144 Petugas KPPS Meninggal, Kenapa Kelelahan Bisa Sebabkan Kematian?

25 April 2019 7:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para petugas KPPS pada pemungutan suara ulang di TPS 71, Cempaka Putih, Tangerang Selatan. Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Para petugas KPPS pada pemungutan suara ulang di TPS 71, Cempaka Putih, Tangerang Selatan. Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Komisi Pemilihan Umum (KPU) berulang kali merilis data terkini jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dalam melaksanakan tugasnya di Pemilu 2019. Hingga Rabu (24/4) sore pukul 15.15 WIB, tercatat setidaknya ada 144 anggota KPPS di seluruh Indonesia yang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut, tercatat juga masih ada 883 anggota KPPS lainnya yang saat ini masih sakit. Ada kenaikan yang cukup signifikan dari data ini jika dibandingkan dengan data yang KPU rilis sehari sebelumnya, Selasa (23/4) pukul 16.30 WIB. Data sebelumnya itu menunjukkan bahwa jumlah anggota KPPS yang meninggal adalah 119 orang dan yang sakit sebanyak 558 orang.
Berselang beberapa jam sebelum munculnya update data soal 144 petugas KPPS meninggal, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto juga telah mengumumkan bahwa jumlah petugas Pemilu 2019 yang meninggal sudah lebih dari 100 orang. Dia menyayangkan ada korban jiwa yang jatuh akibat pemilu ini.
"Sampai saat ini kita masih menyesalkan bahwa adanya korban dari para korban yang meninggal 139 petugas. Itu kita mendoakan agar arwah para pahlawan demokrasi di sisi Tuhan yang Maha Esa," kata Wiranto di Kantor Kemenkumham, Jakarta Pusat, Rabu (24/4) siang.
ADVERTISEMENT
Beratnya kerja petugas pemilu
Bianda, salah satu petugas KPPS di wilayah Bekasi, menceritakan bahwa tugasnya dalam membantu penyelenggaran pemilu pada 17 April lalu sangatlah berat dan melelahkan. Dia harus bekerja lebih dari 24 jam pada hari pencoblosan itu.
“Pas hari H, mulai jam 7 pagi, baru kelar jam 8 pagi besoknya. Kelar dalam artian kawal kotak suara sampai kelurahan,” tutur Bianda kepada kumparanSAINS.
Selama bekerja lebih dari 24 jam itu, Bianda tidak punya waktu istirahat khusus yang terjadwal. “Istirahat kalau solat aja. Curi-curi waktu. Sesuai kesepakatan aja mau terus hitung suara apa istirahat dulu,” kata Bianda.
Kelelahan tak hanya dirasakan oleh para petugas KPPS, tapi juga oleh semua penyelenggara dan pengawas pemilu, baik anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) pusat dan daerah, serta anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan (Panitia Pemungutan Suara) PPS di tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi.
ADVERTISEMENT
Dari semua kelompok tersebut, masing-masing ada anggota mereka yang mengalami sakit atau bahkan meninggal saat atau setelah pemilu akibat kelelahan.
Efek kelelahan sehingga menyebabkan kematian
Beratnya tugas menyelenggarakan dan mengawasi jalannya pemilu sebenarnya tidak hanya dialami para petugas pemilu tahun 2019 ini, tapi juga tahun 2009 lalu. Pada tahun 2009 lalu ada sejumlah petugas pemilu yang mengalami kelelahan, muntah darah, stroke, serangan jantung, kecelakaan akibat kelelahan, atau bahkan juga meninggal.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam telah mewanti-wanti dampak buruk kelelahan akibat menjadi petugas pemilu ini. Dalam tulisannya pada satu dasawarsa lalu, Ari telah memaparkan bahwa kelelahan akibat bekerja terlalu lama memang bisa memicu timbulnya berbagai penyakit dan kematian.
ADVERTISEMENT
“Tubuh kita ini ada batasnya. Diibaratkan sebagai mesin mobil, tubuh manusia pun perlu istirahat. Jika terus dipaksa untuk beraktivitas, maka tubuh kita akan mengalami kelelahan. Dampak kelelahan ini adalah gangguan kesehatan secara umum, kambuhnya berbagai penyakit kronis dan menurunnya daya tahan tubuh seseorang. Kelelahan serta stress yang tinggi juga akan sangat mengganggu proses metabolisme dan hormonal di dalam tubuh kita,” papar Ari dalam tulisannya, sebagaimana kumparanSAINS kutip atas seizin Ari.
Petugas KPPS menyiapkan surat suara pada pemungutan suara ulang di TPS 71, Cempaka Putih, Tangerang Selatan. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Ari menjelaskan, kelelahan terjadi karena fisik dan mental seseorang dipaksa untuk bekerja secara terus menerus tanpa istirahat yang cukup. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat, seperti bising, suhu ruangan yang panas, serta asap rokok di dalam ruangan, juga turut memperburuk kelelahan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses penghitungan suara dan rekapitulasi suara, para anggota PPS dan PPK bekerja terus-menerus untuk menyelesaikan proses penghitungan suara tersebut. Hal ini terjadi karena mereka harus memenuhi batas waktu dalam penyelesaian proses penghitungan suara tersebut,” kata Ari.
