Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Lebih dari 300 ribu kucing liar dan peliharaan di Siprus mati karena feline infectious peritonitis (FIP) yang merupakan salah satu jenis virus corona. Angka tersebut merupakan data kematian sejak Januari hingga Juni 2023 menurut organisasi perlindungan hewan setempat, Cyprus Voice for Animals (CVA).
ADVERTISEMENT
Kucing peliharaan telah dikarantina di klinik sebagai upaya memperlambat penyebaran virus, sementara sukarelawan dan dokter hewan berusaha merawat hewan yang menunjukkan gejala.
Dinos Agiomamitis, Vice President of Cyprus Voice for Animals, memperkirakan sepertiga dari kucing yang tinggal di selatan pulau telah mati akibat virus tersebut, dengan gejala termasuk demam, pembengkakan perut, dan kelelahan.
Pihaknya mengaku kesulitan dalam mendokumentasikan kasus infeksi dan kematian kucing akibat FIP karena saking banyaknya kucing di sana. Hampir tidak mungkin mendiagnosis dan menghitung setiap infeksi.
Kucing adalah hewan yang umum ditemukan di Siprus, yang juga dikenal sebagai 'pulau kucing'. Kucing siprus merupakan ras lokal kucing domestik di sana. Mereka berkeliaran di taman, restoran, dan berkeliaran di dekat tempat sampah.
ADVERTISEMENT
Siprus memiliki sejarah panjang dengan kucing. Legenda mengatakan bahwa seorang permaisuri Romawi bernama Helena, pertama kali membawa makhluk berbulu ke pulau itu untuk membasmi ular berbisa sekitar 1.700 tahun yang lalu.
Namun, bukti arkeologis tentang domestikasi kucing di pulau itu sudah berlangsung lebih lama dari perkiraan awal. Di desa Shillourokambos, bagian selatan Siprus, ditemukannya tulang-tulang kucing dan manusia yang dikubur bersama.
Demetris Epaminondas, Wakil Presiden Asosiasi Dokter Hewan Siprus, mengatakan, "Satu-satunya cara untuk menghentikan penyakit ini adalah perawatan medis."
Dua pilihan pengobatan sedang dipertimbangkan, memanfaatkan obat remdesivir yang juga digunakan untuk menangani Covid-19, serta molnupiravir, obat antivirus yang digunakan untuk mengobati penyakit pada manusia.
Remdesivir disetujui untuk digunakan pada hewan di Inggris dan bisa diimpor ke Siprus. Tetapi, memakan biaya sangat tinggi. Biayanya antara 2.900 euro (Rp 48 jutaan) dan 7.000 euro (Rp 116 jutaan) untuk seekor kucing dengan berat antara 3kg dan 4kg. Hal ini membuat pemerintah Siprus mempertimbangkan opsi kedua.
ADVERTISEMENT
Diperkirakan molnupiravir akan menelan biaya sekitar 200 euro (Rp 3,3 juta) per hewan. Tetapi, permohonan dari Asosiasi Dokter Hewan Siprus untuk mengesahkan penggunaan obat ini pada kucing ditolak pada bulan Mei lalu. Pemerintah berpendapat bahwa obat manusia tidak dapat diimpor ke negara tersebut untuk perawatan pada hewan.
Dengan tidak adanya obat yang disetujui pemerintah, Epaminondas mengatakan ada pasar gelap yang 'berkembang' di sana lantaran banyaknya warga Siprus yang bersedia merawat kucing terinfeksi FIP.
Vasiliki Mani, seorang anggota dari organisasi kesejahteraan hewan di Siprus, mengaku telah menghabiskan 3.600 euro untuk merawat dua kucing liar dengan FIP. "Saya telah menghabiskan semua tabungan saya," katanya.
Wabah FIP di Siprus merebak pada Januari yang dimulai dari ibu kota, Nicosia, kemudian menyebar ke seluruh pulau dalam waktu tiga hingga empat bulan. Wabah gelombang berikutnya diduga telah memengaruhi populasi kucing di sekitar Lebanon, Israel dan Turki.
ADVERTISEMENT
Profesor Danielle Gunn-Moore, spesialis kedokteran kucing di University of Edinburgh, mengatakan kepada The Telegraph: "Sudah ada beberapa bukti --meskipun bersifat anekdot-- bahwa wabah itu mungkin sudah ada di Turki, Lebanon, dan berpotensi merebak ke Israel."