Respons Modifikator, Soal Tren Motor Bergaya Klasik Ala Pabrikan

14 Oktober 2019 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Honda CMX 500 Rebel bergaya Bobber Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Honda CMX 500 Rebel bergaya Bobber Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
ADVERTISEMENT
Motor dengan tampilan klasik atau retro kini punya daya pikat tersendiri bagi konsumen. Hal ini sepertinya dilihat sebagai peluang bagi para APM (Agen Pemegang Merek) otomotif roda dua di Tanah Air, untuk menghadirkan sepeda motor dengan nuansa old-school.
ADVERTISEMENT
Ya, selain memberikan kemudahan bagi konsumennya agar tak perlu menunggu dan melakukan kustomisasi. Hal ini didukung pula tren perkembangan motor kustom yang kini sedang mewabah di beberapa daerah di Indonesia.
Motor Kawasaki W175 Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Beberapa pabrikan sepeda motor yang sudah meluncurkan motor dengan tampilan klasik mulai dari Astra Honda Motor (AHM) lewat produknya CMX500 Rebel, Kawasaki W175 , BMW R nine T, deretan produk Royal Enfield, begitu juga Yamaha yang beberapa waktu lalu merilis XSR 150 di Thailand. Begitu juga dengan Benelli bahkan Viar yang punya Vintech 200.
Pertanyaannya, apakah pelaku industri motor kustom akan terganggu dengan kehadiran motor pabrikan bergaya klasik tersebut, mengingat perkembangan motor kustom belakangan ini bukan hanya sebatas hobi melainkan sudah menjadi ladang industri.
Owner sedang bersiap untuk proses penialian oleh juri di Kustomfest 2019. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
Menanggapi ini, Denny Andrean builder dari Disater 13, Semarang yang beberapa waktu lalu menyabet juara Best People Choice di gelaran Kustomfest 2019 buka suara. Menurut Jandro panggilan karibnya, ia tak merasa terganggu dan menganggap itu sebagai tantangan.
ADVERTISEMENT
“Itu kita kembalikan lagi sama taste (selera) konsumen, karena mereka punya taste masing-masing. Dengan adanya pabrik yang sudah merilis motor bergaya kustom, saya menganggap itu hal positif. Kenapa? Karena mereka (pabrikan) sudah memfasilitasi konsumen yang ingin punya motor kustom tapi enggak mau nunggu lama,” katanya kepada kumparan di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Jandro menambahkan, motor pabrikan bergaya klasik tak bisa disamakan dengan motor hasil kustom garapan builder. Ya, menurutnya motor kustom punya pembeda dari nilai estetika, makna kustom, dan kreativitas para masing-masing builder.
Pengunjung sedang melihat motor kustom. Foto: Bangkit Jaya Putra/kumparan
“Saya pikir motor kustom itu punya nilai individu masing-masing antara owner atau builder-nya. Saya selalu diskusi dengan owner sebelum menggarap, kita tanyakan motornya mau dibikin kaya gimana, jadi punya pembeda dengan motor kustom lainnya. Karena pada dasarnya motor kustom itu dibangun untuk satu orang yang mewakili karakternya,” Jandro menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Lantas, Anda pilih motor pabrikan bergaya kustom atau motor kustom hasil garapan builder?