan dengan proses kustomisasi lewat tangan Yayak sendiri. Sedangkan untuk detail pengecatan ia percayakan kepada rekannya, Bronx Kustom Paint.
“Hampir semua bagiannya kustom, kira-kira 85 persen lah. Malah untuk rangkanya pakai rangka asli dari Harley Davidson,” terangnya.
Karena memang spesialis chopper, Yayak mengaku tak mengalami kendala saat proses penggarapan. Hanya saja, dirinya menyebut sedikit sulit menyatukan persepsi dan pandangan yang berbeda antara owner dan builder.
“Pengerjaan paling sulit sebenarnya enggak ada, sulitnya lebih ke brainstorming antara Lufti dan akunya. Kalau masalah eksekusi motornya karena memang sudah agama aku chopper, jadi sudah diluar kepala untuk bangunnya. Iya itu, susahnya nyatukan visi dan misi mau kemana arahnya ini motor,” paparnya.
Sudah jadi tradisi, setiap motor kustom punya nama yang unik dan mewakili sang owner. Nah, motor yang bakal diadu kembali di ajang final SML di Jakarta 23 November ini diberi nama ‘Prahara’. Lufti menjelaskan nama tersebut dipilih sebagai gambaran dari perjalanan hidupnya.
“Singkatnya punya arti trouble maker lah. Ya menceritakan soal lika-liku kehidupan,” katanya sambil tertawa.
Detail kustom dan gallery foto: