28 Orang di China Dikarantina Akibat Wabah Penyakit Pes

20 November 2019 20:07 WIB
clock
Diperbarui 11 Desember 2019 19:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus Foto: qimono via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus Foto: qimono via Pixabay
ADVERTISEMENT
Puluhan orang di China dikarantina usai bersentuhan dengan seorang pria yang diketahui terinfeksi wabah pes. Penyakit pes sendiri telah menjadi wabah ketiga yang dikonfirmasi menyerang Negeri Tirai Bambu dalam kurun waktu satu bulan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Xinhua Net, wabah ini berawal tatkala seorang pemburu berusia 55 tahun di sebuah pedesaan Mongolia yang dikenal sebagai Liga Xilingol membunuh seekor kelinci liar, lalu memakannya. Beberapa hari kemudian, si pria ternyata terkena penyakit pes dan dirawat di rumah sakit pada Sabtu (9/11).
Tiga hari kemudian, dua orang asal Xilingol didiagnosis menderita pneumonic plague di Beijing kendati para pejabat belum bisa memastikan hubungan antara kedua kasus ini.
Kini, ada 28 orang yang dikarantina karena diduga telah bersentuhan dengan orang-orang yang terinfeksi. Dari 28 orang yang dikarantina, tidak ada satu orang pun yang menunjukkan gejala-gejala tertular penyakit pes atau terkena wabah lainnya.
Ilustrasi wabah pes. Foto: flicker/Erin Mallinson
Wabah pes yang dikenal sebagai “black death” secara historis bertanggung jawab atas penyakit mematikan yang meluluhlantakkan Eropa di abad pertengahan. Wabah ini setidaknya telah membunuh setengah dari umat manusia yang hidup di benua Eropa.
ADVERTISEMENT
Beruntung, seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi, saat ini penyakit pes bisa diobati dengan menggunakan antibiotik, meski deteksi dini sangat diperlukan dalam penanganannya. Ada dua bentuk infeksi wabah yang masing-masing disebabkan oleh bakteri persisten atau dikenal sebagai Yersinia pestis.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), wabah pes ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Penyakit ini bisa membunuh 30 hingga 60 persen penderitanya.
Pada fase tertentu, ketika seseorang terkena pes dan mengalami pneumonic plague, penularan akan sangat mudah terjadi. Ia menyebar melalui inhalasi tetesan pernapasan yang terinfeksi, dengan gejala seperti infeksi paru-paru parah, sesak napas, sakit kepala, dan batuk. Hampir semua orang yang mengidap pneumonic plague akan mati, jika tidak segera diobati.
Ilustrasi tikus. Foto: Pixabay
Antara 2010 hingga 2015, ada lebih dari 3.200 kasus wabah di seluruh dunia yang mengakibatkan sedikitnya 584 kematian. Awal musim panas 2019, pejabat Colorado terpaksa menutup tempat perlindungan satwa liar nasional setelah seekor anjing terinfeksi dari kutu yang membawa penyakit.
ADVERTISEMENT
Pada 2018 lalu, seorang anak di negara bagian Idaho, Amerika Serikat, dilaporkan menjalani perawatan karena tertular penyakit pes usai bepergian ke Oregon, di mana di negara bagian tersebut telah ditemukan delapan kasus wabah pes dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Meski sebagian besar wabah pes telah diberantas oleh pemerintah China dan negara-negara lainnya, penyakit menular ini tetap mewabah di beberapa negara, seperti Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
Ilustrasi rumah sakit. Foto: Pxhere