Rifat Sungkar: Industri Mobil Kustom Nasional, Dipuja di Luar, Dicerca di Dalam

15 Juli 2020 20:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Replika VW Dakota memasuki tahap finishing.  Foto: Ikbal Muhammad
zoom-in-whitePerbesar
Replika VW Dakota memasuki tahap finishing. Foto: Ikbal Muhammad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri kustom tak melulu bicara modifikasi motor. Kendaraan roda empat pun tak luput dari dunia kreatif khusus otomotif ini.
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali di Tanah Air. Industri ini boleh dibilang ikut berkembang tapi tak begitu menggeliat seperti motor. Jumlah pelaku usahanya belum banyak.
Proses pembuatan Porsche 356b Abarth Carrera GT Alumunium Foto: dok. Yumos Garage
Meski berkembang, ironisnya karya tangan dingin mereka seperti kurang mendapat apresiasi di dalam negeri. Justru kebanyakan pecinta, penikmat, dan pemesannya datang dari luar Indonesia.
"Mobil-mobil itu kebanyakan dicelanya lah daripada diapresiasi. Tapi lucunya sangat keterima di luar negeri, motor kustomnya pun lakunya juga di luar negeri," ungkap Rifat Sungkar, pereli nasional yang juga pemerhati tren otomotif.
Melihat hal tersebut, Rifat pun menilai perlu adanya dukungan agar industri mobil kustom makin diterima sebagai kebanggaan di negeri sendiri.
Senada dengan itu, Wahyu Pamungkas, penggawa Yumos Garage, bengkel kustom spesialis replika Volkswagen Dakota satu-satunya di dunia ini menyebut, akar masalahnya dari kesulitan perizinan kepemilikan, sampai laik jalan yang membuat orang Indonesia antipati terhadap mobil kustom.
ADVERTISEMENT
"Nah ini selama ini pengurusan persyaratannya cukup complicated," katanya.
Wahyu Pamungkas, pemilik bengkel restorasi Yumos Garage Semarang. Foto: kumparan
Guna mengakalinya, pria yang akrab dipanggil Yudi ini menggunakan surat-surat asli bawaan mobil, meskipun bentuk dan wujudnya telah berubah seratus persen.
Belum lagi harus kucing-kucingan atau mengambil momen tertentu untuk bisa mengemudikan mobil hasil kustomisasi Yumos Garage, seperti saat pameran misalnya atau kondisi ketika tingkat pengawasan kepolisian rendah.
"Misal yang masih satu platform, basic-nya VW Brazil, diubah jadi Dakota, kan STNK sama BPKB-nya station wagon jadi masih pakai dokumen yang lama. Masalahnya sekarang yang basic-nya VW Kodok terus menjadi Porsche Speedster atau 356, itu yang harus segera dibuatkan regulasi perubahan bentuk," ujarnya.
Wahyu Pamungkas pemilik Yumos Garage Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
Dari cerita itu Rifat pun membeberkan pengalaman serupa. Mobil balapnya yang notabene merupakan hasil kustom sempat dipermasalahkan legalitas hitam di atas putihnya. "Itu padahal di atas car carrier, kemudian di tengah jalan diberhentikan ditanya surat-suratnya, ini kan untuk kebutuhan khusus bukan di jalan raya," ujarnya.
Porsche 356a Coupe Rifat Sungkar. Foto: dok. Instagram Rifat Sungkar

Laris manis di luar Indonesia

Yudi mengamini, pada akhirnya kesulitan mengurus persyaratan dan pengujian laik jalan mobil karyanya membuat pasar industri kreatif ini diam di tempat.
ADVERTISEMENT
"Padahal di Jerman misalnya, persyaratannya begitu ketat, tapi kami dibantu, saya ikuti saja apa yang mereka minta. Alhamdulillah sampai sekarang terus diterima. Perbandingannya saya sudah kirim ke luar negeri sekitar 200, di Indonesia baru 30-an," jelasnya lagi.
Pekerja tengah menyelesaikan proyek restorasi di Yumos Garage Foto: Ikbal Muhammad
Kendati begitu berkat dukungan kolega, komunitas, hingga instansi terkait yang berjanji membantu permasalahan Yudi --soal legalitas mobil kustom--, belum lama ini pesanan karyanya mulai dipadati orderan dalam negeri.
"Luar biasanya pasar lokal lagi bagus banget, sudah mulai apresiasi karya Yumos Garage sekarang, dari Januari sampai Juni justru dari lokal," ungkapnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona