Tantangan Transisi Elektrifikasi di Industri Otomotif

2 Desember 2022 20:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Transisi elektrifikasi di Tanah Air menjadi tantangan tersendiri bagi industri otomotif. Sebab, Indonesia termasuk salah satu negara penghasil produk otomotif terbesar di Asia Pasifik dengan 80 negara tujuan ekspor.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060 mendatang, mendorong percepatan pertumbuhan kendaraan elektrifikasi di Tanah Air. Tentunya ini memerlukan adanya transisi energi dan transformasi industri, maupun bisnisnya.
Hal tersebut bukan hal yang mudah dari perspektif industri manufaktur, dalam hal ini pabrikan mobil dan motor, yang perlu tetap menjaga rantai pasokan dari berbagai macam supplier yang jumlahnya tidak sedikit.
Peralihan yang hanya berfokus pada satu jenis teknologi tertentu, misalnya hanya berfokus pada mobil listrik, akan berdampak untuk para rantai pemasok. Diperlukan solusi agar bisa menjaga posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor otomotif.
Mobil listrik Toyota bZ4X. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
“Kita sebagai manufaktur harus berpikir kepada supplier-supplier yang berpotensi terkurangi atau kehilangan pekerjaan karena pergantian elektrifikasi. Kita harus cari solusi lain karena para pemasok tersebut sudah bekerja sangat lama dengan kami,” ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN), Warih Andang Tjahjono ditemui di ITB Bandung.
ADVERTISEMENT
Penyediaan berbagai macam jenis teknologi dinilai dapat menjawab kebutuhan sembari menuju target netral karbon. Misalnya Toyota yang menawarkan berbagai macam jenis elektrifikasi seperti hybrid (HEV), plug-in hybrid (PHEV), listrik murni (EV), hingga hidrogen (FCEV).
Banyaknya kombinasi tersebut diharapkan mampu menyumbang penurunan emisi yang lebih besar, sekaligus terciptanya ekosistem elektrifikasi baru dan kuat sehingga memberi kesempatan bagi industri otomotif Indonesia agar semakin kompetitif di tengah elektrifikasi global.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif. Hadirnya ragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional,” kata Direktur Corporate & External Affairs PT TMMIN, Bob Azam.
Komponen baterai all new Toyota Kijang Innova Zenix Foto: Dok. Istimewa
Menurut Bob, ada banyak hal yang perlu disiapkan bagi manufaktur selama transisi elektrifikasi. Salah satu yang paling penting adalah penyediaan sumber daya manusia (SDM).
ADVERTISEMENT
“Banyak yang bilang, transisi elektrifikasi (mudah) karena kita punya nikel, padahal sebenarnya SDM yang utama. Punya natural resource tapi tidak punya SDM yang siap, impossible (elektrifikasi berkembang), SDM ini perlu disiapkan dari hulu sampai hilir,” ujarnya ditemui di tempat yang sama.
Toyota Indonesia meyakini bahwa era elektrifikasi tidak boleh meninggalkan industri otomotif nasional yang selama ini telah berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia “No One Left Behind.”
Setiap teknologi mobilitas memiliki perannya masing-masing, semua harus dikembangkan untuk memenuhi tujuan nasional dan mengurangi emisi karbon.
***