Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
3 Jenis Polusi yang Ancam Penelitian Luar Angkasa
16 Januari 2018 12:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Peneliti mengklaim dalam dua dekade berikutnya bakal ada 20 ribu satelit yang diluncurkan di orbit terendah Bumi. Situasi ini akan lebih buruk ke depannya. Satelit-satelit tersebut mengeluarkan sinar LED yang akan mengganggu penelitian luar angkasa.
Sampah antariksa adalah masalah yang paling menonjol saat ini. Enam dekade setelah peluncuran satelit Sputnik milik Rusia, luar angkasa saat ini sudah dipenuhi oleh 18 ribu objek antariksa yang terlacak oleh United States Strategic Command, salah satu divisi Departemen Pertahanan AS.
Benda-benda luar angkasa buatan manusia ini dapat merusak teleskop di Bumi yang digunakan untuk penelitian astronomi. Objek tersebut juga bisa memantulkan cahaya sehingga dapat membuat bingung teleskop karena bersinar seperti bintang.
“Keadaan terburuk akan terjadi,” kata Patrick Seitzer, astronom di University of Michigan, AS. “Katalog sampah luar angkasa kami akan berlipat ganda di 20 tahun terakhir."
ADVERTISEMENT

Selain itu, gelombang dari sinyal telepon genggam juga diprediksi oleh American Astronomical Society dapat mengganggu kegiatan mereka, terutama ketika mengamati langit malam. Itu juga dapat membatasi sensitivitas serta akurasi penelitian.
Sementara di Bumi sendiri, polusi cahaya yang ditimbulkan oleh lampu LED membuat penelitian luar angkasa semakin sulit dilakukan.
LED memang menjadi pilihan banyak orang. Selain karena murah, lampu LED diklaim ramah lingkungan. Namun masalahnya, LED mengeluarkan spektrum cahaya berwarna biru. Spektrum cahaya ini tersebar lebih cepat dari spektrum lain dan akan menyulitkan teleskop untuk melihat bintang.

Frekuensi radio, baik untuk sinyal telepon atau radio pun menjadi sumber gangguan. Frekuensi radio dapat bercampur dan masuk ke dalam kanal radio yang digunakan oleh para peneliti astonomi. Dan hal ini akan bertambah buruk seiring dengan munculnya teknologi baru seperti sinyal 5G dan mobil tanpa sopir.
ADVERTISEMENT
“Tanpa adanya perlindungan untuk spektrum, radio milik para astronomer akan kehilangan kemampuan untuk mengamati langit.” Kata Harvey Liszt, radio astronomer di National Radio Astronomu Observatory di Charlottesville, Virginia.
Sampai saat ini, para ahli astronomi masih mencari solusi terbaik untuk bisa tetap melakukan penelitian tanpa terganggu oleh polusi buatan manusia.