Sejumlah Inisiatif Toyota Indonesia Menjadi Green Manufacturing

5 April 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fasilitas pengujian mobil listrik di xEV Center Toyota. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitas pengujian mobil listrik di xEV Center Toyota. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak cara yang dilakukan Toyota demi mencapai target netral karbon atau net zero emission. Tidak hanya sekadar menghadirkan produk ramah lingkungan, tetapi juga menerapkan praktik green manufacturing.
ADVERTISEMENT
Pada laporan keberlanjutan 2023 Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) disebutkan melalui Toyota Environmental Challenge atau TEC 2050, perusahaan menargetkan untuk menurunkan volume emisi CO2 hingga nihil hingga tahun 2050 pada seluruh mata rantai kegiatan bisnis otomotif yang dijalankan, mulai dari produk, proses produksi, hingga rantai pasok.
Program TEC 2050 juga digunakan TMMIN sebagai acuan untuk mengatasi masalah lingkungan global seperti perubahan iklim, kelangkaan air, kekurangan sumber daya, dan hilangnya keanekaragaman hayati dalam jangka panjang.
Caranya adalah dengan menjaga kelestarian dan lingkungan di seluruh wilayah operasi TMMIN, baik di kantor pusat maupun fasilitas produksi Toyota di Indonesia. Ini sangat penting, sebab Toyota memiliki lima pabrik dengan skala besar di Indonesia.
Pabrik TMMIN mulai memanfaatkan energi hijau untuk memasok kebutuhan listrik. Foto: Dok. Istimewa
Adapun, upaya pendekatan yang dilakukan agar target TEC 2050 bisa segera tercapai adalah dengan mengembangkan kendaraan ramah lingkungan tanpa emisi CO2, kemudian menjalankan rantai pasokan yang ramah lingkungan, dan membangun fasilitas produksi tanpa CO2.
ADVERTISEMENT
Isu penggunaan air juga menjadi perhatian dengan cara mengurangi pemakaiannya. Pembangunan fasilitas danau penampungan air hujan yang dapat digunakan untuk proses produksi dan kegiatan operasional lainnya. Hasilnya, penggunaan air pada tahun 2022 turun sebesar 9,5 persen.
Tak lupa menerapkan sistem pengelolaan limbah yang berbasis konsep daur ulang. Toyota telah membentuk Satuan Tugas Pengelolaan Bahan Kimia, tugasnya memantau dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang telah ditentukan dalam Toyota Green Purchasing Guideline.
Salah satu contohnya adalah pengurangan limbah kemasan pada level mikro dengan mengganti bahan kemasan yang lebih ramah lingkungan, serta penggantian ukuran kemasan untuk meningkatkan efisiensi kemasan. Metode mampu menurunkan intensitas limbah yang dihasilkan sebesar 4,43 persen selama tahun 2022.
Lalu membangun keharmonisan hubungan antara komunitas dengan alam dengan cara melestarikannya dan kesadaran menjaga lingkungan. TMMIN telah mengembangkan hutan buatan seluas 16 hektare yang sudah menjadi habitat bagi 36 spesies pohon dan enam spesies burung air.
Produksi Toyota Yaris Cross di Karawang Plant 2 Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Guna mengurangi emisi yang terlepas di lautan dan udara, Toyota juga berinisiatif melakukan penanaman tanaman bakau. Tanaman ini mampu menyimpan dan menyerap karbon 4-5 kali lebih banyak dari hutan tropis daratan.
ADVERTISEMENT
Langkah nyata menciptakan fasilitas produksi nihil emisi CO2 selanjutnya diwujudkan dengan menerapkan 4R+ energi terbarukan dan mengembangkan teknologi inovatif dengan tingkat emisi CO2 yang rendah.
Isu gas rumah kaca (GRK) juga tidak bisa terlepas dari kegiatan manufaktur, Toyota telah melakukan berbagai tindakan untuk mereduksi GRK baik di lima pabriknya maupun di kantor pusat.
Emisi GRK pada lingkungan fasilitas Toyota Indonesia sebagian besar berasal dari konsumsi energi langsung dan tak langsung seperti listrik dari PLN, bahan bakar minyak (BBM) untuk alat transportasi, serta gas untuk pendukung alat produksi lainnya.
Pekerja sedang melakukan pengecekan di pabrik TMMIN. Foto: Dok. Istimewa
Dengan menerapkan Eco Plant, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) kian gencar dilakukan. Misalnya, memasang panel surya untuk kebutuhan penerangan jalan di lingkungan pabrik, penerangan alami di lingkungan dalam pabrik, dan pemanfaatan sisa proses pasokan energi. Sampai pengurangan pemakaian thinner pada proses pengecatan mobil.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Pembangkit Listrik Bertenaga Surya (PLTS) Atap 100 KWp menjadi solusi lainnya. Komponen tersebut dipasang di lahan parkir pabrik Karawang, dan dapat dimonitor penggunaan listrik setiap hari dan bulanan dibandingkan dengan pembelian dari PLN.
Tidak hanya itu, beberapa peralatan di pabrik semuanya sudah menggunakan teknologi yang dirancang untuk mencapai efisiensi tinggi. Seperti Inorganic Sand Core Binder, sebuah alat yang dapat melakukan pembakaran dengan suhu rendah dan proses pengerjaan yang lebih singkat.
Serta High Efficiency Burner yang dapat melakukan pembakaran dengan efisiensi tinggi. Metode Through Line juga telah menjadi bagian dari proses produksi di pabrik Toyota yang kelima untuk membuat mesin RNR di Karawang.
Sederhananya, dengan metode tersebut seluruh proses produksi mesin mulai dari pengecoran, permesinan, dan perakitan dapat berada di bawah satu atap sehingga mampu mempersingkat waktu proses produksi dan mengurangi stok barang dalam produksi.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan berbagai inisiatif tersebut, Toyota Indonesia berhasil menurunkan kadar emisi di lingkungannya. Pada tahun 2022 sebesar 77.796 ton CO2 alias lebih rendah 6,6 persen dari tahun sebelumnya.
Intensitas emisi juga berhasil turun 21 persen pada tahun 2022 dibanding dengan tahun sebelumnya. Pengurangan total emisi GRK tahun 2022 mengalami penurunan signifikan sebesar 36,9 persen dibanding tahun dasar 2016.
***