Rumput Membawa Ricky Elson Tak Melulu Bicara Teknologi

18 September 2017 16:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ricky Elson, Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ricky Elson, Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jumat pagi itu (15/9), ditemani sepiring bala-bala hangat, Ricky Elson kembali bercerita soal Ciheras. Dia sendiri masih bertanya-tanya mengapa harus di tempat ini dan hatinya dikuatkan untuk bertahan di sini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, setelah penambangan pasir besi dihentikan, hanya kerusakan tersisa. Akses jalan utama rusak parah. Lubang di mana-mana. Tanah yang gersang pun membuatnya yakin tak akan ada tumbuhan yang bisa hidup dan memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat.
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Berawal dari sini lah, Ricky Elson sang ahli motor listrik itu belajar hal baru di luar bidangnya. Momen itu ia saksikan sendiri ketika seorang bapak tempat dia mengontrak tekun mengolah sebidang tanah pada 2012 silam.
"Sang bapak menusuk tanah dan membuat lubang kemudian istrinya melemparkan biji kacang masuk ke situ. Saya melihat itu langsung berucap dalam hati `ngapain ini, menanam di tanah yang seperti ini numbuh apa?`," katanya. Dia ingat betul saat itu terus menatapi sebidang tanah tersebut dan melongok ke dalam lubang yang sengaja tidak ditutup.
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
"Mereka ternyata sudah tahu kapan datangnya hujan. Saya tengok dua hari kemudian biji itu terbelah dan keluar tunas. Seminggu setelahnya muncul daun tiga, dua minggu sudah lumayan tinggi, tiga bulan kemudian tadi si bapak tadi panen kacang dan kewalahan. Dua kuintal banyaknya."
ADVERTISEMENT
Ricky Elson kembali mendapat "pukulan" dan belajar dari peristiwa itu. Dia yang sudah mengutuk tanah Ciheras karena dianggap tak lagi mampu menghasilkan ternyata salah. Tanaman yang ia pikir tidak hidup justru tumbuh.
"Di sanalah saya mulai belajar kehidupan petani, harga satu kilo kacang hanya 8 ribu rupiah, padahal di pasaran itu 25 ribu rupiah. Bagaimana cara hidup petani membuat saya tersentuh, saya bicara teknologi sementara yang dibutuhkan rakyat saya bukan ini," ceritanya.
Kisah lain dari penderes nira kelapa pun sukses membuat perasaan Ricky semakin hancur. Dia melihat bagaimana seorang penderes memulai pekerjaan naik-turun 40 pohon kelapa setiap hari sejak usia 12 hingga 55 tahun.
ADVERTISEMENT
Rutinitas itu membuat kaki-kaki mereka pecah, bentuk jempol dan telunjuk kaki terbuka lebar akibat rutinitasnya. Hujan atau petir sekalipun tak menyurutkan langkah mereka mencari rezeki.
"Saya bertanya terus, apa yang bisa saya lakukan. Ternyata saya cuma terlihat keren dan hebat di mata orang dan tidak bisa memberikan apa-apa. Di situlah saya pada akhirnya tidak memiliki kebanggan terhadap kincir angin terbaik saya," sesalnya waktu itu.
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Lentera Bumi Nusantara)
zoom-in-whitePerbesar
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Lentera Bumi Nusantara)
Jawaban yang selama ini ia cari akhirnya tiba. Ricky Elson mendapat pelajaran dari rumput yang terus tumbuh ketika dicangkul.
"Seperti ada yang berbicara kepada saya: 'Enggak belajar kamu di tempat seperti ini, kering, kami tumbuh, kamu enggak belajar, kenapa mesti dicangkul dan tidak dimanfaatkan. Kurang bukti apa lagi, kacang tumbuh dan ada harapan`," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian datanglah dia ke seorang ustadz di Jonggol. Dia bertanya, bagaimana caranya menyuburkan tanah yang gersang.
"Ternyata saya baru bertanya di tahun 2014, petani sudah menjalankannya dan rasanya saya terpukul. `Saya ini sombongnya minta ampun tahunya enggak ada`. Dari situlah saya putuskan mendirikan Lentera Angin Nusantara, bukan hanya angin yang menjadi berkah di negeri ini, segala di langit dan di Bumi akan menjadi berkah," katanya,
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Lentera Bumi Nusantara)
zoom-in-whitePerbesar
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Lentera Bumi Nusantara)
Lubang-lubang galian bekas penambangan pasir ia manfaatkan sebagai kolam budidaya lele. Dia melibatkan masyarakat sekitar untuk menggali.
Selain itu, di Lentera Bumi Nusantara dimulailah aktivitas menanam kacang, jahe dan membuat kandang untuk ternak domba.
"Saat itu saya pikir harus ada yang butuh rumput, rumput saya lempar ke domba sebagai pakan dan kotorannya untuk menyuburkan tanah,"
ADVERTISEMENT
Masyarakat sekitar yang tadinya kehilangan pekerjaan akibat tutupnya penambangan mulai mendapatkan penghidupan. Lokasi Lentera Bumi Nusantara yang dulunya gersang kini menjadi lokasi paling hijau.
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lentera Bumi Nusantara (Foto: Resnu Andika/kumparan)