2 Kucing Batu Langka Tertangkap Kamera di Gunung Leuser, Punya Ekor Panjang

28 November 2020 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kucing batu. Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kucing batu. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Dua hewan berekor panjang dengan bulu tebal dan corak loreng di tubuhnya melintas di hutan rimba salah satu gunung di Indonesia. Hewan itu tampak seperti macan dahan atau leopard dengan postur lebih kecil.
ADVERTISEMENT
Kedua makhluk itu adalah kucing batu dengan nama latin Pardofelis marmorata alias Marbled Cat, spesies kucing langka yang hidup di wilayah Sumatera. Keduanya tertangkap kamera pengintai yang dipasang di salah satu sudut Gunung Leuser, Provinsi Aceh dan Sumatra Utara.
Ukurannya diperkirakan punya panjang tubuh 45 hingga 62 centimeter, dengan panjang ekor mencapai 35-55 cm.
Kucing batu adalah hewan nokturnal atau dengan kata lain hewan yang aktif di malam hari. Penampakan kucing batu yang turun ke lantai hutan kemungkinan karena mereka sedang berburu.
Video penampakan kucing batu telah di-posting di Instagram Taman Nasional Gunung Leuser. Berdurasi 24 detik dan mendapatkan berbagai tanggapan dari netizen. Ada yang menduga itu adalah pasangan.
ADVERTISEMENT
Keren… mereka sptnya pasangan jantan betina ya? mudah-mudah2an dpt terus lestari berkembang biak,” tulis @febrihand.
Pingin liat langsung tapi di sisi lain juga gak pingin ketemu langsung,” kata @prasetyosubandrio.
Kucing batu pada awalnya dianggap sebagai kerabat dekat macan dahan (Genera Neofelis) karena banyak kesamaan morfologi. Namun, analisis genetik menunjukkan kucing batu hubungannya lebih dekat dengan kucing emas Asia (Catopuma temminckii) dan kucing teluk Kalimantan (Catopuma badia).
Ada dua spesies kucing batu, dan mereka tersebar di wilayah yang berbeda. Spesies kucing batu Pardofelis marmorata marmorata hidup di Kalimantan, Sumatra, Semananjung Malaya di selatan Tanah Genting Kra dan Thailand selatan. Sementara spesies kucing batu Pardofelis marmorata longicaudata hidup di Nepal hingga Assam, Bangladesh, Asia Tenggara Utara dari Tanah Genting Kra.
ADVERTISEMENT
Analisis genetik terkini menunjukkan kemungkinan perbedaan antara populasi kucing marmer Indochina dan Sundaic pada tingkat spesies. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklasifikasi jika ada dua spesies berbeda dan kemungkinan subspesies baru di Kalimantan karena individu di sana menunjukkan pola bulu yang lebih coklat ketimbang dari Sumatera.
Kucing batu pertama kali terdokumentasikan di alam liar di Suaka Margasatwa Huai Kha Khaeng, Thailand, pada tahun 1994. Berdasarkan Red List IUCN, status kucing batu masuk dalam hewan terancam punah. Jumlah populasi mereka di alam tidak diketahui.
Ilustrasi Kucing Batu. Foto: Saving Nature/YouTube
Kucing batu dapat ditemukan di beberapa wilayah Asia, mulai dari Nepal, Bhutan, dan timur laut India hingga beberapa bagian Indocina, termasuk Malaysia, Sumatra dan Kalimantan. Di Sabah, kucing batu terlihat di Kawasan Konservasi Lembah Danum, Cagar DAS Palum Tambun, Cagar Hutan Ulu Segama, Cagar Hutan Malua, Suaka Margasatwa Tabin, Cagar Hutan Deramakot dan Cagar Hutan Tangkulap.
ADVERTISEMENT
Di India, populasi kucing batu sangat terbatas, mereka hanya bisa ditemukan di kaki bukit Himalaya bagian timur, serta dikaitkan dengan habitat hutan gugur dan semi-hijau yang lembab.
Kucing batu bergantung pada hutan, terutama hutan tropis yang lembab. Di Sumatera, analisis studi yang memanfaatkan kamera jebakan menunjukkan bahwa kucing batu kemungkinan besar mendiami daerah jauh dari tepi hutan dan pada ketinggian sedang sekitar 1.000 mdpl. Hewan ini dikenal sebagai pemanjat ulung. Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon, seperti tidur di atas pohon dengan ketinggian 25 meter.
Masih belum jelas apa makanan utama kucing batu, namun peneliti menduga mereka sering memakan burung, tupai pohon, kelelawar buah, hewan pengerat seperti tikus, dan kemungkinan juga memakan serangga, reptil, dan spesies hewan amfibi seperti katak.
ADVERTISEMENT
Deforestasi hutan, termasuk penebangan pohon, pembukaan lahan untuk kelapa sawit atau perkebunan, menjadi ancaman utama spesies kucing ini menjadi langka dan keberadaannya terancam punah.