Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Wabah penyakit bukan hal baru bagi umat manusia. Sebelum virus corona menyerang, pandemi maupun epidemi berbagai penyakit telah berulang kali merusak kehidupan manusia. Beberapa di antaranya bahkan mengubah sejarah dan mengakhiri suatu peradaban.
ADVERTISEMENT
Dilansir Live Science, berikut 20 pandemi dan wabah penyakit terburuk yang pernah dialami manusia sejak era prasejarah sampai modern, sebelum pandemi COVID-19 datang.
1. Epidemi prasejarah: Sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi
Sekitar 5.000 tahun yang lalu, suatu epidemi membinasakan sebuah perkampungan prasejarah di China. Mayat-mayat korban epidemi itu ditempatkan di sebuah rumah untuk selanjutnya dibakar. Bekas perkampungan itu saat ini sudah menjadi situs arkeologi bernama Hamin Mangha yang terletak di timur laut China.
Sejumlah penelitian arkeologi dan antropologi menyatakan epidemi yang terjadi di wilayah itu berlangsung sangat cepat sehingga penduduk tidak punya cukup waktu untuk mengubur para korban dengan layak. Wabah itu menyebabkan perkampungan ini tidak lagi ditempati.
ADVERTISEMENT
Sebelum penemuan wabah di Hamin Mangha, para arkeolog lebih dulu menemukan kuburan massal di situs prasejarah Miaozigue yang juga terletak di timur laut China. Situs itu berumur hampir sama dengan Hamin Mangha. Penemuan kedua situs prasejarah itu menunjukkan wabah penyakit telah memporak-porandakan kehidupan di kawasan timur laut China pada masa itu.
2. Wabah Athena: 430 Sebelum Masehi
Tidak lama setelah perang antara Athena dengan Sparta terjadi, sekitar 430 tahun sebelum masehi, sebuah epidemi mewabah di tengah penduduk Athena. Sejumlah sejarawan menyebut angka kematian akibat wabah yang berlangsung selama lima tahun itu mencapai 100 ribu jiwa.
Thucydides, sejarawan Athena yang hidup pada masa itu mencatat, wabah itu tiba-tiba menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala yang luar biasa hebat, mata memerah, tenggorokan dan lidah mengeluarkan darah, dan menyebabkan indera penciuman orang-orang terganggu.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, para ilmuwan dan sejarawan masih belum memastikan wabah penyakit yang melanda Athena pada masa itu. Mereka menyebut sejumlah kemungkinan seperti wabah demam tifoid sampai ebola.
Para ilmuwan percaya perang ikut memperparah keadaan karena membuat penduduk Athena mengungsi dengan hidup berdesakan di sebuah benteng. Meski terjadi epidemi, perang antara Athena dan Sparta terus berlanjut sampai 404 tahun sebelum masehi dengan kekalahan Athena.
3. Wabah Antoninus: 165-180 Masehi
Ketika para prajurit Kekaisaran Romawi kembali dari medan perang, mereka tidak hanya membawa kemenangan tapi juga wabah penyakit yang dikenal dengan wabah Antoninus. Menurut April Pudsey, sejarawan romawi dari Manchester Metropolitan University, kemungkinan besar wabah itu merupakan penyakit cacar yang dibawa prajurit romawi dan menyebabkan 5 juta penduduk di wilayah Kekaisaran Romawi meninggal.
ADVERTISEMENT
Para sejarawan percaya prajurit membawa penyakit itu usai berperang melawan Kekaisaran Parthia. Epidemi tersebut mengakhiri masa perdamaian (pax romana) di Kekaisaran Romawi yang berlangsung sejak 27 tahun Sebelum Masehi sampai tahun 180 setelah Masehi.
Wabah tersebut menyebabkan instabilitas politik yang ditandai dengan perang saudara dan serangan dari suku-suku barbar. Selain itu, wabah ini juga membuat ajaran Kristen mulai populer di kalangan penduduk Roma.
4. Wabah Cyprian: 250-271 Masehi
Wabah ini dinamai sesuai dengan nama seorang uskup asal Kartago di Tunisia, St. Cyprian yang menyebut wabah tersebut sebagai akhir dari dunia. St. Cyprian juga menjadi korban dari wabah penyakit ini.
Pada masa itu, wabah Cyprian pernah menewaskan 5.000 penduduk di Kota Roma dalam satu hari. Wabah ini menyebabkan demam, radang tenggorokan, diare, muntah, dan kaki dan tangan yang menjadi kasar.
ADVERTISEMENT
Pada 2014, para arkeolog menemukan situs penguburan korban wabah ini di Luxor, Mesir. Mayat para korban ditemukan berlumur kapur, yang pada masa itu digunakan sebagai disinfektan. Sebagian sisa tubuh korban ditemukan dalam kondisi hangus. Para sejarawan dan arkeolog masih belum bisa memastikan penyebab wabah ini. Namun kemungkinan besar, wabah ini berasal dari Ethiopia, menyebar ke Afrika Utara, dan kemudian ke Roma.
