Ramai Konsumen Global Ingin Beralih dari Mobil Listrik ke Mobil Konvensional

30 Juni 2024 7:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil listrik Rivian R2. Foto: dok. Rivian
zoom-in-whitePerbesar
Mobil listrik Rivian R2. Foto: dok. Rivian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai besar masyarakat dunia yang telah terpapar mobil listrik di negaranya ternyata memiliki keinginan untuk beralih ke mobil konvensional. Demikian hasil studi dari lembaga survei asal Amerika Serikat (AS), McKinsey & Co.
ADVERTISEMENT
Dilansir Teslarati, dari 30 ribu sampel berupa individu yang sering melakukan mobilitas menggunakan mobil, didapati 29 persen di antaranya mengungkapkan ingin kembali memakai mobil bermesin bakar internal (ICE).
Di Negeri Paman Sam angkanya lebih besar lagi yakni 46 persen. Lembaga konsultan itu membeberkan alasan di balik hasil riset yang cukup mengejutkan tersebut, utamanya soal infrastruktur pengisian daya yang belum cukup memadai hingga kini.
Kemudian total biaya kepemilikan kendaraan listrik yang terlalu tinggi dan pola mengemudi di jalan raya, serta perjalanan jarak jauh yang harus ditempuh oleh pengemudi. Sebenarnya, masalah tempat pengisian daya mulai bisa di atasi dengan menambahnya di beberapa lokasi secara luas.
Mark Reuss, Presiden GM, berbicara selama peluncuran sedan listrik Cadillac Celestiq di Los Angeles, California, Senin (17/10/2022). Foto: FREDERIC J. BROWN/AFP
Tesla misalnya, di AS sudah sangat banyak stasiun pengisian daya listrik umum yang dibangun oleh perusahaan pimpinan Elon Musk tersebut, ini di luar dari perusahaan pihak ketiga yang membangun fasilitas serupa yang tentu jumlahnya lebih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Menyoal masalah pada infrastuktur, para pendukung mobil listrik merasa skeptis dengan hasil survei tersebut. Menurut para pengguna mobil listrik ini, mereka sama sekali tidak memiliki kendala sehari-hari seperti yang disebutkan oleh McKinsey & Co.
Salah satu poin paling penting seputar kendaraan listrik adalah gagasan bahwa pengemudi yang menggunakan kendaraan listrik biasanya tidak kembali ke mobil konvensional atau ICE. Bahkan, pemimpin Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey, Philipp Kampshoff juga cukup terkejut dengan hasil survei tersebut.
“Saya tidak mengharapkan (hasil survei) itu. Saya berpikir, 'Sekali menjadi pembeli kendaraan listrik, tetap menjadi pembeli kendaraan listrik,'” kata Kampshoff kepada publikasi tersebut.
Ilustrasi pabrik Tesla. Foto: Shutter Stock
Ketersediaan jaringan pengisian daya ulang listrik umum di Amerika Serikat sebenarnya tidak bisa dibilang sedikit. Pada Mei 2024, negara adidaya itu memiliki 183 ribu titik stasiun pengisian daya listrik umum.
ADVERTISEMENT
Pemerintah AS bahkan telah mengalokasikan dana USD 5 miliar dalam bentuk hibah untuk menambah stasiun pengisian daya ulang listrik super cepat. Namun, realisasinya tidak selalu berjalan mulus karena terbentur banyaknya peraturan lokal.
Temuan penting lainnya dari survei McKinsey menunjukkan bahwa pembeli mobil cukup tertarik pada kendaraan listrik, dengan 38 persen responden global yang saat ini tidak mengendarai kendaraan listrik menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) atau hibrida plug-in (PHEV) sebagai kendaraan pengganti.
Lebih lanjut, bila dirinci dari 46 persen responden di Amerika Serikat soal mobil listrik, ada beberapa faktor lainnya yang membuat konsumen ingin beralih ke mobil ICE selain daripada ketersediaan infrastuktur pengisian daya tadi. Berikut detailnya.
ADVERTISEMENT
Perusahaan mobil listrik, Tesla. Foto: Jason Reed/Reuters
McKinsey & Co. rupanya juga mensurvei para pemilik mobil ICE yang sedang mempertimbangkan untuk membeli mobil listrik atau BEV. Tetapi, mereka tidak memberikan alasannya secara detail.
ADVERTISEMENT
Survei juga menunjukkan, melambatnya ekonomi turut mempengaruhi keputusan konsumen. Seperti, 44 persen di antaranya menunda membeli mobil listrik atau 58 persen menyatakan belum bersedia untuk menjual mobil yang sedang dimiliki.
Ada juga 53 persen responden yang ingin membeli mobil baru dengan skema tukar tambah agar mendapatkan harga lebih rendah dan 18 persen mengatakan mereka hanya benar-benar menikmati mobil konvensional atau ICE.
***