3 Spesies Hiu Unik Ini Bisa Glow in the Dark, Begini Penampakannya

4 Maret 2021 9:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hiu. Foto: NOAA Ocean Exploration & Research/Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hiu. Foto: NOAA Ocean Exploration & Research/Flickr
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan tiga spesies hiu yang bisa glow in the dark. Ketiga spesies itu bukanlah spesies baru, namun para peneliti baru menemukan fitur unik yang dimiliki hewan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemampuan untuk bercahaya dalam kegelapan memang sering ditemukan di binatang laut. Kemampuan tersebut, yang bernama bioluminescence, membuat hewan yang memilikinya dapat produksi cahaya tampak melalui reaksi kimia.
Meski kemampuan glow in the dark jamak di kehidupan laut, para peneliti baru saja menemukan bukti pertama kalau hiu sirip layang-layang (Dalatias licha), hiu lentera perut hitam (Etmopterus lucifer), dan hiu lentera selatan (Etmopterus granulosus) juga punya fitur unik tersebut.
Penemuan ini telah dilaporkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science pada 26 Februari 2021. Peneliti bilang, ketiga hiu dikumpulkan selama survei ikan di Chatham Rise, yang terletak di lepas pantai timur Selandia Baru, pada Januari 2020.
Semua hiu itu hidup di zona mesopelagik, atau yang biasa dikenal sebagai zona "senja”, yang punya intensitas matahari paling redup di lautan. Zona ini terletak di kedalaman antara 200 dan 1.000 meter.
Hiu lentera selatan (Etmopterus granulosus) glow in the dark. Foto: Mallefet et al/Frontiers in Marine Science
Ketika dilihat dari bawah, hiu-hiu itu tampak diterangi cahaya latar di permukaan air yang cerah. Tampilan unik ini memungkinkan mereka berisiko diserang oleh predator ketika berada di tempat terbuka.
ADVERTISEMENT
Para peneliti pun tak begitu yakin apa fungsi fitur glow in the dark ini. Sejauh ini, mereka menawarkan hipotesis bahwa kemampuan glow in the dark ketiga spesies hiu ini dapat membantu menyamarkan mereka dari segala ancaman yang mungkin menyerang dari bawah.
Masalahnya, hiu sirip layang-layang adalah hiu raksasa yang notabene enggak punya predator. Ia dapat tumbuh hingga 180 cm, dan sekarang menjadi vertebrata bercahaya terbesar yang diketahui manusia.
Fakta ini bikin ilmuwan semakin bingung dengan fungsi bioluminescence di hiu itu.
“Pertanyaan tetap tentang bioluminescence di vertebrata bercahaya terbesar; mengapa D. licha memancarkan cahaya ke bagian perut untuk melawan cahaya ketika ia memiliki sedikit atau tidak ada predator?” kata peneliti.
Hiu sirip layang-layang (Dalatias licha) glow in the dark. Foto: Mallefet et al/Frontiers in Marine Science
Melalui kesulitan ini, para peneliti pun membuat hipotesis tersendiri untuk hiu sirip layang-layang. Mereka mengusulkan kalau fungsi bioluminescence di tubuh hiu sirip layang-layang berfungsi untuk berburu.
ADVERTISEMENT
“Ada dua hipotesis yang mungkin menjelaskan pendaran ventral spesies laut dalam ini: pendaran mungkin digunakan (i) untuk menerangi dasar laut saat mencari dan berburu mangsa; atau (ii) untuk mendekati mangsa secara diam-diam, menggunakan kamuflase counterillumination, sebelum menyerang dengan cepat ketika cukup dekat, memungkinkan mereka untuk mendahului etmopterids,” kata para peneliti dalam laporan mereka.
“Dalam kedua kasus tersebut, prinsip kontra iluminasi akan terdistorsi untuk berfungsi sebagai alat pemangsa alih-alih mekanisme penghindaran, hipotesis yang sudah diajukan untuk hiu cookie-cutter, I. brasiliensis.”
Peneliti mencatat, bioluminescence juga terdapat di hiu pemotong kue (cookie-cutter) (Isistius brasiliensis). Sebuah penelitian dari tahun 1998 menduga bahwa hiu pemotong kue punya fitur ini untuk berburu mangsa.
Namun, karena sejauh ini masih belum cukup bukti, para peneliti bilang kalau studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hipotesis mereka terhadap ikan unik tersebut. Studi lebih lanjut itu mesti mengungkap bagaimana bioluminescence di hiu berfungsi dan apa dampaknya bagi hubungan mangsa-predator.
ADVERTISEMENT
“Mempertimbangkan luasnya laut dalam dan keberadaan organisme bercahaya di zona ini, kini semakin jelas bahwa menghasilkan cahaya di kedalaman harus memainkan peran penting dalam menyusun ekosistem terbesar di planet kita,” tulis para peneliti.