5. Wabah Justinian: 541-542 Masehi
Wabah ini dinamai sesuai dengan nama Kaisar Bizantium, Justinian. Pada masa itu wabah Justinian menyebabkan kekuasaan dan pengaruh Kekaisaran Bizantium melemah. Setelah dilanda wabah ini, Kekaisaran Bizantium secara perlahan kehilangan wilayah kekuasaannya.
Wabah ini dibawa oleh tikus dan disebarkan lewat kutu. Diperkirakan, wabah yang mirip penyakit pes ini menyebabkan 10 persen populasi dunia meninggal. Selain itu, wabah ini juga bersifat periodik dan kembali muncul dua abad setelah wabah pertama yang menyebabkan sekitar 50 juta orang tewas.
ADVERTISEMENT
6. The Black Death: 1346-1353
Black Death merupakan salah satu wabah paling mematikan sepanjang sejarah manusia. Wabah ini diperkirakan menewaskan sekitar 75 sampai 200 juta orang atau sepertiga populasi dunia saat itu.
Wabah ini dimulai dari Asia dan menyebar ke Eropa. Akibat wabah ini, setengah populasi di Eropa lenyap. Wabah ini disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu, yersinia pestis yang kemungkinan besar sudah punah saat ini. Penyakit ini kemudian disebarkan lewat kutu yang berasal dari tikus yang terinfeksi.
Black Death telah mengubah sejarah Eropa. Akibat tingkat kematian yang sangat tinggi, jumlah pekerja dan budak langka. Hal itu membuat pekerja dibayar lebih mahal. Kelangkaan pekerja juga menyebabkan peningkatan inovasi teknologi.
ADVERTISEMENT
7. Epidemi Cocoliztli: 1545-1548
Epidemi Cocoliztli merupakan penyakit yang ditandai dengan demam hemoragik atau demam berdarah. Epidemi ini menewaskan sekitar 15 juta penduduk asli di Meksiko dan Amerika Tengah. Saat epidemi ini melanda, penduduk asli di wilayah itu sedang mengalami kekeringan sehingga menambah penderitaan penduduk. Cocoliztli merupakan istilah Aztec untuk penyakit pes.
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa korban epidemi ini terinfeksi oleh subspesies bakteri salmonella yang dikenal sebagai s. paratyphi c. Bakteri ini menyebabkan demam tinggi, dehidrasi, dan masalah pada saluran pencernaan
8. Wabah Amerika: Abad ke-16
Wabah Amerika merupakan penyakit cacar yang berasal dari wilayah Eurasia dan dibawa penjelajah Eropa ke Amerika. Wabah ini menyebabkan peradaban Inca dan Aztec runtuh. Diperkirakan 90 persen penduduk asli di wilayah Amerika tewas akibat wabah ini.
ADVERTISEMENT
Wabah ini juga membantu penaklukan Aztec oleh Hernan Cortes pada 1519 dan penaklukan Inca oleh Francisco Pizarro pada 1532. Penaklukan itu menandai dimulainya penjajahan Spanyol di Amerika Tengah dan Selatan. Selain itu, berkurangnya populasi penduduk asli telah memudahkan bangsa Barat lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda menaklukan wilayah di Amerika
9. Wabah London: 1665-1666
Wabah Black Death Kembali muncul di Inggris dan menyebabkan eksodus besar-besaran ke London. Wabah ini dimulai pada April 1665 dan menyebar dengan sangat cepat selama musim panas.
Kutu yang berasal dari tikus merupakan hewan utama yang menyebarkan penyakit ini. Wabah ini menewaskan sekitar 15 persen populasi London saat itu atau sekitar 100 ribu jiwa.
ADVERTISEMENT
10. Wabah Marseille: 1720-1723
Catatan sejarah mengungkapkan bahwa wabah Marseille bermula dari sebuah kapal bernama Grand-Saint-Antoine yang bersandar di Pelabuhan Marseille, Prancis. Kapal tersebut membawa barang-barang dari wilayah timur Mediterania.
Meski kapal sudah menjalani karantina, wabah bubonic yang gejalanya mirip penyakit flu ini tetap menyebar lewat kutu yang berasal dari tikus yang terinfeksi. Akibatnya, selama tiga tahun, sekitar 100 ribu penduduk Marseille atau lebih dari 30 persen populasi penduduk saat itu tewas.
11. Wabah Rusia: 1770-1772
Wabah yang berhubungan dengan Black Death ini menyebabkan 100 ribu penduduk Moskow, Rusia, tewas. Diperkirakan wabah ini berasal dari Moldova saat berlangsung perang antara Turki-Rusia.
Wabah ini menyebabkan kerusuhan dan kekacauan di kota Moskow. Bahkan setelah wabah berakhir, Ratu Rusia, Catherine II, kesulitan mengendalikan keadaan.
