Toyota: Insentif Mobil Hybrid Gak Bakal Ganggu Pasar Mobil Listrik

31 Juli 2024 7:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota perkenalkan Prius Hybrid EV dan Prius Plug-in Hybrid EV di GIIAS 2024. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota perkenalkan Prius Hybrid EV dan Prius Plug-in Hybrid EV di GIIAS 2024. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengungkapkan kekhawatirannya soal Indonesia bakal kehilangan potensi sebagai basis pengembangan dan produksi mobil hybrid bila insentif tak kunjung diberikan pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita lihat negara tetangga memberikan insentif untuk mobil hybrid. Kalau kita tidak berhati-hati, kami khawatir mereka bisa mengalihkan produksinya ke negara-negara tersebut. Itu sudah ditanggapi secara positif oleh pak menteri (Menperin) sudah dijajaki, kita tunggu hasilnya seperti apa,” kata Nangoi di sela-sela pameran GIIAS 2024 lalu.
Seangin dengan Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan hal tersebut memang sangat memungkinkan terjadi.
“Ya lihat saja, saksikan saja. Itu sih wajar di mana dia berkembang, di situlah ekosistemnya berkembang,” kata Bob saat ditemui belum lama ini.
“Tapi saya yakin pemerintah sudah mempertimbangkan secara sungguh-sungguh. Kalau ada satu yang enggak setuju kan repot. Ya sama seperti luxury tax PPnBM, itu kan sudah lama diusulin baru disepakatin beberapa bulan kemudian, padahal kalau itu bisa cepat mungkin Indonesia ceritanya bisa lain sekarang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Bob juga menanggapi terkait kekhawatiran kalau mobil hybrid mendapat insentif nantinya akan berdampak pada BEV.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menjajal Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Concept di GIIAS 2024. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
“Gak ada, beda segmennya, itu yang banyak diracuni pikirannya itu seolah-olah hybrid itu menghalangi BEV. Segmennya beda di luar negeri, EV sendiri, hybrid sendiri,” pungkasnya.
Lagipula, pemberian insentif yang merasakan konsumen. Bahkan pendapatan pemerintah bisa meningkat, mengacu kasus PPnBM DPT di era COVID-19.
“Sebenernya gak usah khawatir akan terjadi penurunan income pemerintah. Jadi dari segi bahan bakar juga lebih hemat dibandingkan menggunakan mobil yang existing gitu,” pungkasnya.
Sehingga perdebatan terkait hal itu perlu segera diakhiri. Apalagi mobil hybrid bukan barang baru dan telah berkembang sejak 20 tahun yang lalu.
“Jadi indonesia harus cepat supaya ekosistemnya ada di Indonesia. Kalau lama nanti hybrid-nya impor semua,” tuntasnya.
ADVERTISEMENT