Tips Berkendara Aman Lewati Contra Flow Tol Trans Jawa

6 April 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di jalur "contra flow" di jalan Tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah sudah menyiapkan sejumlah antisipasi penumpukan kendaraan saat arus mudik mulai dari menerapkan sistem one way, ganjil genap, dan pembatasan operasional angkutan barang sumbu tiga hingga contra flow.
ADVERTISEMENT
Sementara, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemenhub, jumlah masyarakat yang akan mudik tahun ini diperkirakan mencapai 193,6 juta orang. Ini lebih banyak dari tahun lalu sebanyak 123,8 juta orang.
Contra flow arus mudik mulai dilakukan dari KM 36 Tol Jakarta-Cikampek sampai dengan KM 72 Tol Cipali pada 5 April 2024 pukul 14.00 sampai tanggal 11 April 2024 pukul 24.00 WIB.
Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan dalam jumpa pers virtual terkait mudik 2024, beberapa waktu lalu mengatakan, contra flow akan dilakukan 1,2, dan 3 lajur itu tergantung kepadatannya.
Adapun ketentuannya 1 lajur bila kendaraan bermotor (ranmor) sudah mencapai 5.500 ran/jam, 2 lajur bila ranmor sudah mencapai 6.400 ran/jam, dan 3 lajur bila ranmor sudah mencapai 7.300 ran/jam.
ADVERTISEMENT
Penerapan contra flow juga didasarkan pada pantauan CCTV, pantauan traffic counting per jam pada ruas tertentu yakni Tol Japek, Cipali,Cipularang, Kanci, dan Kalikangkung.
Kepadatan kendaraan roda empat dari arah Jakarta setelah melewati Gerbang Tol Kalikangkung Semarang, Jawa Tengah, Rabu (19/4/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (IDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, contra flow itu paling sulit diatur karena ruang dan lajur yang terbatas. Selain itu risikonya juga relatif tinggi dibanding rekayasa lain, seperti ganjil-genap atau one way.
Lebih lanjut Jusri menyarankan, dari sisi kenyamanan dan keamanan, pemudik tetap di jalur A (Jakarta menuju Jawa) waktu mudik.
“Karena bagaimanapun risikonya lebih tinggi di rekayasa contra flow.Jalur terbatas cuma 1, dari 3 lajur yang ada 1 lajur digunakan untuk contra flow. Anda kaya rel kereta api di situ, dan ruang anda terbatas serta akan berhadapan dengan orang yang mudik dari timur, yang saat itu berbagai jalan dengan anda dan dalam kondisi yang relatif mungkin sudah capek dan kecepatan relatif tinggi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Jusri juga menyarankan, agar pemudik tidak mengambil jalur contra flow. “Pertimbangannya meski hanya 36 kilometer berada di contraflow kita tidak tahu situasinya macet atau tidak (di jalur tersebut),” ujar Jusri saat dihubungi kumparan belum lama ini.

Tidak istirahat selama di jalur contra flow

Jusri juga mempertimbangkan, jika berada di jalur contra flow akan sangat sulit mengakses rest area. Karena posisi rest area berada di jalur kanan arah berlawanan.
Beberapa mobil berada di jalur contra flow di jalan tol dalam kota di kawasan MT. Haryono, Jakarta, Rabu (29/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Saya tidak yakin selama 36 Km pemudik di jalur contra flow diperkenankan berhenti di rest area, jika tidak dibuka (diberikan akses). Pemudik harus menyiapkan agar tidak berhenti, istirahat, kencing selama di jalur contra flow. Jadi sebelum Bekasi sudah Istirahat,isi bensin dan melakukan persiapan lain,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

Rambu lalu lintas

Di jalur contra flow pemudik harus hati-hati karena membelakangi rambu lalu lintas.
“Semuanya (rambu lalu lintas) berada di arah berlawanan jadi kita tidak tahu. Yang dikhawatirkan hanya kesalahan yang dilakukan pengguna jalan lain, karena kita berhadapan dengan lajur lawan yang tidak ada pembatasnya,” kata Jusri.
Perawatan rambu lalu lintas Foto: ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga
“Ada yang bilang Pak selama ini di jalur biasa (non tol) juga tidak ada pembatas, betul, tetapi kesigapan, nuansa, soul, atau ambiennya beda, orang begitu masuk tol ngebut, sedangkan orang di jalan biasa lebih hati-hati. Artinya di jalur tol orang mengalami stimulus yang berbeda. Kalau di non tol, stimulus di otak kita lebih banyak, kalo di tol statis karena objeknya terbatas,” paparnya.
ADVERTISEMENT

Mendahului di contra flow

Masih banyak masyarakat khususnya pemula yang masih bingung posisi menyalip yang benar saat di jalur contra flow. Jika salah kondisinya akan sangat fatal.
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan "Contra Flow" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
“Kalau kita (orang Indonesia) pakai right hand right mengemudi dengan setir kanan, di mana proses menyalip itu selalu dilakukan melalui sisi kanan. Sehingga kalo ada pertanyaan ya tetap di jalur kanan,” tukasnya
“Boleh atau tidak? Saya menyarankan selama di area contra flow tetap santai dan tidak melakukan overtaking(menyalip). Mengapa? Karena hampir 76 persen kontribusi kecelakaan lalu lintas di dunia itu melibatkan saat menyalip, karena saat menyalip kita melakukan percepatan dari kendaraan di depan. Saat kita menyalip ada kemungkinan sisi tertentu mengalami sisi blind spot. Bisa saja ada kaleng biskuit jatuh dan jika menghindar bisa banting setir sembarangan,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT

Kondisi darurat di jalur contra flow

Saat memasuki jalur contra flow pemudik harus fokus dan siap dengan berbagai konsekuensi dan kondisi di jalan.
“Jadi sebelum masuk contra flow mereka harus paham saat darurat, mereka harus memiliki Emergency Response Plan (ERP), atau respons tanggap darurat, apa yang harus dilakukan kita harus siap. Jika tidak yakin ya jangan ikut-ikutan masuk jalur contra flow,” jelas Jusri.
Namun jika di jalur contra flow mengalami ban kempis atau keadaan darurat lainnya, Jusri mengingatkan pemudik tidak boleh panik, harus tenang dan tetap menepi di sisi kiri jalur contra flow.