ADVERTISEMENT
12. Epidemi Demam Kuning Philadelphia: 1793
Wabah penyakit ini disebarkan oleh nyamuk di pemukiman padat penduduk di Philadelphia, AS. Saat penyakit ini mewabah, pejabat di Philadelphia mengira para budak yang berasal dari Afrika imun terhadap penyakit itu. Para budak diperintahkan untuk merawat pasien yang terinfeksi.
Wabah yang kemudian terhenti seiring hilangnya nyamuk pada musim dingin ini menyebabkan 5.000 orang tewas.
13. Pandemi Flu: 1889-1890
ADVERTISEMENT
14. Epidemi Polio AS: 1916
Epidemi polio bermula di kota New York dengan 27.000 kasus dan menewaskan 6.000 orang di Amerika Serikat. Penyakit ini cenderung menyerang anak-anak dan menimbulkan disabilitas bagi para penyintas.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini terus muncul secara sporadis di Amerika sampai vaksin untuk polio ditemukan pada 1954. Sejak penemuan vaksin kasus polio di AS berkurang signifikan meski belum sepenuhnya menghilang.
15. Flu Spanyol: 1918-1920
Pandemi ini menginfeksi 500 juta penduduk di seluruh dunia dan diperkirakan menewaskan sekitar 500 ribu orang. Pandemi ini diperparah oleh Perang Dunia I dan krisis pangan akibat perang.
Meski bernama Flu Spanyol, penyakit ini sebenarnya bukan berasal dari Spanyol. Pemberian nama ini disebabkan media-media di Spanyol gencar memberitakan soal pandemi ini.
16. Flu Asia: 1957-1958
Pandemi ini juga disebabkan oleh virus influenza yang berasal dari China. Virus yang menyebabkan pandemi ini merupakan jenis campuran dari virus avian. Pandemi ini menewaskan lebih dari 1 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mencatat, penyakit ini menyebar cepat dari China menuju Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat pada musim panas 1957. Di AS, virus ini menewaskan 116.000 jiwa.
17. Pandemi dan epidemi AIDS: 1981- sekarang
Sejak pertama kali diidentifikasi, AIDS telah menewaskan sekitar 35 juta orang di seluruh dunia. HIV, virus penyebab AIDS, kemungkinan besar berasal dari simpanse dan menular ke manusia di kawasan Afrika Barat pada sekitar tahun 1920.
Saat ini, 64 persen pengidap AIDS yang berjumlah 40 juta orang hidup di kawasan sub-sahara Afrika. Selama beberapa dekade, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Namun, saat ini para ilmuwan telah menemukan obat yang dapat memperpanjang umur pengidap AIDS. Bahkan, pada awal 2020, dua orang pengidap AIDS dinyatakan berhasil disembuhkan.
ADVERTISEMENT
18. Pandemi Flu Babi H1N1: 2009-2010
Pandemi ini disebabkan oleh strain baru dari virus H1N1 yang berasal dari Meksiko. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, virus yang menyebar ke seluruh dunia pada musim semi 2009 ini menginfeksi sekitar 1,4 miliar orang dan menewaskan sekitar 151.700 sampai 575.400 orang.
Virus ini cenderung memiliki tingkat fatalitas yang tinggi pada anak-anak dan remaja muda. Sekitar 80 persen kematian terjadi pada penduduk yang berumur di bawah 65 tahun. Menurut CDC, para penduduk berusia di atas 65 tahun cenderung memiliki imunitas yang kuat untuk melawan virus ini. Vaksin untuk virus H1NI telah ditemukan.
19. Epidemi Ebola Afrika Barat: 2014-2016
Ebola melanda Afrika Barat pada 2014 sampai 2016. Virus ini menginfeksi sekitar 28.600 penduduk dan menewaskan 11.325 orang. Kasus pertama virus ini dilaporkan terjadi di Guinea pada Desember 2013 dan menyebar dengan cepat ke Liberia dan Sierra Leone. Tiga negara itu menjadi episentrum wabah ebola.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, virus ini juga menyebar ke Nigeria, Mali, Senegal, Amerika Serikat, dan Eropa. Sampai saat ini obat untuk ebola masih belum ditemukan dan para ilmuwan masih berupaya menemukan vaksinnya.
20. Epidemi Zika: 2015- sekarang
Virus Zika menyebar lewat nyamuk berjenis aedes, dan juga bisa ditularkan lewat hubungan seksual manusia. Virus ini tidak menyebabkan sakit pada anak-anak maupun orang dewasa, namun berbahaya bagi bayi dan janin.
Nyamuk yang menyebarkan penyakit ini berkembang biak di lingkungan dengan suhu hangat dan lembab. Akibatnya, wilayah Amerika Selatan, Tengah, dan selatan Amerika Serikat menjadi tempat yang rawan penyebaran Zika.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT