Uji Kenyamanan dan Ketangguhan BMW G 310 R di Dalam Kota
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
BMW G 310 R terlebih dahulu hadir lewat gelaran GIIAS edisi 2017 lalu, menyusul pada awal tahun 2018, BMW G 310 GS resmi mengaspal. Keduanya punya gaya dan karakteristik yang berbeda.
Kalau sebelumnya kumparanOTO sudah melakukan test ride BMW G 310 GS yang bisa Anda simak melalui link berikut , kali ini kami sajikan bagaimana rasa berkendara dari versi Roadster-nya ini, jadi simak ulasannya.
Posisi berkendara
Seperti biasa kami awali dengan membahas posisi berkendaranya. Dari bawaan pabrik, motor ini punya tinggi jok 785 mm. Bagi kebanyakan orang Indonesia yang punya postur 170 cm, rasanya masih dikatakan normal.
Reporter kumparanOTO yang punya tinggi 171 cm pun terlihat jinjit pada kedua ujung kakinya. Jinjitnya bukan jinjit balet, dalam artian masih dalam kategori acceptable.
Kemudian menyoal posisi badan dan tangan, karena ini model roadster yang menyerempet ke arah sport naked, posisi badan serasa condong ke depan meski tidak se-ekstrim mengendarai motor sport 250 cc.
ADVERTISEMENT
Handle bar-nya didesain tidak sejajar dengan jok, jadi tidak membuatnya terlalu bungkuk. Menariknya setangnya ini punya lebar yang cukup mumpuni, jadinya posisi tangan bisa lebih lurus terbuka dan membuat cengkeram serta posisi duduk makin terasa gagah.
Performa mesin
Jantung mekanis G 310 R dengan G 310 GS punya karakteristik yang sama. Untuk menikmati tenaga mesinnya ini harus menggeber motor hingga putaran mesin tinggi.
Apalagi saat menyentuh 7.000 rpm ke atas, suara knalpot yang awalnya kurang gahar, jadi melengking layaknya moge 400 cc. Tidak cuma itu, tarikannya pun lebih bertenaga dibandingkan pada putaran mesin rendah.
Kalau digas secara mengurut, karakter mesin dari putaran bawah, menengah, hingga ke atas pun dirasa linear, artinya setiap putaran mesin tenaganya terisi, tidak boyo di tengah tapi berbeda ketika di atas 7.000 rpm.
ADVERTISEMENT
Memang secara spesifikasi, mesin berkubikasi 313 cc satu silinder, berpendingin cairannya ini bisa memuntahkan tenaga hingga 33 dk pada 9.500 rpm dan torsi maksimum 28 Nm pada 7.500 rpm yang dikawinkan pada transmisi manual 6 percepatan.
Namun tetap saja sebelum memutuskan untuk menarik gasnya dalam-dalam, pastikan posisi badan membungkuk agar tidak tertarik ke belakang karena hentakan tenaganya.
Tapi jangan lupakan getaran mesinnya, walaupun tidak parah, getaran mesinnya saat mencapai putaran mesin tinggi ini cukup terasa.
Handling, stabilitas, dan bantingan suspensi
Karena punya handle bar yang lebar, handling motor ini terasa nurut. Dalam artian tidak begitu sulit membawanya memecah kemacetan Ibukota.
Apalagi saat hendak melibas tikungan, rasanya sangat pede untuk melahapnya pada kecepatan yang sedikit tinggi. Selain lebarnya handle bar, suspensi up side down serta profil bannya yang lebar ini memberikan stabilitas yang baik.
Sayangnya ketika akan berputar di U turn, wheelbase-nya sepanjang 1.374 mm dan sudut lekukan setangnya sebesar 64 derajat cukup menyulitkan. Hal ini membuat radius putarnya besar, kalau tidak lancar membawanya bisa-bisa kagok dan kemungkinan Anda terjatuh.
ADVERTISEMENT
Selebihnya bila bicara rasa suspensinya, sudah jelas model up side down memberikan rasa kenyamanan berlebih. Sangat empuk, bahkan melintas jalan yang berjerawat pun rasanya tidak begitu berguncang.
Tapi beda cerita dengan suspensi belakangnya, tidak begitu empuk, namun memberikan bantingan yang serasi dengan suspensi depannya.
Pengereman
Ini yang kami suka, entah mengapa rasa pengereman motor-motor dari BMW begitu menyenangkan. Sama halnya dengan G 310 R ini.
Dari data spesifikasi, rem depannya ini menggunakan cakram dengan diameter 300 mm yang dilengkapi dengan 4 piston. Sementara rem belakangnya punya cakram degan diameter 240 mm satu piston.
Tidak lupa, kedua piranti pengeremannya ini sudah lengkap dengan ABS (Anti-lock Braking System).
ADVERTISEMENT
Konsumsi bahan bakar
Terakhir bicara konsumsi bahan bakar , dengan menggunakan BBM dengan RON 92, dan dikendarai dalam kota pada kecepatan yang bervariasi, panel instrumennya mencatatkan angka 4 liter per 100 km.
Atau dalam arti lain, satu liternya bisa untuk jarak sejauh 25 km.
Kesimpulan
Membawanya selama 4 hari bolak-balik dari Ciputat ke Pejaten rasanya tidak begitu menyiksa. Maksudnya dengan posisi badan yang demikian sambil memanggul tas, badan tidak terasa pegal.
Urusan konsumsi bahan bakar pun sama halnya seperti motor 250 cc, bisa dibilang tidak boros-boros amat, kecuali Anda menarik gasnya lembut dan membawanya santai.
Menurut kami, BMW G 310 R ini layak untuk dimasukkan daftar pertimbangan motor-motor bergaya Roadster. Apalagi ada emblem BMW yang membuat motor ini jadi semakin berkelas di antara motor lainnya.
ADVERTISEMENT