Tarif Impor Presiden Trump, Apa Dampaknya bagi Industri Otomotif Nasional?

6 April 2025 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Donald Trump menunjukkan grafik tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Donald Trump menunjukkan grafik tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja mengeluarkan rincian pengenaan tarif impor baru untuk sejumlah negara di dunia. Langkah ini dinilai berpotensi membuat industri nasional terpukul, lalu bagaimana sektor otomotif?
ADVERTISEMENT
Menurut Pengamat Otomotif dan Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu kebijakan itu tentu berpeluang menghambat ekspor produk otomotif buatan dalam negeri ke negara adidaya tersebut.
"Bagi Indonesia, ini berpotensi menekan ekspor karena otomatis harga barang yang harus dibeli masyarakat AS menjadi naik atau lebih mahal setidaknya 32 persen dari sebelumnya," buka Yannes kepada kumparan, Sabtu (5/4).
Dibanding dengan negara tetangga ASEAN lainnya, pemberlakuan tarif impor ke AS bagi Indonesia yang 32 persen masih lebih rendah dibanding Thailand yang 37 persen dan Vietnam yang diganjar sebesar 46 persen.
Kegiatan ekspor Toyota Indonesia tahun 2021. Foto: dok. TMMIN
"Bukan juga berarti aman karena mereka tetap bisa bersaing dengan meningkatkan efisiensi dan perampingan birokrasi ekspornya ke AS dan bahkan merebut pangsa pasar jika Indonesia diam-diam saja," imbuh Yannes.
ADVERTISEMENT
Meski berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, tidak ditemukan produk ekspor otomotif yang dikirim langsung ke AS. Namun, kebijakan itu bukan berarti tak bakal menutup peluang Indonesia jika suatu saat ingin merambah ekspansi ke Negeri Paman Sam tersebut.
Indonesia termasuk negara eksportir produk otomotif dalam bentuk utuh atau Completely Built Up (CBU) dan komponen ke sejumlah negara tujuan di benua Amerika, tepatnya Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Meksiko, Uruguay, Panama, Chile, dan sebagainya.
"Indonesia harus ekstra waspada, pemerintah perlu segera memitigasi dengan diversifikasi pasar ekspor. Tak hanya di AS, tetapi juga untuk pasar global lainnya khususnya BRICS yang Indonesia sudah tergabung di dalamnya," pungkas Yannes.
PT Honda Prospect Motor melepas sejumlah unit ekspor All New BR-V ke sejumlah negara di Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu (16/3/2022). Foto: Sena Pratama/kumparan
Kendati dampak langsung terhadap industri otomotif nasional belum terlihat, Yannes berpendapat negara perlu segera melakukan pembenahan efisiensi regulasi dan dukungan birokrasi serta berbagai kemudahan ekspor juga harus semakin intensif, bahkan kalau perlu memberikan insentif ekspor.
ADVERTISEMENT
Sementara itu kebijakan Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor baru dinilai membuat industri, khususnya padat karya di Tanah Air terpukul.
Selain menekan sektor usaha padat karya, khususnya yang memproduksi pakaian dan aksesori baik rajutan maupun bukan rajutan, serta kelompok mebel, furnitur, dan perabotan, komoditas utama lain yang dinilai terimbas besar adalah produk olahan dari daging, ikan, krustasesea (kelompok udang-udangan) dan moluska atau hewan bertubuh lunak semacam siput, dan cumi-cumi.
“Kebijakan tarif Amerika ini menimbulkan risiko yang cukup signifikan bagi Indonesia, karena memukul industri padat karya,” ujar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, melalui keterangan tertulis, Jumat (4/4).
Christiantoko menguraikan alasan sektor-sektor tersebut paling terpukul. Sepanjang periode 2020-2024, AS menyerap lebih dari separuh dari total ekspor tiga komoditas asal Indonesia tersebut yang dikirim ke seluruh dunia. Untuk pakaian dan aksesorinya rajutan misalnya, yang diserap pasar AS mencapai 60,5 persen atau senilai USD 12,2 miliar selama lima tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
***
kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park.
Mengusung tema “Sinergi Menuju Industri Otomotif Berkelanjutan,” forum diskusi ini menghadirkan para pemangku kepentingan, termasuk pemimpin industri, profesional, dan perwakilan pemerintah, untuk berdiskusi serta berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif berkelanjutan.
Nantikan infonya di kumparan!