3 Kontroversi Seputar Olahraga CrossFit, Benarkah Berbahaya?

20 Februari 2020 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair. Foto: Instagram / @ashrafsinclair
zoom-in-whitePerbesar
Suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair. Foto: Instagram / @ashrafsinclair
ADVERTISEMENT
Momen berkabung atas wafatnya Ashraf Sinclair masih menyelimuti publik Tanah Air. Aktor sekaligus suami artis Bunga Citra Lestari (BCL) ini mengembuskan napas terakhir di usia 40 tahun karena serangan jantung pada Selasa (18/2) dini hari.
ADVERTISEMENT
Beberapa pemberitaan soal kematiannya kerap dikaitkan dengan kegemaran Ashraf berolahraga. Memang sudah sejak lama Ashraf menekuni CrossFit, salah satu jenis latihan kebugaran berintensitas tinggi.
Pola latihan yang berat menjadi sebab olahraga CrossFit boleh dilakukan dengan pendampingan instruktur. Dalam satu sesi latihan, peserta CrossFit akan diminta melakukan 100 kali push-up, 100 pull-up, 100 sit-up, dan 100 squats.
Metode CrossFit pertama kali diperkenalkan oleh Greg Glassman pada tahun 2000 lewat badan usaha CrossFit, Inc, yang berbasis di Amerika Serikat. Dalam dunia kebugaran, popularitas CrossFit kian menanjak, namun tak lepas dari sejumlah kontroversi. Pakar kesehatan mengkritik metode latihan CrossFit yang disebut berisiko merusak otot.
Ilustrasi CrossFit. Sumber foto: Pixabay
Kontroversi seputar CrossFit tak berhenti sampai di situ. Ada beberapa berita miring terkait program latihan kebugaran yang digemari selama dua dekade ini, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber berikut.
ADVERTISEMENT

1. Pendiri CrossFit soal Metode Olahraga Temuannya: “Ini Bisa Membunuhmu”

Pendiri CrossFit, Greg Glassman, mengaku pada New York Times pada 2005 bahwa CrossFit berpotensi membahayakan nyawa. “Ini bisa membunuhmu,” Glassman. “Aku sudah sangat jujur sekali soal itu selama ini.” Ini dikarenakan intensitas olahraganya yang tinggi.

2. Risiko Cedera

Publikasi ilmiah yang diterbitkan Journal of Strength and Conditioning Research pada 2013 mengungkap, 97 dari 132 peserta CrossFit yang diteliti mengalami cedera usai latihan. Sebagian besar cedera melibatkan bahu dan tulang belakang. Para responden melaporkan ada total 186 jenis cedera yang mereka alami, 9 di antaranya membutuhkan operasi medis.
Studi lain dari Orthopaedic Journal of Sports Medicine juga menemukan bahwa cedera bahu dan punggung merupakan efek samping paling umum dari olahraga CrossFit, disusul oleh cedera lutut.
ADVERTISEMENT
“Tingkat cedera CrossFit adalah sekitar 20 persen, yang berarti 20 persen orang yang melakukan latihan CrossFit secara teratur akan terluka di beberapa titik,” ujar Cuyler Hudson, seorang ahli terapi fisik di Finish Line, sebagaimana dikutip dalam jurnal tersebut.

3. Peneliti yang Mengkaji CrossFit Mendapat Gugatan Hukum

Sejumlah peneliti Ohio State University yang mengambil objek kajian CrossFit digugat ke pengadilan oleh seorang pemilik gym di Columbus, Ohio, seperti dikutip Forbes. Padahal, temuan penelitian tersebut justru sebagian besar mengungkap hal positif terkait CrossFit.
Peneliti menghadapi tuduhan pemalsuan data riset demi memenangkan dana hibah sebesar 237 juta dolar AS dari pemerintah. Penggugat menyebut, peneliti membuat laporan palsu adanya 9 peserta gym miliknya yang mengundurkan diri sebagai responden penelitian karena cedera. Padahal, penelitian menyimpulkan CrossFit sebagai bentuk olahraga yang bermanfaat bagi tubuh.
ADVERTISEMENT
Di lain pihak, Mark Fainaru-Wada, ahli epidemiologi di American Sports Medicine Institute mengkhawatirkan gugatan hukum tersebut akan berefek pada melemahkan motivasi untuk mengkaji seputar latihan kebugaran di masa depan.