“Dan biasanya mereka bekerja dalam ruangan-ruangan yang pengap dan umumnya dengan dibumbui asap rokok yang diisap oleh orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut. Kondisi ini jelas akan memperburuk kelelahan yang terjadi,” imbuhnya lagi.
Dampak kelelahan ini dapat berakibat serius bagi kesehatan. Apalagi, jika kondisi ini diperburuk oleh konsumsi rokok yang terus menerus disertai konsumsi suplemen dan minuman berenergi yang umumnya mengandung ginseng dan kafein.
Petugas KPPS menyiapkan kotak suara untuk pemungutan suara ulang. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Ari membeberkan bahwa kelelahan berhubungan dengan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan sistem pencernaan, gangguan sistem jantung dan pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak, serta penurunan daya tahan tubuh.
ADVERTISEMENT
“Gangguan pencernaan merupakan hal utama yang terjadi jika seseorang mengalami kelelahan. Keluhan pencernaan yang timbul antara lain nafsu makan berkurang di mana hal ini akan memperparah kondisi fisik yang sedang mengalami kelelahan tersebut. Seseorang yang mengalami kelelahan juga akan mengalami mual bahkan muntah serta nyeri di ulu hati,” beber Ari.
Mereka yang mengalami kelelahan juga sebenarnya sudah tidak berkonsentrasi dan bekerja dengan baik. Selain itu, emosi mereka juga menjadi tinggi. Akibatnya, kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada pengendara yang sedang mengalami kelelahan tersebut.
Selain kecelakaan, berbagai penyakit kronis yang dipicu oleh kondisi kelelahan juga bisa memicu kematian. Berbagai penyakit kronis yang dapat menjadi kambuh jika seseorang mengalami kelelahan antara lain sakit maag, gangguan kejiwaan, asma, kencing manis (diabetes mellitus), hipertensi, stroke, dan serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Kelelahan fisik dan psikis juga akan memperburuk daya tahan tubuh orang-orang yang mengalami kelelahan. Akibatnya, mereka akan mudah terkena infeksi usus berupa diare, dan rentan terkena infeksi penyakit virus seperti flu, hepatitis, tifus, dan demam berdarah.
Seorang petugas mengangkut kotak suara Pemilu 2019 saat distribusi logistik Pemilu 2019 di GOR Kemayoran, Jakarta, Senin (15/4/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Antisipasi kelelahan dan upaya pencegahan dampak yang lebih parah
Umumnya, para petugas pemilu harus bekerja sampai larut malam demi memenuhi deadline sehingga kondisi ini dapat menimbulkan kelelahan. “Waktu tidur dari mereka yang terlibat dalam proses Pilpres ini juga berkurang. Makan mereka juga umumnya tidak teratur. Kondisi ini semua akan memperburuk kelelahan yang terjadi,” kata Ari.
Kondisi kelelahan ini, menurut Ari, tidak bisa dihindari oleh para petugas penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, mereka perlu melakukan upaya-upaya agar tidak memperburuk kondisi kelelahan mereka.
ADVERTISEMENT
Ari mengimbau, dalam melakukan tugas penyelenggaraan pemilu, mereka sebaiknya meluangkan waktu untuk menghirup udara segar beberapa saat dan tetap melakukan gerak badan, baik di ruangan tempat kerja maupun di udara terbuka di sekitar tempat kerja.
Apabila sudah ditemukan mengalami gangguan kesehatan seperti mual muntah dan sakit kepala serta nyeri dada, mereka harus segera berhenti beraktivitas dan mengobati gangguan kesehatan tersebut.
Petugas KPPS menyiapkan kotak suara untuk pemungutan suara ulang. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Selain itu, Ari juga meminta mereka untuk tetap mempertahankan jumlah tidur minimal 6 jam sehari. “Di mana ada kesempatan untuk beristirahat, maka dianjurkan untuk beristirahat.”
Lebih lagi, mereka juga perlu memperhatikan waktu makan minimal tiap 6 jam. Dan sebaiknya di sela waktu makan, ada makanan lain yang juga mereka konsumsi, terutama makanan yang sehat tidak mengandung coklat, keju, berlemak, atau goreng-gorengan. “Lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur-sayuran. Di waktu antara makan baik juga untuk selalu mengonsumsi buah. Mengurangi mengisap rokok, minuman bersoda, minum kopi jangan berlebihan, maksimal 2 gelas sehari,” saran Ari.
ADVERTISEMENT
Ari juga mengimbau para petugas pemilu agar minum air putih sebanyak minimal 2 liter per hari dan sebaiknya juga menghindari minuman yang berkafein atau mengandung ginseng. Karena sebenarnya yang tubuh mereka butuhkan saat itu adalah istirahat, bukan suplemen.
“Mudah-mudahan mereka yang sedang berjuang menegakkan demokrasi ini, menciptakan pemilu yang bersih dan bermartabat, tetap selalu dalam keadaan sehat setelah menyelesaikan tugas yang maha berat ini,” tutup Ari.
Capres nomor urut 02 Prabowo memeluk capres nomor urut 01 Jokowi saat acara Deklarasi Pemilu Damai. Foto: AFP/Adek Berry