Usulan Pajak 0 Persen Mobil Ditolak, Gaikindo: Kami Akan Lakukan Pengetatan

20 Oktober 2020 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota Avanza dan Calya di IIMS 2019. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Avanza dan Calya di IIMS 2019. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Usulan relaksasi pajak pembelian mobil baru 0 persen ditolak Kementerian Keuangan. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada konferensi pers online APBN KiTa, Senin (19/10).
ADVERTISEMENT
"Kami tidak mempertimbangkan saat ini untuk memberikan pajak mobil baru nol persen seperti yang disampaikan Kementerian Perindustrian," ucap Sri Mulyani.
Ditolaknya usulan relaksasi pajak itu, dikatakan Sri Mulyani, tidak terlepas dari sudah banyaknya insentif yang diberikan otoritas fiskal terhadap perindustrian.
"Setiap insentif yang kami berikan akan kami evaluasi lengkap, sehingga jangan sampai kami berikan insentif, di satu sisi berikan negatif ke kegiatan ekonomi yang lain," jelas Sri Mulyani.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merespons. "Saya, sih, belum terima informasi resminya, baru dari berita saja. Tapi kalau pemerintah punya pemikiran lain atau ada keperluan lain yang lebih penting, ya, silakan saja," ungkap Nangoi kepada kumparan, Senin (19/10).
Suzuki Jimny di GIIAS 2019 Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Hanya saja, dengan tidak adanya stimulus relaksasi pajak tersebut, kata Nangoi, akan sulit bagi industri otomotif khususnya penjualan mobil baru untuk bisa meningkat signifikan di akhir tahun.
ADVERTISEMENT
Pengetatan yang dimaksud tersebut, lanjut Nangoi, yakni dalam hal pengurangan pegawai hingga kapasitas produksi.
Booth Mitsubishi di GIIAS 2019 Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan

Harapkan stimulus lain

Dengan ditolaknya usulan relaksasi pajak tersebut, kata Nangoi, maka mau tidak mau industri otomotif harus lebih cermat dalam memanfaatkan stimulus-stimulus lainnya.
"Pasti kami akan mencoba segala macam cara sesuai kemampuan kami, mulai dari marketing skill, pameran, dan lainnya, ya harus kami coba. Cuma mungkin memang tidak bisa signifikan sekali," tutur Nangoi.
Senada dengan Gaikindo, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy, juga mengungkapkan setidaknya ada 3 hal lain yang diharapkan bisa sedikit membantu penjualan mobil di akhir tahun 2020 ini.
"Ada 3 poin, ya, yang sebenarnya bisa berpengaruh ke peningkatan market, tren penambahan kasus COVID-19 yang menurun, tren perekonomian yang membaik, dan kebijakan kredit atau leasing. Kalau 3 itu membaik, mudah-mudahan market juga akan membaik," papar Anton.
Toyota Avanza di IIMS 2019 Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Karena itu, Anton pun berharap agar seluruh pihak dapat bekerja sama untuk menuntaskan masalah pandemi COVID-19, sehingga perekonomian dan khususnya industri otomotif dapat kembali ke kondisi normal.
ADVERTISEMENT

Beri kepastian bagi konsumen

Terlepas dari penolakan usulan relaksasi pajak tersebut, keluarnya keputusan dari Menteri Keuangan itu, setidaknya bisa jadi jawaban bagi masyarakat yang selama ini menunda pembelian mobil baru.
"Memang benar ada konsumen yang menunda dan tidak melakukan pemesanan. Mereka melakukan booking dulu dengan asumsi begitu diumumkan mereka sudah booking, dan itu gapnya cukup besar, sekitar 30 hingga 40 persen," kata Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM).
Mobil New Honda HR-V di pameran GIIAS 2018, ICE, BSD, Tangerang, Sabtu (4/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dengan adanya kepastian penolakan ini, Billy berharap agar para konsumen yang sudah melakukan booking pembelian mobil baru tersebut, tidak membatalkan dan tetap melakukan pembelian.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)