Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas meningkat tiap tahunnya.
Dalam tiga tahun terakhir, paling sedikit 1,3 juta melayang di jalan. Dominasinya orang yang berumur 5 hingga 29 tahun.
Peningkatan ini berbanding lurus pada semakin bertambahnya jumlah manusia dan volume kendaraan di seluruh dunia.
Dalam menciptakan keselamatan berkendara di jalan raya, pendekatan yang bisa diambil di antaranya dari aspek manusia dan mobil.
Khusus untuk mobil, sejumlah pabrikan pun berupaya untuk menciptakan produk yang dilengkapi dengan fitur keselamatan mumpuni.
Tak cuma itu, standar keselamatan dasar pada mobil pun mulai diterapkan. Misalnya, hadirnya rem ABS dan airbags kini sudah menjadi fitur bawaan.
Dalam fitur keselamatan, ada dua kategori: pasif dan aktif. Pasif dalam arti berfungsi bila insiden itu terjadi. Seperti contohnya airbags yang baru mengembang ketika terjadi kecelakaan.
Sedangkan fitur keselamatan aktif, justru memandu atau mencegah pengemudi mengalami insiden di jalan.
Toyota, jenama asal Jepang, memiliki sebuah paket fitur keselamatan aktif yang mereka sebut Toyota Safety Sense. Sistem ini bekerja dengan mengandalkan bantuan kamera dan radar.
Kamera digunakan untuk memantau lingkungan sekitar termasuk marka dan rambu lalu lintas, sementara gelombang radar berguna mendeteksi jarak material di depan maupun belakang mobil.
Dari keterangan resminya, teknologi ini didesain memproteksi pengemudi, penumpang, maupun orang di sekitar kendaraan dari ancaman tabrakan.
Ada tiga fokus utama yang jadi perhatian Toyota: mencegah atau mengurangi tabrakan frontal, menjaga pengemudi tetap di lajurnya, dan meningkatkan keselamatan jalan selama mengemudi di malam hari.
Sekarang, Toyota Safety Sense memasuki generasi kedua yang dikenalkan pada 2018. Peningkatannya ada pada penggunaan kamera di kaca depan atau grille, juga gelombang milimeter berfrekuensi tinggi, sehingga lebih meningkatkan keakuratan.
Menjajal Toyota Safety Sense
Di Indonesia, penerapan dan realisasi Toyota Safety Sense hanya ada pada Corolla Altis terbaru varian Hybrid.
Namun Direktur Pemasaran PT Toyota -Astra Motor (TAM) Kazunori Minamide mengingatkan, sistem tidak dimaksudkan untuk mengganti alih kendali.
Sistem hanya berguna sebagai penambah kewaspadaan dan membantu mengambil keputusan pada saat diperlukan.
"Pengemudi tetap harus bertanggung jawab dan awas terhadap lingkungan sekitar."
Ada empat teknologi keselamatan yang terkandung dalam Toyota Safety Sense pada Corolla Altis Hybrid. Saat pengetesan akhir pekan lalu, kumparan pun menjajal beberapa.
Seperti Dynamic Radar Cruise Control (DRRC) alias adaptive cruise control. Fitur ini hanya bekerja di atas kecepatan 50 km/jam.
Jadi memang kecepatannya menyesuaikan jarak dan laju mobil di depannya. Ketika mobil di depan melambat, maka kecepatan berkurang secara berangsur-angsur.
Sementara saat mobil menjauh, maka sistem secara mandiri akan meningkatkan kecepatan sampai angka yang sudah diatur di awal.
Kedua, fitur yang kami paling suka adalah Lane Departure Alert yang ditambah steering assist.
Saat diaktifkan, fitur akan menjaga mobil tetap pada lajurnya. Misal, ketika oleng sedikit dan ban akan melewati marka, sistem akan membunyikan peringatan, menampilkan indikator kewaspadaan pada MID, sekaligus menginterupsi kemudi supaya lurus lagi.
Coba kami terapkan lagi dengan posisi tangan dilepas dari setir, fitur tetap bekerja, namun ada tambahan peringatan agar tangan segera menggenggam lingkar kemudi.
Untuk Pre Collision System, jujur kami tidak mengetesnya. Karena balik lagi soal aspek keselamatan. Untuk pengetesan ini akan lebih tepat bila dilakukan di ruangan tertutup dan didampingi profesional.
Pada keterangan resminya pun Toyota tidak merekomendasikan siapapun untuk mengetesnya. Sebab, ada batasan-batasan akurasi yang memungkinkan Pre Collision System tidak bekerja, yang juga tidak diketahui pengemudinya.
Terakhir soal Automatic High Beam, saat aktif, sistem mendeteksi apakah ada mobil dari arah berlawanan ketika mengemudi di malam hari.
Ketika kamera menangkap cahaya lampu kendaraan dari depan, pada saat yang sama lampu mobil langsung beralih dari high ke low beam. Pun saat kendaraan tadi menjauh, sistem akan menyalakan lagi lampu jauhnya supaya visibilitas terjaga.
Hanya saja sistem akan bekerja saat tuas diatur ke posisi high beam. Tentunya apabila dikemudikan di dalam kota, perubahan lampu jauh-dekat fitur keselamatan besutan Toyota ini secara berulang bisa mengganggu pengemudi maupun pengguna jalan lain.