Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Meski rem punya fungsi memperlambat laju mobil atau sampai berhenti, penggunaannya tak bisa sembarang bejek. Apalagi saat panic braking atau pengereman mendadak dalam kondisi mobil ngebut atau di kecepatan tinggi. Bila salah antisipasi, resiko kecelakaan pun bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Instruktur Indonesia Defensive Driving Centre (IIDC) Desly Supriadi mengungkapkan, ada beberapa tips yang bisa jadi bekal ketika pengemudi melakukan panic braking, supaya terhindar dari resiko kecelakaan.
“Pertama pahami jenis pengereman pada mobil, kita mengenal rem cakram, tromol dan engine break. Lalu bicara mekanismenya ada tiga yakni rem mekanik, hidrolik dan angin. Karena ketiganya punya daya kemampuan yang berbeda, tapi secara umum teknik panic braking di semua mobil pada dasarnya adalah sama. Soal panic braking kita selalu menggalakan 3 Second Rules (Antisipasi, Respons, Mekanis)” ungkapnya saat berbincang dengan kumparan, Jumat (6/90).
Antisipasi
Sesuai namanya, setiap pengemudi harus mampu memperhitungkan kemampuan rem pada kendaraan. Ini juga berkaitan dengan komponen rem seperti kaliper, kampas, cairan rem dan yang lainnya.. Selanjutnya, menurut Desly, yang dimaksud dengan Antisipasi adalah kewaspadaan kita ketika sedang duduk di kursi pengemudi.
ADVERTISEMENT
“Satu detik kita untuk antisipasi pada saat mata melihat keadaan di depan. Ini juga harus dibarengi dengan kesiapan anggota tubuh seperti tangan kita, pada setir kemudi dan perseneling maupun kaki pada pedal gas, rem, dan kopling. Setidaknya beri jarak aman berkendara 83,1 meter,” jelasnya.
Jarak aman 83,1 meter, masih dijelaskan Desly adalah teori hitungan jarak aman 3 detik. Misalnya sebagai contoh, mobil melaju dengan kecepatan 100 km/jam maka mampu berpindah sejauh 27,7 meter selama satu detik. 27,7 meter dikali dengan 3 (3 detik jarak aman) akan menghasilkan 83,1. Maka, ketika Anda melaju dengan kecepatan 100 km/jam, jarak aman dengan kendaraan di depan adalah 83,1 meter.
Respons
Ini berkaitan dengan panca indera ketika sedang berkendara. Menurut Desly respons terhadap situasi ketika berkendara harus cepat dan tanggap. Setidaknya mampu merespons lampu belakang kendaraan di depan dengan baik.
ADVERTISEMENT
“Kedua adalah kita bereaksi atau merespons kejadian di depan. Entah dari perilaku pengereman pengendara lain ataupun cara berkendaranya, jika memang dirasa membahayakan bisa berpindah posisi dengan aman,” terangnya.
Mekanis
Terakhir, berkaitan dengan sistem pengereman itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di awal. Para pengemudi mobil sebaiknya terlebih dahulu mengetahui jenis rem dan mekanisme pengeremannya.
Posisi kaki pun tak boleh asal menginjak pedal, menurut Desly posisi yang ideal adalah tungkai kaki sejejar dengan pedal rem, dan menjadi titik tumpu pergerakan kaki antara pedal rem dan gas. Maksudnya adalah ketika ingin menekan peda rem, hanya bagian kaki jari yang bergerak. Sedangkan tungkai kaki tetap dalam posisi semula.
“Jangan menggunakan area telapak ketika ingin menginjak pedal rem, karena tak akan merasakan besaran tekanan rem tersebut, yang dikhawatirkan malah mengerem terlalu dalam dan mendadak,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Terpenting menurut Desly, adalah etika berkendara yang harus dijunjung tinggi. Ingat lagi, bahwa rem diciptakan bukan untuk menghentikan kendaraan namun mengurangi kecepatan kendaraan.
“Harus diwaspadai sebenarnya bukan dari cara mengeremnya, tetapi bagaiamana perilaku orang dalam berkendara. Jika etika berkendara sudah tidak baik itu akan menimbulkan masalah-masalah serius ketika di jalan,” katanya.