Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Yang Jadi Sorotan di kumparan New Energy Vehicle Summit 2025, Ada Apa Saja?
7 Mei 2025 15:27 WIB
·
waktu baca 6 menit
kumparan New Energy Vehicle (NEV) Summit 2025 sukses digelar, Rabu (6/5) kemarin di MGP Space, SCBD Park, Jakarta Selatan. Forum strategis ini menyuguhkan wawasan terkait update terkini soal kebijakan, kondisi, inovasi teknologi, pendalaman industri otomotif, maupun keberlanjutan ekosistem mobilitas hijau dalam hal dekarbonisasi menuju Net Zero Emission 2060.
Dibuka oleh Pemimpin Redaksi kumparan, Arifin Asydhad, NEV Summit 2025 merupakan komitmen untuk mendorong terbentuknya industri otomotif yang konstruktif dan terbuka terhadap semua pendekatan teknologi, demi tujuan transisi yang realistis dan inklusif.
"Hari ini, kita berkumpul di tengah tantangan besar sekaligus peluang emas: bagaimana menghadirkan masa depan mobilitas yang lebih bersih, efisien, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman," terangnya.
NEV Summit 2025 diisi oleh pembicara dari sejumlah menteri, pejabat kementerian, anggota DPR, asosiasi di sektor otomotif, akademisi hingga para pelaku industri. Semakin meriah karena dihadiri audiens dari banyak kalangan mulai dari para ahli, komunitas, korporasi, influencer, hingga mahasiswa yang antusias menyimak paparan pemateri sampai acara berakhir.
Selain diskusi yang insightful, NEV Summit 2025 juga menghadirkan sesi taxi ride kendaraan energi baru yakni Toyota Mirai FCEV, Denza D9, dan BYD Sealion 7.
Berikut rangkuman yang menjadi sorotan di NEV Summit 2025
Agus Gumiwang: Indonesia Jadi Basis Produksi Kendaraan Listrik Dunia
Usai dibuka Pemred kumparan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang memberi keynote speech, membeberkan target kontribusi Indonesia dalam rantai pasok industri otomotif. Menurutnya, sumber daya lokal yang dimiliki Indonesia, merupakan modal yang kuat untuk menjadikannya sebagai basis produksi.
"Tidak hanya ingin Indonesia hanya jadi pasar, tetapi juga berupaya agat Indonesia bisa menjadi basis produksi kendaraan listrik di kawasan ASEAN paling tidak, kalau bisa kawasan dunia," katanya.
Menperin juga menyebut potensi besar teknologi kendaraan hidrogen, yang bisa menjadi jawaban kendala pengisian daya kendaraan listrik yang relatif lama. Pada kesempatan ini, Menperin juga sempat mencoba mobil hidrogen Toyota Mirai FCEV.
Diskusi Panel 1: Biofuel & Hidrogen: Pilar Energi Lokal Otomotif
Pada sesi ini, diskusi panel menitikberatkan pada potensi, kondisi, dan pengembangan sumber energi terbarukan yakni biofuel dan hidrogen, sebagai jembatan menuju transisi serta kemandirian energi.
Para panelis yang terdiri dari Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Edi Wibowo, Advisor PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Jaka Purwanto, dan Kepala Kajian Ekonomi Hijau dan Iklim LPEM FEB UI Alin Halimatussadiah mengungkap keuntungan dari sisi ekonomi apabila Indonesia segera mengoptimalkan sumber energi terbarukan.
Insight Recharge: Katalis Industri Elektrifikasi Indonesia
Sesi ini diisi oleh Toyota-Astra Motor (TAM) yang mengungkap peningkatan penjualan kendaraan hybrid, sebagai salah satu solusi model mobilitas beremisi rendah untuk mewujudkan popularisasi kendaraan energi baru atau NEV.
"Penerimaan masyarakat terhadap mobil hybrid sekarang sudah lebih baik. ‘Oh begini ya kalau pakai hybrid, tidak terlalu jauh bedanya,’” Head of Public Relation PT TAM, Philardi Ogi.
Diskusi Panel 2: Transformasi Hijau: Industri Kuat, Emisi Rendah
Pembahasan semakin menarik lantaran pada diskusi panel kedua menghadirkan Dosen & Pengamat Otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu dan Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha.
Keduanya menyepakati bahwa transfer pengetahuan dan teknologi menjadi kunci untuk menciptakan pendalaman industri otomotif yang kuat, kompetitif secara global, dan berorientasi pada dekarbonisasi.
