Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Si pemilik yang juga konten kreator otomotif, Den Dimas menamakannya Gemini T-14. Sementara builder-nya dipercayakan kepada Barata Dwi Putra dari Thrive Motorcycle.
Konsepnya boleh dibilang sederhana, karena kustomisasinya tak mengubah struktur rangka. Barata bilang 50 persen masih pakai part original dan sisanya merupakan kustom Thrive.
Pakai teknik 3 dimensi (3D)
Terdengar biasa, tapi menjadi istimewa saat Thrive yang mengerjakannya. "Sebelum pengerjaan, kami develop gambar kerjanya, bikin sketsa, masuk ke 3D scan, naik ke mesin 3D print, kemudian molding sampai ke cetak pakai fiber baru tempel ke motornya," terang Barata di arena JIExpo Kemayoran, Jakarta akhir pekan lalu.
Penggunaan mesin pencetakan 3 dimensi diakuinya merupakan metode baru yang diterapkan pada dunia motor kustom. Kelebihannya bikin part bodi lebih presisi dengan bracket yang ada.
Kesulitannya karena baru pertama pakai 3D printing, Barata harus mengkalkulasi secara cermat ukuran dimensi hingga detail rancang bangun, sehingga bodi yang dikustom pas.
ADVERTISEMENT
"Proses pembuatannya jauh beda dari yang biasa dilakuin, nggak boleh potong rangka sampai atur timeline yang memakan waktu pengerjaan hingga 4 bulan," tambahnya.
Royal Enfield Gemini T-14 terinspirasi dari Porsche 911 Group B
Itu dari sisi teknis, soal desain, grafis, dan kelir yang disematkan, mengacu pada mobil balap reli Porsche 911 Group B yang eksis pada era 80-an.
"Ini yang paling masuk, nggak keluar dari genrenya. Karena nggak potong rangka, kami adaptasi konsep dual purpose ke nyawa Royal Enfield Himalayan dari era balap itu," terangnya lagi.
Makanya jangan heran kalau melihat kombinasi warna unibodi kustom yang dipasang, senada dengan Rothmans Porsche Rally Team. Padanan warnanya dominasi putih, biru, dan emas. "Itu semuanya kami cat, bukan decal," imbuh Barata.
Selain pemasangan bodi, ada juga penyematan panel sayap samping bagian sisi depan, sehingga menampakkan motor bergaya dakar. Selain itu, ada juga penambahan sentuhan khas dari Thrive, lewat pemasangan slip on alumunium khusus dan setang palang dua biar terlihat lebih kekar.
"Ada juga sein yang kami buat khusus yang baru dan beda, penempatannya tempel ke bodi, jadi kalau jalan jauh atau lewat medan yang aneh nggak gampang nyangkut," ujarnya.
Biar memastikan pengendaraan nyaman dan stabil, kaki-kaki depan masih pakai bawaan Royal Enfield. Pun dengan lengan ayun belakang. Namun peredam kejut diganti pakai besutan Ohlins.
Bagaimana karya kustom Royal Enfield Himalayan dari Thrive Motorcyle ini? Keren kan? Barata menjelaskan, ubahan tersebut menghabiskan dana sekitar Rp 60 hingga 80 jutaan.
ADVERTISEMENT