28 Spesies Baru Kumbang Ditemukan di Sulawesi: Namanya Corona hingga Unyil

1 November 2021 8:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raden Pramesa Narakusumo, kurator kumbang di Museum Zoologicum Bogoriense, selama kerja lapangan di puncak Gunung Dako, Sulawesi. Foto: Raden Pramesa Narakusumo (CC BY)
zoom-in-whitePerbesar
Raden Pramesa Narakusumo, kurator kumbang di Museum Zoologicum Bogoriense, selama kerja lapangan di puncak Gunung Dako, Sulawesi. Foto: Raden Pramesa Narakusumo (CC BY)
ADVERTISEMENT
Penamaan ilmiah dari spesies baru umumnya merujuk pada karakteristik tubuh atau lokasi di mana ia ditemukan. Namun, dalam beberapa kasus, penamaan spesies baru cukup arbitrer sesuai keinginan para penemunya. Contohnya bisa dilihat dari puluhan spesies kumbang baru asal Sulawesi yang diumumkan para peneliti Indonesia dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah artikel baru yang dipublikasi jurnal ZooKeys pada 22 Oktober 2021, peneliti asal Indonesia dan Jerman mengumumkan 28 nama spesies baru kumbang yang berhasil mereka temukan di Sulawesi. Sebagian besar spesies baru ini dikoleksi oleh Raden Pramesa Narakusumo, kurator kumbang di Museum Zoologicum Bogoriense di Bogor.
Kumbang-kumbang ini berasal dari dua lokasi di Provinsi Sulawesi Tengah, yakni Gunung Dako dan Gunung Pompangeo. Semuanya masuk dalam genus kumbang Trigonopterus.
Rekan penelitian Raden, Alexander Riedel dari Museum Sejarah Alam Karlsruhe di Jerman, telah mempelajari genus kumbang Trigonopterus selama 15 tahun terakhir. Ia awalnya berencana melakukan perjalanan penelitian ke Papua Nugini. Namun, karena terkendala pandemi corona, ia memutuskan untuk mempelajari spesimen kumbang dari Sulawesi bersama dengan Raden.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil mendiagnosis spesies baru, kedua peneliti tersebut memiliki tantangan untuk menemukan nama yang cocok untuk temuan mereka. Pada akhirnya, keduanya menggunakan nama-nama unik, salah satunya adalah Trigonopterus corona.
Ilustrasi 28 spesies baru kumbang yang berhasil Raden dan Riedel temukan di Sulawesi. Foto: Alexander Riedel (CC BY)
Berdasarkan penjelasan Raden dan Riedel dalam artikel mereka, nama T. corona mencerminkan dampak besar pandemi COVID-19 yang bikin proyek penelitian terhambat.
Kumbang T. corona bukanlah spesies serangga pertama dengan nama ilmiah yang terinspirasi dari pandemi. Pada tahun lalu, komunitas ilmiah juga telah telah memberikan spesies baru serangga dengan nama yang terinspirasi pandemi, mulai dari ngengat Potamophylax coronavirus hingga tawon Stethantyx covida dan Allorhogas quarentenus.
Selain terinspirasi virus corona, Raden dan Riedel juga menggunakan karakter film Indonesia sebagai nama spesies kumbang baru yang ditemukan, yakni Trigonopterus gundala dan Trigonopterus unyil.
ADVERTISEMENT
“Julukan ini adalah kata benda dalam aposisi berdasarkan karakter fiksi superhero komik Indonesia "Gundala, Anak Guntur". Warna hitam dan besi dari spesies ini menyerupai kostum film Gundala,” kata Raden dan Riedel dalam artikelnya.
Raden dan Riedel juga memakai nama-nama tokoh film luar negeri bagi kumbang spesies baru mereka. Ini termasuk kumbang Trigonopterus ewok, Trigonopterus Chewbacca, Tigonopterus yoda dan Trigonopterus porg, yang semuanya memiliki referensi Star Wars.
Hampir semua kumbang yang ditemukan Raden dan Riedel berukuran hanya 2-3 milimeter. Ukuran kecil inilah yang menurut Raden dan Riedel menjelaskan mengapa kumbang-kumbang ini baru ditemukan. Sebab, sebagian besar ahli serangga lebih suka meneliti kumbang rusa atau kumbang permata yang ukurannya lebih besar dan tampak mencolok.
ADVERTISEMENT
Selain ukuran tubuh yang mungil, faktor kedua yang membuat 28 kumbang tersebut baru ditemukan adalah kemiripannya satu sama lain. Mereka paling mudah diidentifikasi melalui pengurutan DNA, kata peneliti.
Pemandangan dari punggung bukit di atas lereng Gunung Pompangeo. Foto: Raden Pramesa Narakusumo (CC BY)
Saat ini, setidaknya sudah ada 132 spesies kumbang Trigonopterus yang diketahui tinggal di Sulawesi. Para peneliti menduga bahwa jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari keanekaragaman yang sebenarnya.
Banyaknya pegunungan di Sulawesi menyebabkan fauna endemik yang berbeda yang telah berevolusi selama jutaan tahun terakhir. Dan karena Indonesia merupakan negara kepulauan, banyak hewan terisolasi di habitatnya, menyebabkan negara kita kaya akan keanekaragaman hayati.
Mengingat hal tersebut, Riedel pun ingin meningkatkan jumlah lokasi sampel penelitiannya untuk menemukan spesies kumbang baru di Sulawesi.
“Setelah kami memiliki cakupan lokalitas yang cukup dan memahami evolusi kumbang, kami dapat menarik kesimpulan tentang proses geologis yang membentuk pulau Sulawesi. Ini adalah subjek yang menarik, karena pulau ini dibentuk oleh perpaduan fragmen yang berbeda jutaan tahun yang lalu,” katanya dalam sebuah pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
Bagi pihak Indonesia, penemuan spesies baru juga tidak kalah pentingnya. Raden mengingatkan bahwa temuan baru dapat menjadi basis konservasi hewan.
“Sebagian besar keanekaragaman hayati Indonesia belum diketahui dan kami membutuhkan nama dan diagnosis spesies, sehingga kami dapat menggunakannya dalam studi lebih lanjut tentang konservasi dan bioprospeksi,” kata Raden.
"Dua spesies yang baru dideskripsikan berasal dari koleksi museum kami, dan ini menggarisbawahi pentingnya museum sebagai sumber penemuan biologis," pungkasnya.