Kunci Keberhasilan Adopsi NEV Indonesia
Agenda dilanjutkan dengan sesi keynote speech dari Deputi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin, yang mengungkap kunci keberhasilan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Terangnya revisi Perpres 79 Tahun 2023 membuat penyerapan kendaraan listrik di Indonesia semakin masif. Salah satunya dengan membuka keran impor bagi pabrikan luar negeri, asal memiliki komitmen dan investasi membangun pabrik di dalam negeri.
"Jika mereka tidak berproduksi, bank guarantee nanti kita ambil. Jadi mereka harus mengembalikan bea masuk dan insentif yang diberikan jika mereka tidak memenuhi komitmennya," jelasnya.
Rosan Roeslani: Insentif Besar untuk Produsen EV Ber-TKDN Tinggi
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani pada sesi keynote speech lanjutan, membeberkan pemerintah akan memberikan insentif lebih tinggi untuk produsen kendaraan listrik dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi.
Jelasnya, sejak Maret 2020 hingga Maret 2025, sudah ada 7 produsen EV yang berkomitmen berinvestasi di Indonesia untuk membangun fasilitas produksi, ada BYD, Citroen, AION, Maxus, Geely, VinFast, dan Volkswagen.
"Konsepnya ini kita akan ubah, dengan TKDN lebih tinggi, insentifnya kita akan berikan lebih besar lagi. Jadi itu kita lebih positive approach-lah ke depannya mengenai TKDN ini,” ujarnya.
Diskusi Panel 3: Pengembangan Teknologi Baterai Kendaraan Listrik
Berlanjut pada sesi ini, panelis yang hadir yakni Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Hafsah Halidah, dan Peneliti Senior Pusat Sistem Transportasi Berkelanjutan ITB Agus Purwadi menyoroti peluang dan tantangan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Peluang yang dimiliki adalah sumber daya material melimpah sebagai komposisi inti pembuatan baterai, kemudian penguasaan teknologi kendaraan pembakaran internal yang harusnya dioptimalkan untuk pengembangan dan hilirisasi teknologi otomotif.
Hanya saja hal itu bisa terealisasi jika adanya dukungan dari pemerintah. Salah satu yang dibutuhkan adalah support tinggi dalam hal riset dan pendanaan dari pemerintah, sebagai dorongan eksplorasi inovasi dari sumber lokal berwawasan global.
Rachmat Gobel: TKDN Jangan Dikendorin!
Keynote speech selanjutnya diisi Anggota Komisi VI DPR RI Rachmat Gobel yang menyoroti pentingnya kebijakan TKDN untuk kemajuan industri di Indonesia. Karena terdapat keselarasan antara peningkatan penguasaan teknologi dan pemenuhan TKDN.
"Makanya kenapa industri di China, maupun di Taiwan, begitu kuat, karena dia bisa membuat sampai kepada komponen-komponen TKDN. Saya sangat menyuarakan betul berbicara pentingnya TKDN di Indonesia. Jangan dikendorin, harus diperkuat dari waktu ke waktu dalam rangka membangun industri, bukan bangun pabrik," jelasnya.
Diskusi Panel 4: Strategi Membuka Pasar BEV, Peluang dan Tantangan
Menutup NEV Summit 2025, Ketua Umum Aismoli Budi Setiyadi dan Pembina Industri Ahli Muda/Ketua Tim Kerja Industri KBLBB Patia Jungjungan Monangdo menyampaikan strategi peningkatan adopsi motor listrik dan produknya mencapai TKDN 100 persen.
Kuncinya ada pada strategi pemasaran yang meringankan beban pembelian seperti skema rent to own, sistem sewa baterai berbasis business to business, hingga lokalisasi baterai motor listrik dari sumber material lokal.
Terakhir, terwujudnya kumparan NEV Summit 2025 tak terlepas dari dukungan industri seperti dari Toyota Indonesia, BYD Indonesia, PLN, Astra Honda Motor, Jetour, Wuling, dan Mitsubishi Fuso.
Serta didukung oleh MGP Space, SCBD Park, Magalarva, Katadata, Tempo Media, Gooto.com, Bisnis Indonesia, Bisnis.com, Opini.id, Kaskus, Delta FM, Prambors, Jak FM, Kis FM, Most Radio, Komunitas Mobil Elektrik Indonesia (KOLEKSI EV), Komunitas Wuling Electric Vehicle Indonesia (WEVI), WEVI Binguo Community, WEVI Cloud Community, UI Supermileage, MG EV Club, BEM FT IRS ITS.
Sampai bertemu di kumparan New Energy Vehicle Summit 2026!