Toyota: Inklusivitas Teknologi Otomotif Kunci Percepatan Transisi Energi

25 Oktober 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Toyota. Foto: Kazuhiro Nogi / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Logo Toyota. Foto: Kazuhiro Nogi / AFP
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menilai, kunci mencapai target dekarbonisasi adalah fokus pada proses transisi. Misalnya, diversifikasi penggunaan teknologi di sektor otomotif.
ADVERTISEMENT
Indonesia telah mencanangkan emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) paling cepat tahun 2060. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, hingga Juni 2020 Indonesia sudah mampu menurunkan emisi 63 juta ton CO2e.
Pemerintah berencana mengurangi 198,27 juta ton pada tahun 2025 dan mencapai 314 juta ton pada tahun 2030. Menurut Bob, realisasi transisi energi hijau di Indonesia masih menjumpai beberapa tantangan sehingga berjalan lambat, terutama otomotif.
"Jangankan yang (target) 2040, transisi renewable energy kita realisasinya baru 30 persen. Nah, biasanya kita kalau bikin batasan tidak tercapai, ya batasnya diubah. Jadi kenapa kita lambat, salah satunya mungkin strategi kita yang harus dikoreksi," jelasnya ditemui di Jakarta pekan ini.
xEV Center Toyota di pabrik TMMIN Karawang. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Bob bilang, Indonesia bisa menempuh cara lain untuk mempercepat pengurangan kadar emisi gas buang dan tidak hanya berfokus pada satu jenis teknologi. Toyota menekankan, setiap kalangan punya peran penting mengurangi emisi karbon.
ADVERTISEMENT
"Misalnya kita menggunakan gas, meski itu tidak net zero. Tetapi dia bisa menurunkan 60 persen emisi, jadi kenapa tidak kita gunakan. Lalu ada biomas juga, kalau dipaksakan harus net zero sekarang itu masih terbatas dan mahal," imbuhnya.
Hal lainnya, Bob menitikberatkan agar transisi energi dan target pengurangan emisi karbon juga bisa membawa nilai manfaat langsung untuk masyarakat dan perekonomian negara. Contohnya bahan bakar terbarukan biofuel seperti yang sudah diterapkan di Brazil.
"Nah, kita melihat bahwa ini sebenarnya peluang bagi kita untuk bantu saudara-saudara di Tanah Air. Emisi turun, tapi juga bisa berikan manfaat ekonomi dan ini menurut saya salah satu program dari pemerintahan baru untuk kembangkan etanol setelah biodiesel," paparnya.
Toyota Mirai FCEV cut body di booth Toyota di GIIAS 2024. Foto: Aditya Pratama/kumparan
Kemudian, dirinya juga menyoroti kebijakan NZE beberapa negara lain yang dinilai terlalu ambisius di tengah kesiapan teknologi dan infrastruktur yang belum semua sepenuhnya siap. Sehingga, proses pengurangan emisi menjadi terhambat.
ADVERTISEMENT
"Karena teknologinya belum siap, effort-nya menjadi terbatas. Padahal yang kita perlu kurangi adalah emisinya, misalnya segala sesuatu (harus) dimulai pakai EV yang mungkin cuma 2 atau 3 persen dari total," katanya.
Bob berharap, semua teknologi kendaraan bermotor yang berorientasi mengurangi emisi gas buang bisa diprioritaskan bersama dan tidak hanya berfokus pada satu jenis saja. Dengan demikian, upaya menurunkan emisi karbon bisa secara masif.
"Kita sebenarnya harus membangun transisi energi ini menjadi critical milestone yang penting, dan untuk mencapai 2030 supaya emisinya bisa turun secepat yang diharapkan, semua teknologi itu harus dilakukan. Sepanjang teknologi itu bisa menurunkan emisi, bukan (sekadar) me-nolkan, tapi menurunkan itu jauh lebih critical dan lebih penting," pungkas Bob.
ADVERTISEMENT

Pendekatan upaya transisi energi dari Toyota lewat seminar di 7 Universitas Negeri

Suasana seminar nasional 100 tahun industri otomotif Indonesia Strategi Pengembangan Teknologi Elektrifikasi dan Manajemen Unit In Operation (UIO) Menuju Net Zero Emission di Indonesia, ITB Bandung (1/12). Foto: Sena Pratama/kumparan
Dalam rangka memperingati 50 tahun eksistensi Toyota Indonesia, sekaligus mempersiapkan kontribusi di industri otomotif periode selanjutnya, TMMIN berkolaborasi dengan berbagai Universitas Negeri untuk mengadakan seminar nasional.
Terbagi menjadi beberapa rangkaian seminar dengan tema '100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission' di 7 Universitas yang sudah dimulai sejak 25 Mei 2022 dan puncaknya pada 30 Oktober 2024 mendatang.
Kegiatan ini sebagai upaya advokasi publik untuk mendukung dan mewujudkan cita-cita pemerintah mencapai target masa depan Indonesia 'bebas emisi'. Sinergi serta kelibatan berbagai sektor dalam kolaborasi 'Triple Helix' antara Pemerintah, Akademisi, dan Industri Otomotif.
Toyota Indonesia di sektor otomotif menawarkan konsep multi-path way sebagai solusi percepatan target dekarbonisasi atau pengurangan emisi karbon di seluruh dunia. Dari sisi produk menyediakan teknologi elektrifikasi dan kendaraan rendah emisi.
ADVERTISEMENT
Seri ketujuh akan berlangsung di Universitas Indonesia pada 30 Oktober 2024. Seminar seri terakhir ini akan mengangkat tema Strategi Percepatan Transisi Energi: Pendekatan Quick Win sebagai Solusi Praktis dalam Mewujudkan Pencapaian Target NDC 2030.
Semua lapisan masyarakat terutama generasi muda, menurut Toyota dapat berkontribusi pada aktivitas pengurangan emisi. Berbagai pilihan teknologi kendaraan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan publik yang beragam.
***