Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sasis Bus Putera Fajar Seharusnya Tak Bisa Adopsi Model Dek Tinggi
16 Mei 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bodi bus maut Putera Fajar yang alami kecelakaan di Subang akhir pekan lalu, diketahui tidak sesuai dengan peruntukan spesifikasi bodi bus yang digunakannya.
ADVERTISEMENT
Melalui data dari aplikasi Mitra Darat, bodi bus jenis super high deck (SHD) atau dek tinggi itu dibangun di atas sasis Hino AK1JRKA lansiran tahun 2006 berdasarkan tanggal diterbitkannya SRUT (Surat Registrasi Uji Tipe).
Kemudian, penelusuran dari komunitas media sosial, wujud awal bus tersebut sejatinya merupakan jenis standard deck (SD) dari karoseri Laksana tipe Discovery dan milik perusahaan bus lain. Sebelum akhirnya dibeli dan dirombak oleh PO Putera Fajar.
Melihat kenyataan tersebut, Direktur Utama PT Karoseri Trijaya Union Dhimas Yuniarso cukup terkejut, sebab menurutnya sasis yang digunakan tidak seharusnya dipakai untuk bodi jenis SHD.
"Saya lihat ternyata itu (Hino) AK (AK1JRKA), ya. Itu kan tidak didesain untuk high deck, apalagi dibuat menjadi super high deck. Sangat tidak direkomendasikan karena bisa berpengaruh menjadi tidak stabil," kata Dhimas dihubungi kumparan, Selasa (14/5).
ADVERTISEMENT
Dhimas bilang, konversi bodi bus dari lama ke baru sebenarnya lumrah dilakukan. Namun, pengerjaannya tetap harus sesuai dan mengacu dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Sebagai bodybuilder resmi itu harus berdasarkan aturan dari regulator dan APM (agen pemegang merek) yang bikin sasisnya. Ada yang namanya SKRB (Surat Keputusan Rancang Bangun) sebelum membuat bodi agar bisa mendapatkan SRUT (Surat Registrasi Uji Tipe)," paparnya.
Menyoal spesifikasi teknis Hino AK1JRKA, sasis bus mesin depan ini punya kubikasi 7.961 cc. Punya panjang maksimal 12 meter dan sangat terkenal pada zamannya ketika era bus di Indonesia kebanyakan masih menerapkan bodi SD atau dek standar.
"Ya, karena ketinggian itu. Padahal membuat bodi dengan sasis harus melihat komposisi, proporsi, dan rasio," imbuh Dhimas.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ketua KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), Soerjanto Tjahjono menyoroti faktor lainnya kecelakaan bus Putera Fajar akibat perubahan spesifikasi bodi bus Putera Fajar yang tidak sesuai dengan aslinya.
"Perubahan tersebut bisa saja mempengaruhi kelimbungan kendaraan," kata Soerjanto di Terminal Subang, Minggu (12/5).
Menurut Dhimas, permasalahan bukan pada kemampuan sasis bus tersebut, melainkan pihak karoseri yang hingga kini belum diketahui identitiasnya itu, yang melakukan modifikasi penggantian bodi untuk bus Putera Fajar.
"Waktu sasis itu masih baru pasti kan sudah ada SKRB dan data spesifikasi teknis dari APM agar bisa menjadi panduan bagi karoseri. Jadi, kalau pun mau bodinya diganti, ya harus ikut sesuai dengan data SKRB tadi. Kalau yang bus (Putera Fajar) itu kan pasti sudah menyimpang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
***
Live Update