Tidak Mudah, Ini 6 Tantangan Isuzu Menghadapi Penerapan Euro4

29 April 2021 6:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspor Isuzu Traga Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor Isuzu Traga Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Penerapan standar emisi Euro4 pada mobil bermesin Diesel diundur hingga April 2022. Meski begitu, sejumlah produsen kendaraan niaga mengaku siap masuk ke era tersebut, salah satunya Isuzu.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu pelopor kendaraan Diesel, Isuzu bahkan telah menggunakan teknologi commonrail yang merupakan salah satu teknologi utama pada mesin Euro4 sejak 2011 lalu.
Kala itu, truk andalan mereka Isuzu Giga jadi model pertama yang menerapkan mesin Diesel commonrail. Kini, setelah 10 tahun berselang dan disuntik matinya Panther, seluruh produk yang dipasarkan Isuzu di Indonesia sudah menggunakan mesin Diesel commonrail.
Tentu saja, peralihan dari mesin Diesel konvensional ke commonrail, bukanlah hal yang mudah. Berbagai tantangan pun harus dilalui Isuzu guna mengenalkan teknologi mesin Diesel commonrail ke para pengguna kendaraan niaga.
General Manager Product Development PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Tonton Eko, mengatakan setidaknya ada 6 hal yang jadi tantangan Isuzu dalam menerapkan teknologi commonrail dan standar emisi Euro4 pada jajaran produknya.
ADVERTISEMENT
“Kami kan sebagai partner customer Isuzu ya, tentunya kami sangat memahami hambatan-hambatan itu. Karena memang penerapan Euro4 ini tidak mudah untuk mereka (customer),” jelas Tonton Eko dalam diskusi virtual penerapan Euro4 yang digelar Isuzu bersama Kemenperin, Kamis (28/4/2021).
Truk Isuzu Elf Foto: Muhammad Ikbal

Kualitas bahan Bakar

Lebih lanjut, Tonton Eko menjelaskan tantangan pertama dan yang paling krusial dalam penerapan standar emisi Euro4, yakni kesiapan dari bahan bakar Diesel itu sendiri.
Dengan standar emisi yang lebih tinggi dibandingkan Euro2 yang saat ini diterapkan, tentu juga membutuhkan ketersediaan bahan bakar Diesel yang lebih berkualitas.
“Mesin kami memang dirancang untuk menggunakan bahan bakar yang sesuai spesifikasi Euro4. Jadi kalau menggunakan spesifikasi di bawah itu, tentu akan timbul kerusakan dan itu akan membuat biaya perawatan di customer jadi meningkat,” ucap Tonton.
Petugas mengisi BBM jenis Solar di SPBU. Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/ kumparan

Pemerataan distribusi bahan bakar

Masih berkaitan dengan bahan bakar, kendala lain yang juga jadi tantangan dalam penerapan standar emisi Euro4, yakni mengenai pemerataan distribusi bahan bakar berkualitas di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tak dipungkiri, saat ini masih sulit mendapatkan bahan bakar Diesel berkualitas di daerah-daerah pelosok Indonesia.
“Memang ada 1 harapan dari kami, agar bahan bakar ini juga tersedia di pelosok-pelosok. Mengingat kendaraan kami tuh digunakan untuk pembangunan di seluruh daerah di Indonesia. Artinya itu bisa jadi issue yang besar buat konsumen kami manakala bahan bakar itu tidak tersedia,” papar Tonton Eko.
Petugas SPBU mengangkat nozzle bio solar di SPBU Coco, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Biaya operasional meningkat

Dengan kewajiban penggunaan jenis bahan bakar yang lebih tinggi, otomatis juga berdampak pada biaya operasional para pengguna atau pengusahaan logistik menjadi meningkat.
“Menurut riset kami, 30 persen dari biaya operasional kendaraan adalah di bahan bakar itu sendiri. Karena itu solusi yang coba kami tawarkan, yaitu dari mesin kami yang punya DNA irit bahan bakar dan tahan lama,” beber Tonton.
ADVERTISEMENT
Dengan bahan bakar yang lebih irit dan durabilitas yang lebih baik, diharapkan dapat membantu meringankan biaya operasional para pemilik kendaraan niaga.

Daya beli masyarakat yang belum pulih

Tantangan berikutnya yang dihadapi Isuzu dalam memperkenalkan mesin berstandar emisi Euro4, yakni pemahaman yang keliru dari para pengguna kendaraan niaga.
Menurut Tonton, banyak para pengguna kendaraan niaga yang mengira mulai 2022, sudah tidak boleh mempergunakan kendaraan niaga yang berstandar emisi Euro2.
“Padahal aturan ini sebenarnya mengatur terkait produksi. Jadi dimulai dari April 2022 itu kami sudah tidak boleh lagi memproduksi kendaraan dengan emisi di bawah Euro4, jadi harus Euro4,” tambah Tonton.
Dengan demikian, lanjut Tonton, para konsumen masih diperbolehkan menggunakan kendaraan lamanya yang berstandar di bawah Euro4.
Mobil Isuzu di Astra Auto Fest 2020 Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan

Kesiapan layanan purna jual

Tantangan berikutnya yang terus dipersiapkan dengan matang oleh Isuzu, yakni menyoal layanan purna jual, baik itu dalam hal kemampuan tenaga mekanik atau ketersediaan bengkel resmi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Mekanik-mekanik kami saat ini sudah cukup siap untuk menangani kendaraan customer yang sudah Euro4. Lalu dalam hal spare part juga selain kami punya 2.403 parts shop, kami juga bekerja sama dengan e-commerce, artinya jangkauan spare part untuk seluruh Indonesia akan semakin baik,” kata Tonton Eko.
Bengkel Isuzu Berjalan Foto: dok. Isuzu

Edukasi ke konsumen

Terakhir yang tidak kalah penting, yakni menyoal edukasi kepada para pengguna kendaraan niaga itu sendiri. Baik itu kepada pemilik perusahaan, pengemudi, atau tenaga mekaniknya.
Pemberian edukasi ini, kata Tonton, sangatlah penting guna menghindari kesalahan penggunaan atau perawatan mesin Diesel itu sendiri.
“Kami akan undang customer-customer kami, biasanya kami ada semacam driver training. Nah nanti mereka kami training dan beri pemahaman sampai mereka paham betul bagaimana karakter kendaraannya dan bagaimana menyetir dengan benar dan efisien,” tutur Tonton.
ADVERTISEMENT
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, Isuzu mengaku tak akan berhenti dalam memperkenalkan teknologi dari mesin Diesel Euro4 ke masyarakat. Sebab, menurut Isuzu penerapan teknologi Diesel Euro4 sangatlah penting, selain untuk mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga, diterapkannya standar Euro4 juga jadi harapan baru bagi pasar ekspor kendaraan niaga di Tanah Air.
***