TKDN Capai 80 Persen, Toyota Yaris Cross Bakal Diekspor

17 Mei 2023 9:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Debut global all new Toyota Yaris Cross di Indonesia. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Debut global all new Toyota Yaris Cross di Indonesia. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Toyota Yaris Cross rakitan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang baru debut di Tanah Air dipastikan juga dibuat untuk memenuhi pasar ekspor.
ADVERTISEMENT
Director of Corporate & External Affairs PT TMMIN Bob Azam menyebutkan, alokasi produksi SUV anyar itu baru 1.500 unit sampai 1.800 unit per bulan.
“Itu belum ditambah untuk yang ekspor, yang disampaikan itu baru untuk domestik saja. Kita biasanya fifty-fifty (untuk domestik dan ekspor) untuk produksi secepatnya lah, ya,” terang Bob saat sela global premier Toyota Yaris Cross di Jakarta.
Adapun, diakuinya nilai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) Yaris Cross diklaim sudah tinggi yakni sebesar 80 persen. Terutama pada komponen mesin yang serupa dengan model Toyota lainnya seperti Avanza dan Veloz.
Debut global all new Toyota Yaris Cross di Indonesia. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
“Iya karena mesinnya sudah dibuat di sini, tinggal baterainya saja yang komposisinya masih kecil. Baterai impor dari Jepang, tapi pengemasannya sudah di sini. Untuk sebagian komponen lainnya juga sudah kita lokalisasi,” jelas Bob.
ADVERTISEMENT
Yaris Cross hybrid mengemas mesin berkode 2NR-VEX berkubikasi 1.500 cc yang dapat menghasilkan tenaga 104 dk dan torsi 138 Nm, serta 79 dk 141 Nm saat dikombinasikan dengan motor listriknya.
Sementara varian bensin menggunakan mesin 2NR-VE berkapasitas 1.500 cc, bertenaga 104 dk dengan torsi 138 Nm. Bila varian hybrid hanya tersedia transmisi CVT, untuk mesin bensin konvensional tersedia juga transmisi manual.
Sementara itu, Bob enggan membeberkan soal kapan dimulainya aktivitas ekspor dan negara tujuan ekspor Yaris Cross ke depannya. Pihaknya berfokus untuk menjaga suplai komponen pendukung beserta surat keterangan asal dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Tidak hanya meluncurkan saja tetapi diperhatikan supply chain-nya, kita enggak mau jadi pasar saja makanya kita lihat ekspornya juga. Harus lokalisasi dan bisa dipertanggungjawabkan ke Kemendag, kalau di bawah 40 persen kita tidak bisa ekspor sebagai barang Indonesia,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
***