Tekan Emisi Karbon, Indonesia Dorong Penggunaan Bahan Bakar Bioetanol

29 Juni 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota Fortuner Flexy Fuel yang bisa tenggak bahan bakar bioetanol 100 persen atau E100. Foto: Sena Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Fortuner Flexy Fuel yang bisa tenggak bahan bakar bioetanol 100 persen atau E100. Foto: Sena Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Itulah sepotong pernyataan Eniya di helatan The 5th Automotive Dialogue Indonesia-Japan yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Jakarta pada 27 Juni kemarin. Menurutnya, negara perlu mendorong penggunaan bahan bakar terbarukan untuk mengurangi emisi kendaraan.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara menyepakati pendekatan berbagai jalan (multi-pathway) guna mencapai target netral karbon dalam sektor otomotif.
Selain berbagai pilihan kendaraan elektrifikasi (xEV), bahan bakar bioetanol juga dianggap sebagai salah satu solusi dan menjadi modal penting bagi Indonesia.
Sebab, Eniya bilang Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Dirinya menambahkan, bahwa dalam upaya penurunan kadar emisi sektor transportasi, tidak ada single solution (satu solusi) untuk mengatasinya. Lebih jauh, pemerintah bahkan sudah mengkaji prospek bioetanol untuk bahan bakar pesawat terbang.
Presiden Jokowi kunjungan kerja ke Pabrik Bioetanol PT. Enero PTPN X Jalan Raya Gempolkerep, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, Jawa Timur pada Jumat (4/11/2022). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Bio-aftur di sektor industri pesawat terbang sudah sukses dalam uji coba, 2,4 persen. Sekarang sedang dikaji tahun berapa dapat diterapkan. Kemudian saat ini sedang didiskusikan terkait roadmap-nya dengan Kemenko Marves dan Kemenperin,” katanya mengutip siaran resmi Kemenperin.
ADVERTISEMENT
Sementara, Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo membeberkan informasi mengenai pengembangan biofuel dan bioetanol terkini sebagai sumber energi bersih yang berkelanjutan.
Ia juga menyampaikan beberapa hal strategis berkaitan dengan target bauran energi nasional, proyeksi pasokan dan permintaan bioetanol, Program Strategis Nasional Kilang Hijau, serta tantangan dan peluang dalam pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia.
Senada dengan Edi, Direktur Jenderal Sekretariat Menteri Kebijakan Perdagangan (Biro Industri Manufaktur) di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) Tanaka Kazushige juga mendukung pengembangan bioetanol atau biofuel sebagai bagian dari multi-pathway mencapai target netralitas karbon.
Toyota Fortuner Flexy Fuel yang bisa tenggak bahan bakar bioetanol 100 persen atau E100. Foto: Sena Pratama/kumparan
Biofuel juga menjadi perhatian yang besar bagi Jepang, dan beberapa perusahaan di Jepang juga mempunyai teknologi ini,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Adapun, Direktur Kebijakan Perdagangan Internasional Otomotif METI Kikuchi Takanori mengusulkan arah untuk kolaborasi dalam industri otomotif Indonesia dan Jepang berdasarkan 'Inisiatif Kolaborasi Industri Otomotif Generasi Berikutnya ASEAN-Jepang' yang disepakati pada KTT Peringatan 50 Tahun Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN-Jepang pada tanggal 17 Desember 2023.
Takanori turut menjelaskan tentang laporan proyek kerja sama mengenai bahan bakar biodiesel antara Indonesia dan Jepang. Sedangkan, Kumano Ryo sebagai perwakilan dari Deloitte Jepang juga sudah menyampaikan Laporan Studi Kelayakan Pemanfaatan Bahan Bakar Bioetanol di Indonesia.
Dialog otomotif Indonesia-Jepang itu dihadiri perwakilan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM), PT Pertamina, serta PT Pertamina Patra Niaga.
ADVERTISEMENT
Sementara, dari pihak Jepang turut hadir perwakilan lembaga, asosiasi, dan pelaku usaha di antaranya dari The New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), The Japan External Trade Organization (JETRO), PwC, Toyota, Isuzu, Honda, Daihatsu, Suzuki, Hino, Mitsubhisi, dan Fuso.
***